***
.
.
.Hari pernikahan akhirnya tiba, desain ballroom hotel yang di sewa telah disulap menjadi tempat super cantik yang penuh dengan hiasan mawar merah.
Kursi-kursi yang telah disediakan untuk acara akad nikah pun telah banyak terisi oleh para tamu yang telah di undang.
Bapak dan Mama serta Tante Anita dan juga Aira berbaris berjajar memamerkan senyuman manis pada setiap tamu yang datang.
Acara akad nikah akan dilangsungkan kurang lebih sepuluh menit lagi. Namun sedari tadi dua pasang pemeran utama pada hari ini, tampaknya sama-sama tidak bisa tidur tadi malam.
Keduanya tapak kelelahan, Bahkan make up tabal yang Mawar gunakan tak dapat menyembunyikan raut tegang miliknya.
Di dalam kamar ia mondar mandir tidak tenang, Juyari dan Mbak Jeje yang melihat kelakuannya pun mengeluh pusing sebab Mawar persis mirip seperti setrika gosok.
Kedua perempuan itu terus-terusan protes, namun tak Mawar hiraukan. Perasaannya campur aduk, ia khawatir sekaligus tak sabar dengan acara hari ini.
Wajahnya yang begitu cantik dan membuat pangling dengan make up khas jawa serta baju kebaya hitam beludru yang pas di tubuh proporsionalnya itu membuat siapapun akan terpesona.
Mawar tak henti-hentinya merapalkan segala macam doa untuk menenangkan hatinya, ia tak menyangka bahwa hari ini akan benar-benar terjadi. Hari dimana ia akan menjadi milik orang lain selain dirinya sendiri, hari dimana ia akan memulai kehidupan sebagai seorang istri dan mempunyai suami.
Entah mengapa Mawar baru merasakan perasaan super takut saat hari h pernikahan akan dimulai.
Ia makin dibuat gemetar ketika Mama dan Tante Anita datang menjemputnya untuk segera hadir ke tempat acara akad akan dilaksanakan.
"Masyallah cantiknya mantu Ibu." Tatapan Tante Anita yang memancarkan kehangatan itu membuat hati Mawar merasa cukup tenang. Ia tersenyum merespon perkataan baik calon mertuanya.
"Mama gak nyangka anak manja ini bakal jadi istri orang hari ini." Ucap Mama dengan matanya yang berkaca-kaca itu membuat Mawar menatap Mama sendu.
Ia meraih tangan Mama dan Tante Anita kemudiaan bergantian menatap wajah teduh kedua wanita itu dengan senyum manis miliknya, "Mama dan Tante, Mawar minta doa yang baik untuk hidup Mawar dan Mas Endra setelah ini ya."
Kedua wanita itu mengangguk antusias sembil sama-sama mengusap ujung mata yang hampir meneteskan air mata.
"Pasti nak, Mama akan selalu kasih doa baik buat Mawar dan Endra." Ucap Mama.
"Ibu saja panggilnya nak Mawar." Mendengar ucapan Tante Anita Mawar mengangguk.
"Ayo toh Bu ibu, itu di bawah udah pada nungguin calon mantan." Ucapan Mbak Jeje itu menyadarkan moment haru yang bisa saja akan berlangsung lama.
"Iya Tante-tante ku, mendingan Tante ke bawah. Mawar biar diserahkan ke kami berdua. Ini mau di touch up dikit, air matanya rembes kemana-mana." Ucapan Juyari itu membuat Mama dan juga Tante Anita mengangguk dan memilih untuk pergi meninggalkan keribetan yang tercipta di kamar hotel milik Mawar.
Juyari memberi bedak pada pipi Mawar, setelah selesai touch up ketiganya saling tatap.
"Ayo War, kita berdua bakal nemenin lo buat ketemu calon suami lo." Ucap Juyari.
Mawar mengangguk, "gue gugup banget dari tadi Juy."
Mbak Jeje mengusap bahunya pelan, "bismillah War, yuk kita ke bawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
SI MAWAR
ChickLitMawar, begitu ia disapa. Gadis metropolitan yang suka ke-glamoran ini harus merelakan hidupnya yang berharga demi keinginan sang Mama. Yaitu menikah. Di umur yang sudah menginjak dua puluh lima tahun, gadis itu memang kerap disapa si perawan tua. Ri...