Mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat, Ayes memindahkan guling itu ketengah dan bersembunyi di bawah selimut berharap isak tangisnya teredam.
“Loh udah tidur?” ujar seseorang yang baru memasuki kamar, siapa lagi kalau bukan Keinan.
“Kenapa harus dihalangi sama guling gini?” gumam Keinan sembari berjalan mendekati ranjang
“Ayesha saya boleh tidur disini kan?”
“Boleh"
“Ayesha gulingnya boleh saya pindahin ke samping? Biar saya bisa lihat bidadari"
"Iya boleh"
"Ayesha tidurnya boleh sambil peluk kamu?"
"Boleh bang-”
"MIMPI" potong seseorang sembari melemparkan guling itu tepat pada wajah tampan Keinan
Sahutan yang terakhir itu baru Ayes yang menjawab, sisanya sudah dijawab mandiri oleh si penanya.
"Gak sopan kamu- kenapa?" Keinan yang akan menegur tingkah laku Ayes dikagetkan ketika melihat wajah gadis itu yang berderai air mata
Ayes baru teringat bahwa ia keluar dari persembunyiannya, sesegera mungkin menarik selimut itu kembali, namun sebelum berhasil menutupi tubuhnya seseorang telah menahannya lebih dahulu.
"Siapa yang membuatmu menangis?" Tanya Keinan serius
"Apa ada orang yang menyakitimu? Atau kau terluka? Sebelah mana yang sakit" paniknya, dia menarik selimut itu hingga terlepas dari Ayes
"Bicara Ayes? Jangan buat saya khawatir" desak Keinan yang malah membuat tangisan Ayes semakin mengencang
"Astaghfirullah Ayes.. kamu ini kenapa?" Panik Keinan, meskipun kamarnya berada di lantai atas namun tetap saja ia takut ada orang lain yang mendengar.
Ini malam pertama mereka, ia takut dituduh macam-macam hingga membuat gadis ini menangis.
Ayes menyembunyikan wajahnya kedalam bantal, Keinan menghela nafas pelan. Dia membiarkan Ayes mengeluarkan semua bebannya lewat tangisan.
Beberapa menit berlalu...
"Istriku ini kenapa hm?" Tanya Keinan lembut, tangannya terulur mengelus kepala Ayesha namun gadis itu lebih dulu bergeser menjauh.
Lelaki itu tersenyum kecut."Apa yang ngebebanin kamu? Mau cerita gak?"
"Kamu gak sendiri. Ada saya, suami kamu. Saya siap mendengar keluh kesahmu, kamu bisa membagi masalahmu dengan saya" papar Keinan namun tetap tak ada balasan
"Ayes... saya tidak tahu entah hal apa yang berhasil membuatmu hingga menangis seperti ini, sebagai suami saya merasa gagal" lirih Keinan
Ia memutar otaknya mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dimana pernikahan mereka berlangsung, Ayes memang tidak menerima pernikahan ini tapi gadis itu masih baik-baik saja, ia terlihat menikmati pesta tadi.
Lalu saat berpisah dengan orangtuanya Ayes memang menangis, Apa sekarang juga karena itu? Ayes sedang rindu dengan orangtuanya?
Terakhir saat makan malam.. Ah ya, sepertinya Keinan tahu alasannya sekarang.
"Ayesha, tidak perlu memikirkan ucapan kak Yasmin tadi. Mereka tidak serius dengan ucapannya, lagipula saya juga tidak terburu-buru ingin memiliki anak"
"Masih banyak hal yang harus kita benahi Ayesha, kamu menerima saya sebagai suami saja sudah lebih dari cukup" tuturnya dengan seulas senyum tipis meski ia tahu Ayesha tidak melihatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Skripsi Cinta
SpiritüelDisaat yang lain sibuk skripsi ia malah sibuk resepsi. "Ya Allah Ayes mau skripsi bukan malah jadi istri"