Teman Tapi Menikah

5.6K 365 6
                                    

Bagi Bima hubungan jarak jauh atau long distance relationship itu belum seberapa, apalagi hanya Bandung-Jakarta, sepele sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi Bima hubungan jarak jauh atau long distance relationship itu belum seberapa, apalagi hanya Bandung-Jakarta, sepele sekali. Dia bahkan sudah merasakan berpisah dengan Niskala dan jaraknya pun jika di hitung bukan main. Tak masalah sekali, ya awalnya seperti itu, hingga Bima yang selalu merasa uring uringan karena merindukan calon istri kesayangannya yang sedang menempuh pendidikan di bangku kuliah.

Setiap malam keduanya akan melakukan tatap muka melalui video call. Terkadang jika Kala masih sibuk mengerjakan tugas kuliahnya Bima akan menemani Kala, tapi hanya melalui vidcall saja, terkadang lelaki itu juga membantu calon istrinya.

Jika di pikirkan memang kesabaran Bima tiada batasnya, harus menunggu Kala hingga wisuda itu bukan perkara mudah apalagi sekarang usianya hampir menginjak dua puluh enam tahun.

Tapi tak masalah besok adalah hari kelulusan calon istrinya dan pernikahannya dengan Kala sudah bisa di hitung dengan jari. Bahkan persiapan pernikahan saja sudah di siapkan jauh jauh hari.

"Muti pulang..."

Kepalanya menoleh melihat Mutiara yang masih berbalut seragam sekolahnya, melihat pertumbuhan adik perempuannya yang sudah menginjak bangku sma membuatnya tersenyum.

"Abang?."

"Apaaa." Suaranya mengalun dengan lembut.

"Besok abang mau ke Jakarta?."

Bima mengangguk pelan. "Iyaa, besok calon kakak ipar kamu wisudaan. Sekalian main, kangen soalnya."

Di tempatnya Mutiara mendelik malas. "Yeuuu bucin amat. Malas menanggapi." Ujarnya.

Namun tak ayal Mutiara merasa senang, karena sedari dulu Muti sangat mengagumi sosok Niskala.

"Kalau aku ikut boleh ga bang?."

Melihat tampang Bima yang memelototinya membuat Mutiara mengurungkan niatnya.

"Mau ikut?"

Dengan patah patah Mutiara mengangguk.

"Mau bolos nih ceritanya? kan besok sekolah."

"Hehehehe, iyaaa."

Lelaki itu menghela nafasnya kesal. "Kali ini apa? ulangan matematika?, fisika? atau malah kimia?."

Kakinya menghentak kesal. "Haishhh, tauan aja. Besok ulangan matematika minat!. Harusnya aku masuk ips aja bang."

"Yang suruh masuk ipa siapa?"

"Gak ada!"

"Itu kemauan siapa?"

"Akuu." Cicitnya.

"Yaudah, jalanin aja. Orang itu pilihan kamu, abang kasih tau. Jangan pernah ngerasa nyesel sama apa yang kamu lakuin. Di bawa santai sama seneng aja dek, nanti juga cepet selesai." Wejangnya kepada Mutiara.

Tangannya mengelus surai kecoklatan milik adiknya. "Sana belajar, jangan males malesan."

Gadis itu mengangguk patuh dan segera bergegas masuk ke dalam kamarnya.

Renjana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang