prolog

67 12 11
                                    

"Aku lemah, tapi Allah yang menguatkan ku"
Ucap seorang yang sudah lelah dengan kehidupan. Dia yang sering menangis dikala merindukan semua orang. Syifani Al Hidayah, berumur 18 tahun,yang sudah menginjak kelas 12 . gadis yang kehidupannya hampir sangat menyakitkan. Berusaha kuat dan tegar, gadis yang selalu yakin kebahagiaan akan datang untuknya.

"Aku yakin ya Allah, janjimu pasti ada dan akan segera terjadi padaku"
Sambil membereskan mukenah dan sajadahnya dia selalu meyakinkan hati dan diri sendiri.

Ujian selalu ada saat orang berniat untuk memperbaiki diri. Kenapa? Karna jikalau seseorang tidak ada ujiannya maka dia tidak akan merasakan nikmat nya menangis di atas sajadah, nikmatnya saat dia mengadu kepada sang Khalik tentang kesakitan yang dia alami.

Bukan hanya kamu. Semua orang pasti merasakn itu. Semangat dalam berubah itu pasti, namun terkadang tantangan sellau menghampiri dengan banyak ancaman.

Ketika kamu yakin akan dan bisa berubah. Percayalah di situ Allah tersenyum melihatmu. Akan sakit proses dan perjalanan nya, namun akan manis hasil akhirnya. Bukankah kita semua menginginkan episode yang Happy end?.

------------------------------------


Di hari minggu itu Syifa memerlukan sesuatu yang akan di belinya di warung dekat dengan rumahnya. Hanya 10 meter sajah.

Saat itu dia menggunakan baju yang dahulunya tidak pernah dia pakai. Ya! Gamis, pakaian yang pernah ia hindari. Tapi karena hidayah dari Allah kini dia menggunakan baju tersebut dengan perasaan yang senang campur dengan khawatir. Senang karena akhirnya ia bisa menggunakan pakaian itu, dan khawatir dengan lingkungan nya.

"Ya Allah Syifa takut... Astaghfirullah" bisiknya saat akan membuka pintu rumah.

"Gak papa Syifa. Masa gitu aja gak kuat, toh selama ini kamu kan selalu sakit"
Ucapnya meyakinkan diri.

Srek...

Suara pintu yang terbuka menampilkan gadis itu.

Para tetangga mulai heran dan berbisik bisik akan perubahannya.

Teman teman nya pun mulai mereog dengan perubahan Syifani.

Syifani hanya menyapa mereka dengan senyum terpaksa nya.

"Ciee yang pake gamis"

"Beneran nih gamisan"

"Lama gak keluar rumah, eh pas keluar langsung nge ukhti"

"Syok banget woy, elah"

"Ukhti mau kemana?"

Ocehan itu lah yang membuatnya sakit. Namun harus tetap tersenyum.

"Mau ke warung". Jawabnya

"Oh ke warung nih..."

Lagi dan lagi Syifani hanya bisa tersenyum.

"Ya Allah sakit banget, ngeliat temen yang dulu deket banget. Tapi sekarang mereka malah menjauhi ku"

Sambil mengusap air mata yang hampir tumpah. Dia berjalan hingga akhirnya sampai warung yang dia tuju.

"Pulangnya nanti gimana ya? Apa aku lewat jalan lain aja. Aku takut gak kuat"

Kakinya melangkah ke dalam warung untuk membeli yang ia butuhkan.

---++-----++-----++-------


Se sampainya di rumah dia membuka sebuah foto dimana di foto tersebut terdapat dirinya, ibu dan juga ayahnya. Satu tetes air mata nya lolos begitu saja saat ia mengingat kenangan bersama mereka.

"Kaliann di mana?"

"Kenapa kalian gak pulang pulang"

"Apa kalian tidak merindukan Syifa?"

"Apa kalian tidak mau memeluk Syifa seperti dulu ibu? Ayah?"

"Bukankah ibu dan ayah sudah berjanji kalau Syifa kelas 1 SMP mau pulang, tapi kenapa gak pulang pulang? Hiks hiks,,,, sampe saat nenek tiada pun kalian tidak ada kabar. Kalian hanya mengirim uang, tapi bahkan nomor telfon kalian Syifa gak tahu"

Flashback

Seorang wanita muda yang menginjak usia 25 tahun , kamelia zahrani itu sedang menggendong sang anak yang usianya baru 3 tahun.

Datang seorang suami yang membawa susu untuk anaknya itu. Hilal Al Hidayah, pria dengan usia 27 tahun itu sangat menyayangi sang anak. Yakni Syifani Al Hidayah

"Ayah datang..."

"Ayah ayah macin tampan ayau bayik cama sipa" oceh sanga anak. Meski usia nya 3 tahun, namun syifani bisa berbicara jelas saat berusia 4 tahun.

"Ihh anak ayah gemesh banget deh. Jadi makin sayang, nanti kalau udah besar harus bisa seperti sayyidah Fatimah yaaa putri Rasulullah"

"Dimana ayah putli Lasulullah itu?"

"Kalau Syifani mau ketemu, harus bisa yaa meneladani sifat beliau"

"He'em" ucap Syifani sambil meminum susu yang ayahnya bawakan.

Sang ibu tersenyum haru, karena suaminya sangat bisa mendidik sang anak dengan baik.

Namun, saat Syifani menginjak umur 5 tahun, kedua orang tua nya berpamitan harus ke luar negeri. Menitipkan Syifa dengan sang nenek, Prasista yang biasanya di panggil Pras.

"Nak ibu dan ayah akan pergi untuk mencari uang buat Syifani yaa... Syifa disini dulu sama nenek oke? Syifa mau jadi anak baik kan?"

Gadis kecil itu hanya mengangguk.

"Ibu cepet pulang" ucap nya

"Iya ibu bakal pulang kalau Syifa udah kelas 1 SMP"

"Lama ibu"

"Itu sebentar sayang"

"Ayah sama ibu pergi dulu inget pesan ayah sama ibu ya? Apa aja coba?"

"Jangan tinggalin solat, pakai pakaian yang tertutup dan jangan deket sama ajnabi"
Jawabnya lemah.

"Maa sya'a Allah anak ibu pinter"

Keduanya menyalami dan memeluk sang putri kecil yang akan mereka tinggal. Keduanya juga menyalami ibu dari Kamelia.
Sambil menahan tangis, keduanya pun mulai menjauh dari sang putri.

Flashback off

Tes

Air mata itu jatuh lagi ketika mengingat momen saat masih bersama orang tua nya.

"Ya Allah sakit banget dada Syifa kalau ingat itu"

~•~•~•~•~••~•~•~••~••~~~••

Kenalin nama ku Andin. Si bocil yang punya impian menjadi penulis hebat. Lucu kan?

Di cerita ini akan lebih banyak motivasi yang inn syaa Allah bakal bisa jadi penyemangat temen temen dalam berhijrah.

Siapa sih yang tidak mau berubah? Pasti semua pengen kan? Hanya mungkin belum bisa mengambil hidayah itu.

Maka dari itu, mari sama sama mencoba untuk mengambilnya. Surga itu luas dan bakal sepi kalo hanya di tempati oleh 1 orang.

Kita punya hak juga kan? Karena kita hamba Allah.

Jan lupa follow yaa @sintia_andinii
@bulansabit25_

Jeritan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang