Sambutan hangat dari keluarga Keinan membuat hati Ayesha sedikit lebih tenang, meski tidak mendapatkan pasangan sesuai dengan pilihannya setidaknya dia mendapatkan mertua yang menerima dengan baik kehadirannya.
“Gak ada ranjang lagi ya?” tanya Ayes setelah mereka sampai di kamar
“Ranjang ini muat untuk kita berdua” jawab Keinan sembari mendorong koper Ayes
“Tapi...”
“Ayes.. dengarkan saya, pernikahan adalah perjalanan yang panjang dan penuh makna yang melibatkan berbagi setiap aspek kehidupan.
Kesediaan untuk berbagi dan bekerja sama adalah kunci untuk membangun hubungan pernikahan yang kuat dan bahagia.”
“Termasuk berbagi ranjang.” Jelas Keinan panjang lebar
‘Tinggal bilang aja to the point mau sekasur sama gue, pake ceramah dulu segala’ cibir Ayes dalam hati
“Paham Ayes?”
“Iya iya” jawab Ayes seadanya, dia segera mengeluarkan isi koper sebelum pembahasannya semakin panjang
"Ayes biar sama saya aja, kamu istirahat sana” suruh Keinan
“Gus aja yang istirahat, lagi pula kan ini baju saya jadi biar sama saya aja” jawab Ayes, dia memutuskan memanggil gus mengikuti panggilan kakak iparnya.
“Sepertinya kamu gak paham ucapan saya tadi atau justru gak di dengerin?”
“Berbagi Ayes Berbagi...” Tekan Keinan
“Perlu saya jelaskan lagi?” tawarnya
“Aduhh gus mumet saya dengernya, sini kalo mau bantuin gak perlu lanjut part 2 kultumnya” ujar Ayes kesal
“Ayes.. Ayes.. mengulang ilmu itu dzikir”
“Nggih gus, ngapunten”
Sebuah plot twist ternyata suaminya ini merupakan cucu dari seorang kyai di salahsatu pesantren mahsyur di kotanya.
Namun yang memegang pesantren itu kini adalah suami kakak pertama Keinan, karena lelaki yang merupakan anak mamah mertua ini memilih untuk menjadi seorang pebisnis dibandingkan meneruskan pesantren milik kakeknya.
Kebingungan Ayes semakin bertambah, kok bisa seorang gus memilih gadis biasa dengan tingkat keimanan fluktuatif seperti harga saham sepertinya.
“Jangan dilihatin aja nanti salting bajunya” Tegur Keinan ketika melihat sang istri hanya diam melamun memandang tumpukan baju
“Bukan baju yang salting, tapi saya lama-lama yang darting” cecar Ayes
“Pemarah huh” ledek Keinan sembari mengusak hijab Ayes hingga berhasil meruntuhkan jambul khatulistiwa miliknya, setelahnya lelaki itu melenggang pergi tanpa melihat wajah Ayes yang memerah penuh emosi.
“Dasar gus abal-abal!!”
“Kalo abal-abal, gak mungkin bisa dapetin Ayes” jawabnya sebelum melangkahkan kaki memasuki kamar mandi sembari tersenyum manis
“Apaan sih gak jelass!!!” hardik Ayes
“Emang cinta butuh penjelasan?” balasnya, kemudian segera masuk ke dalam kamar mandi sebelum istrinya semakin mengamuk.
Begini ya rasanya menggoda istri sendiri, sangat menyenangkan.
“Dahlah.. daripada bikin saya naik darah, mending bikin saya naik haji aja!!” cecar Ayes
“Kamu ngode saya mau bulan madu sambil umroh?” Tanya Keinan dengan kepala yang menyembul dari balik pintu
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Skripsi Cinta
SpiritualDisaat yang lain sibuk skripsi ia malah sibuk resepsi. "Ya Allah Ayes mau skripsi bukan malah jadi istri"