chapter 2

1.2K 49 0
                                    

"Nathan,kau kenapa? "

Gadis itu memegangi wajah kekasihnya yang pucat dan sedikit ada luka goresan di bagian pipi kanan nya.

"Wajahku terkena tembok saat menegur anak yang membuang rokok sembarangan! "

Nathan, remaja itu berucap dengan wajahnya yang kesal. Ingatan itu kembali lagi bagaimana adek kelasnya itu memeluk tubuh bagian belakang nya dengan sangat tidak sopan, jika dia bisa memilih dia lebih milih terjatuh dengan sendirinya dibanding kan adek kelasnya itu yang menjatuhkan dirinya

Bagaimana nathan tau bahwa Sean adalah adek kelasnya?

Jawaban nya tentu simple, teman nya lah yang memberi tahu nya bahkan dirinya mengetahui betapa kejam nya adek kelasnya itu, tapi apa pedulinya? Kita sama-sama manusia yang makan nasi, tidak perlu ada yang ditakutkan

"Shh" Nathan sedikit meringis disaat alana kembali memegangi pipi nya yang terdapat luka goresan

Gadis itu, mengmbil kotak dari dalam tas nya lalu membuka nya, bisa nathan lihat sendiri, di dalam nya terdapat obat , kain, dan pembalut luka tentunya

Alana mengambil obat nya dan menuangkan nya ke dalam kain berukuran kecil, dengan perlahan gadis itu mengobati luka dibagian pipi nathan. Karna dia tahu kekasihnya itu sangat tidak menyukai rasa perih

Skip selesai

"Sekarang ceritakan! "

Nathan menoleh, menaikkan sebelah alisnya

Ceritakan? Ceritakan apa?

"Ceritakan semuanya, kenapa bisa terjatuh dan terluka? "

Nathan menggeleng gelengkan kepalanya menolak, tidak mungkin dia menceritakan semuanya kepada Alana. Itu akan membuat dirinya malu sendiri, Alana adalah tipe gadis yang selalu tertawa jika dirinya merasakan kesusahan. Dan hal itu membuat dirinya untuk ragu dalam menceritakan

Pernah waktu itu dirinya mengatakan satu hal yang membuat dirinya malu setengah mati, Alana menceritakan semuanya kepada teman sekelas nya. Dan kejadian itu membuat dirinya sedikit trauma untuk kembali menceritakan

"Nathan, kau ingin kemana? "

"Gw mau pergi kantin, makasi udah obatin luka gw" Ucapnya"dan satu hal lagi, nanti gausah tungguin gw diparkiran, lo pulang sendiri aja gw ada urusan"

Nathan melambaikan tangan nya dan pergi dari taman sekolah untuk pergi ke kantin tentunya, perut nya saja sudah bersuara sejak tadi

Disisi lain, Sean sendiri duduk dibangkunya dengan wajah yang tak hentinya tersenyum, mengingat wajah kucing nya yang begitu imut dan sayang untuk dilewatkan begitu saja. Jangan khawatir, keadaan kelas saat ini sangat sepi dan hanya ada dirinya dan reki saja. Mengingat waktu istirahat sudah dibunyikan sejak tadi

"Manis.. " Gumam nya pelan

"Kau? Benar-benar tergila dengan anak itu? Jangan Coba-Coba sean, nathan sudah memiliki kekasih. dan dia sangat menyayangi kekasihnya walau sering meributkan hal yang tidak penting. "

Sean menatap tajam ke arah reki

Kekasih? Miliknya memiliki seorang kekasih?

Tidak, itu tidak boleh terjadi

Kucing nya hanya milik nya seorang, hanya milik Sean alvarez erlangga

"Aku tidak peduli dengan kekasihnya, aku bisa saja membunuh kekasihnya sekarang juga untuk mendapatkan kucing itu jika aku mau. Tapi ini bukan waktu yang tepat.. "

"Let's play game. "

Sean menyeringai

Disisi Nathan

"Whatsap broo! " Sapa teman nya menepuk pundak nathan pelan dan ikut duduk di hadapan nathan yang sedang memakan semangkok bakso"makan kaga ngajak-ngajak"

Nathan berdecih pelan dan mengharapkan kehadiran temannya

"Eh rel, lo tau Sean adek kelas kita kan? " Darel yang disebut namanya mengangguk pelan"tadi gw liat dia berantem sama kaka kelas sebelah ajg! "Seru azam

" Really? Adek kelas kita satu itu emang hobi nya tawuran apalagi senyuman nya khas pyscopath, gada satupun yang berani ngelawan dia, atau nyawa seseorang bisa melayang.. "

"Aelah kaga rill yang begituan mah, palingan ancaman doang" Balas nathan tidak peduli

"Lo emang susah percaya hal yang kaya ginian nath.. " Heran azam menggelengkan kepalanya "btw, balapan? " Tanya azam menatap kedua teman nya

"Dimana? Siapa lawan kita kali ini? "

"Jevan.. "

Nathan menatap kaget ke arah azam

"J-jevan? Bukannya dia murid cupu? Buat apa dia ngajak kita balapan? Dia nyari mati kah? "

"Lo selalu ngeliat kekurangan orang tapi  ga pernah lihat kelebihan seseorang, mungkin dia ikut balapan karna butuh uang? Lo tau kan sekali balapan dapet uang maupun itu kalah ataupun menang tapi jumlah nya sangat sedikit kalo kita kalah.. Tapi kalo kita menang jumlah nya miliaran.. " Jelas darel

"Terima aja, jam berapa? " Tanya nathan lagi

"12 malam, tepat di area yang seperti biasa.. "

Nathan mengangguk nganggukan kepalanya

Jevan... Nama itu berada di dalam benak nya

"Kau menyukai hal nakal ternyata.. "

Seseorang menyeringai dari kejauhan menatap wajah tampan itu ah, mungkin maksudnya wajah cantik?

"Darel, gw minta tolong balikin mangkok gw, gw ada urusan makasi sebelum ny"

Sial!!

Belum dia sempat menjawab nathan terlebih dahulu pergi meninggalkan nya dan azam. Memang anak yang sangat menyebalkan

Brukh

"Bgst!! Lo jalan bisa pake mata gasi hah?? " Bentak nathan kepada orang di depan nya"sean? Ah jadi lo murid yang ditakutin semua orang? Cuih apa yang perlu ditakutin? "

"Lo bahkan ga pantes dihormatin.. "

Tanpa sadar Sean mengepalkan kedua tangan nya, menahan amarah di dalam dirinya

Dia sangat marah hari ini karna perkataan nathan, tapi ini bukan waktunya, ada waktunya anak ini tidak akan berani mengumpat dihadapan nya lagi

"Kenapa diem? Lo tau aturan nya kan? "

Hening..

"Cuih buang-buang waktu berharga gw aja"

Baru nathan hendak pergi, tangan nya terlebih dahulu dicekal

"Apasi bg---"

"Milik ku.. "

Cup

Nathan membulatkan kedua matanya, saat Sean pergi meninggalkannya seorang diri di Koridor. Untung saja saat ini Koridor sangat sepi, jika tidak malu lah dirinya

Sean mencium kening nya? Mimpi apa dirinya semalam? Siapa anak itu yang berani mencium dirinya tanpa izin? Apalagi ini adalah ciuman pertama nya, dan adek kelas nya itu dengan beraninya mengambil nya?

Dan? Apa maksud dari perkataan nya? Miliknya? Sebuah lelucon

"Gw pastiin lo nyesel bajingan!! " Umpat nathan, ntah kenapa hari ini mood nya sangat tidak baik dan teringin sekali menghantam semua orang menggunakan kedua tangan nya, terlebih lagi kepada adek kelas nya yang sangat songong itu

obsession seanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang