chapter 3

1.2K 48 0
                                    

"Kau ingin ikut balapan malam ini jam 12 bukan? Dan lawan mu adalah Nathan? "

Remaja itu dengan ragu menganggukan kepalanya

"Ambil uang ini, dan aku akan meminta sesuatu kepadamu.. "

Remaja itu menaikkan satu alisnya, dan mengambil amplop itu, jevan membulatkan kedua matanya ketiga melihat berapa banyak jumlah yang ada di dalam amplop itu, tapi untuk apa?

"aku tau kau ingin ikut balapan karna ingin membantu hutang kedua orang tuamu, maka terimalah uang itu tapi dengan satu syarat, apa kau mampu? "

Jevan menganggukan kepalanya cepat

"Akan aku pastikan aku mampu.. "

"Aku harap kau menang di balapan nanti, dan suruhlah nathan untuk pergi ke suatu tempat, dengan catatan jangan menyebut nama ku di dalam obrolan kalian. Setelah itu kau boleh pergi dengan meninggalkan nya seorang diri.."

"Untuk apa nathan menemui mu? "

"Jangan banyak bertanya, itu urusan ku"

"Apakah uang itu tidak cukup untuk membuat mu memenuhi satu syarat itu? " Lanjut nya dengan bertanya

Tentu saja jevan menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa tidak cukup? Bahkan uang itu bisa membuat nya bisa hidup enak selama berbulan bulan, uang itu berjumlah miliaran

"Tapi bagaimana jika aku kalah? "

"Jika kau kalah, maka hidupmu lah yang menjadi taruhan nya. "

Jevan membulatkan kedua matanya

"Sekarang pilihan ada ditangan mh, Terima atau tidak? "

"Baiklah aku Terima dan aku pastikan aku akan menang malam ini. "

Sean, sang pelaku menyeringai senang

"Aku akan menyemangati mu dari kejauhan, jevan.. "

Setelah mengatakan itu Sean pergi meninggalkan jevan seorang diri di dalam gudang

"Gapapa naruhin hidup sendiri, siapa tau ntar kalo gw menang uang ini bakal ada ditangan gw, ya walaupun sekarang ada ditangan gw sih, tapi kalo kalah pasti hidup gw yang jadi taruhan nya dia uang ini harus balik ke pemiliknya"

"Maafim jevan ya buk, jevan gada pilihan lagi selain nerima tawaran nya" Ucap jevan menatap langit-langit ruangan

Cklek

Jevan menutup kepalanya dengan topi yang dia bawa, memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang melihat nya keluar dari gudang sekolah

Brukh

"Hai? "

"Nathan? Mau apalo. "

"Gw cuma mau bilang, jangan lupa balapan nya ntar malam jam 12 di area balapan. Jangan sampe telat, dan semoga menang? Wkwk maksud gw kalah. "

Nathan menepuk pundak jevan pelan dan kembali mengambil langkah

"Gw pastiin gw menang nathan.. Dengan jabatan lo ini lo ga bakal bisa berbuat lebih, jabatan hanya jabatan, bukan berarti gw lemah di hadapan lo. Gw emang cowok cupu dan korban bullying tapi gw pastiin seluruh murid di sekolah ini hancur Sehancurnya. "Gumam nya pelan

Disisi lain, nathan mengenakan helm nya dan menaiki motor kesayangannya, menatap teman teman nya yang juga menaikkan motor yang smaa namun dengan berbeda warna

" Gw pergi duluan, dan jangan lupa hadir di area balapan buat dukung temen kalian ini! "Seru nathan

" Pasti, gw bakal lihat kemenangan lo nanti"azam tersenyum tipis"kalo gitu gw sama darel pergi duluan, sampai jumpa di area balapan malam ini"

Azam maupun darel melambaikan tangan nya. Pergi terlebih dahulu dari area parkiran untuk pulang

Sedangkan nathan masih di dalam posisinya, ntah kenapa firasat nya sangat tidak enak untuk mengikuti balapan nanti malam

Apa yang terjadi?

Nathan menggeleng kan kepalanya, dan mencoba untuk membuang pikiran buruknya. Lagipula dirinya akan menang bukan? Tidak ada kekalahan di dalam kamusnya

"Tunggu aku nanti malam babe. "

Nathan memarkirkan motornya dengan hati-hati, dia melepaskan helm nya lalu menaruhnya dengan rapi

Nathan sudah sampai di rumahnya, rumah dirinya sendiri tanpa orang tua yang mendampingi, lebih tepatnya dia tinggal di Indonesia seorang diri sedangkan kedua orang tua nya berada di London, dirinya tidak ingin ikut karna lebih betah berada di Indonesia, apalagi dirumah nya ini. Sangat nyaman untuk ditempati seorang diri

Nathan melepaskan jaketnya dan membuang nya begitu saja

"Bosen juga ya tinggal sendiri, jadi pengen ngajak hewan tinggal bareng" Pikirnya

Nathan beralih mengambil ponselnya

Unknown
Sudah sampai dirumah babe?

Nathan menaikkan sebelah alisnya, menatap nomor tidak dikenal nya

"Siapa ni orang? Pake manggil gw dengan sebutan babe lagi" Ucap nathan dengan kejijikan di wajahnya "orang gila nih pasti" Tuturnya kembali menaruh ponselnya dan tidak membalas pesan itu, lagipula untuk apa membalas nya? Sangat tidak penting

Drtt

Nathan mengepalkan kedua tangannya dengan kesan

"NATHAN! KAU DARIMANA SAJA HAH!!"

"Ayah, bisakah Pelankan sedikit suaramu? Aku baru saja datang dari sekolah, dan aku baru saja mengambil ponsel ku jadi aku tidak tahu jika ayah menelpon ku"

"Ah terserah saja, ayah menelpon mu karna suruhan ibu mu. Dia menanyakan apakah kau tidak ingin ke London dan bersekolah disini saja? Agar ayah ataupun ibumu bisa mengawasi mu"

Nathan mendengus kesal

"Aku sudah kelas 3 jika ayah lupa, aku bukan anak kecil lagi yang bisa kalian jaga sepanjang waktu.. Jadi tolonglah"

"Jangan minta tolong kepada ayah, bicarakan pada ib--"

"Nathann, ibu merindukan mu! "

"Ibu? "

"Nathan kembalah ke London! "

"Ah maaf ibu, nathan tidak bisa nathan sudah nyaman di Indonesia, jadi jangan memaksa nathan lagi! "

"Kau sudah tidak menyayangi ibu mu lagi? "

"Bukan seperti itu ibu, aku sudah nyaman berada di Indonesia jadi jika aku ke London dan bersekolah disana itu sama saja aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru, dan ibu tau itu aku sangat susah dalam beradaptasi. Lagipula aku mempunyai banyak teman disini"

"Ah baiklah, ibu tidak akan memaksamu lagi tapi ibu berharap suatu saat ini kau berubah pikiran"

"Terserah ibu saja"

"Jika begitu ibu akan menutup telpon nya sekarang, karna ibu dan ayahmu akan pergi"

"Baiklah, selamat siang ibu! "

"Siang juga nathan. "

Nathan menghela nafasnya kasar, dan kembali menaruh ponselnya. Untung ibunya tidak memaksa nya lagu, jujur saja dirinya sudah sangat nyaman berada di Indonesia, dan tidak ingin ke London lagi

obsession seanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang