-Basecamp Batara-
• 4HQV+GP4, Isola, Sukasari, Bandung City, West Java 76129.
Sejatinya tempat berkumpul anggota Batara adalah sebuah warung makan yang di miliki wanita paruh baya bernama budhe Marsinah. Beliau sudah seperti ibu bagi anggota Batara. Tetapi sekarang beliau sudah meninggal dunia dan sekarang warung makan itu di kelola oleh keluarganya.
Warung budhe Marsinah seperti tak lekang oleh zaman, banyak yang silih datang dan pergi di tempat ini. Istilahnya setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Setelah lulus dari sekolah menengah atas mereka akan sibuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan harapan akan menjadi orang yang sukses di masa depan dan yang tersisa hanyalah janji dan kenangan.
Janji akan selalu berkumpul dan berjumpa, hanya janji saja sebatas penenang walaupun kenyataannya sangat sulit untuk berkumpul setelah memilih jalan masing-masing dan kenangan akan semua kebersamaan yang pernah mereka lalui.
Hari ini semua anggota Batara berkumpul, kecuali Bimantara. Mungkin sekarang Bima masih merasa tidak ingin bertemu siapapun, mereka hanya bisa memaklumi. Mereka percaya bahwa Bima tidak akan melakukan hal yang tidak senonoh seperti itu.
Tirta memijat pelipis kepalanya dengan perlahan. Nafasnya berhembus lelah. "Gue ga paham apa sebenarnya niat cewe murahan itu."
Seluruh anggota yang berada di sana melotot heran, Tirta kalau sudah menyangkut teman meski lawannya perempuan atau laki laki mulutnya tak akan tanggung tanggung untuk berkata kasar.
"Tai lah dia itu dari dulu udah caper banget sama Bima." Arta mulai menimpali.
Naren yang mendengar hal itu mulai mengingat masalah yang di akibatkan Nirmala. "Bang gue rasa itu cewe emang problematik banget, soalnya dulu nih dia pernah bikin masalah sama kak Kala."
"Hah serius lo?!." Bayu berujar dengan kaget.
Kalendra mengangguk menyetujui ucapan Naren. "Iyaa serius gue juga lihat kok."
"Gabisa di diemin aing harus turun tangan pokoknya sekarang demi babaturan aing dan keadilan." Guntur berkata dengan nada kepahlawanan yang langsung di hadiahi tepuk tangan dan siulan.
"Anjayyy temen aing." Zain menepuk nepuk punggung Guntur.
"Sebaiknya jangan gegabah kata aing mah."
"Iya gue setuju sama haikal, soalnya nih kita gada bukti sama sekali." Wajah Deni mengeruh.
"Goblok sih kenapa gada cctv sih di sana perasaan sekolah juga uangnya banyak apa jangan jangan di korup sama pak Djarot." Pemikiran gila itu muncul saja dari otak Nevan yang langsung di hadiahi pukulan dari Tirta.
"Aduh apasih bang Tirta lo suka mukulin gue ya?!." ujarnya tak terima.
"Lo kalo ngomong jangan ngaco, tapi gue juga setuju sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana (End)
FantasyBagaimana jika raga Nava Anjani memasuki tubuh Niskala seorang figuran novel yang memiliki kisah cinta bertepuk sebelah tangan. Nava tak akan mencoba merubah sedikit pun alur yang terjadi di novel Anjasmara Bumantara yang terjadi biarlah terjadi. Ba...