***
.
.
.Hari ini Mawar memang berniat untuk mewarnai rambutnya. Karena ia memang sudah bosan dengan tampilannya yang itu-itu saja.
Salon elit yang berjajar dengan toko-toko elit lainnya itu menjadi pilihan Mawar sedari dulu. Ia memang sudah menjadi pelanggan tetap disini. Bahkan sang pemilik salon sudah menjadi bestinya.
Mobil yang ia kendarai itu sudah terparkir rapih di parkiran salon. Langkahnya yang lebar membuat ia berjalan bak seorang model.
Mawar tak lagi risih dengan tatapan kagum orang-orang disekitarnya. Karena memang hal itulah yang menjadi makannya setiap kali berjalan keluar rumah.
KREAT...
Suara pintu salon yang ia buka itu memancing perhatian orang-orang yang berada didalam. Seperti halnya diluar tadi, orang-orang didalam pun ikut berdecak kagum melihat kecantikan dirinya.
"Oh my girl, akhirnya yeiy dateng juga." Ucap seorang pria dengan rambut berwarna pink sebahu dan makeup menor yang menghiasi wajahnya.
Mawar tersenyum cerah Menyambut Cici, begitulah pria itu ingin disapa. "Rindu berat kan lo sama gue." Ucapannya sambil cepika-cepiki dengan sahabatnya itu.
Cici mengangguk santun, kali ini ia membawa Mawar untuk duduk di ruangannya.
"By the way kali ini apa lagi?." Tanyanya.
Mawar meraih rambut panjangnya, "bosen gue sama warnanya, pengen gue ganti gitu jadi agak blonde. Kira-kira menurut lo bakal cocok gak?."
Cici yang mendengar permintaan pelanggannya itu tentu mengangguk setuju. Ini bukan soal tipu-tipu muslihat, ia memang sudah cukup berpengalaman di bidangnya ini. Jadi jika boleh sombong sedikit, dengan sekali lihat wajah orang yang datang ke salonnya saja ia sudah terbayang bentuk rambut atau warna rambut yang cocok untuk pelanggannya itu.
"Cocok abis dong beb." Ucapnya.
"Seriusan nih?, Berarti selara gue emang bagus yah." Ucap Mawar yang membuat Cici memutar matanya malas.
"Eh bentaran dulu yah nyalonnya, yeiy ada jadwal padat apa gimana?." Tanya Cici.
Mawar menggeleng, "gak sih, gue kan pengangguran."
Cici mendesah pasrah, Mawar memang senang sekali merendah untuk dijatuhkan ke tanah. "Iya deh si paling pengangguran yang duitnya tetap ngalir terus di bank."
Mendengar itu senyum Mawar terlihat begitu bahagia, "kenapa emangnya sih?, Lo mau ngajak gibah gue kan?."
"Tahu aja sih beb."
"Iyalah, itu muka setan gosip lo terpampang nyata didepan mata gue." Sahut Mawar.
"Cantik membahenol, sexy dan gemoy begini kok seenaknya aja disamain sama setan. Udah gila yeiy!." Kesal Cici.
Mawar menutup telinganya, seolah enggan mendengar segala macam ucapan si pria jadi-jadian ini. "Buru deh kalo mau gosip, ini mumpung setan gue belum berganti jadi malaikat."
Cici mengangguk pasrah saja mendengar paksaan Mawar. "Yeiy udah tahu belum sih kalo si Juy mau kawin sama duren."
Mawar mengangguk, "ini mah berita basi, gue udah tahu."
"Oke oke, tapi yeiy udah tahu belum kalo dia bakal kawin minggu depan?."
"HAH?!." Mendengar hal yang dikatakan Cici tentu saja membuat Mawar kaget ditempat. Bagaimana bisa sahabat sintingnya itu seminggu lagi akan melepas masa lajang setelah baru bercerita kemarin tentang perjodohannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI MAWAR
Literatura FemininaMawar, begitu ia disapa. Gadis metropolitan yang suka ke-glamoran ini harus merelakan hidupnya yang berharga demi keinginan sang Mama. Yaitu menikah. Di umur yang sudah menginjak dua puluh lima tahun, gadis itu memang kerap disapa si perawan tua. Ri...