Chapter 3

1.3K 175 9
                                    

Cafeteria, masih ramai seperti biasanya. Namun Chika masih belum terbiasa santap siang di sana.

"Chika, ayo duduk di sini, di samping aku." Tawaran itu ditujukan padanya oleh Gita dengan lambaian tangan.

"Eh... tapi-" Chika merasa tidak sanggup untuk berada di sisi Gita.

"Jangan sungkan." Ucap Gita lagi.

Gimana nggak sungkan, Marsha pembawa acara masak-masak yang sangat terkenal di TV, duduk di sebelah kanan Gita. Di sebelah kiri, ada Ashel, desainer terkenal yang tadi jadi bintang tamu di acara gosip (Ashel digosipkan pacaran dengan pengusaha tambang batu bara, namun telah di konfirmasi itu hanyalah rumor belaka), di kursi berseberangan dengan Marsha, ada Sisca penyanyi solo yang tampil nyanyi di acara musik tadi pagi.

Cafetaria berasa seperti wilayah penuh orang terkenal. Maklum saja, perusahaan besar. Chika gak kuat melihat pemandangan seperti ini nyaris tiap hari. Kemarin dia ketemu artis idolanya Shanju di acara reality show. Mereka semua cakep-cakep banget astagaaa..

Chika menghembuskan napas, berusaha menguatkan hati. Gak apa Chika, lihat mereka makannya sama kayak kamu. Makan nasi juga-

Eh-tunggu, itu Marsha makan sayur doang sama salad buah.

Ashel-makan steak tenderloin.

Sisca minum kopi Starbucks dan Sandwich.

Gita makan spaghetti sauce italiano.

Chika memegang nampan berisi sepiring nasi goreng dan teh es.

Dunia mereka beda.

-

Syukurnya, tiga orang terkenal itu sudah selesai makan duluan, pergi setelah ngasih tanda tangan untuk Chika. Gara-gara Chika menatap mereka penuh sparkle rasa terpesona. Mantaplah, dikoleksi, atau dijual saat keuangan terancam di akhir bulan.

Gita menumpu dagu, memperhatikan Chika makan siang. Tehnya hanya disesap sedikit demi sedikit biar lambat habis. Biar bisa bareng lebih lama. Peduli amat cafeteria ramai pada antri pengen duduk.

Dia sedang memperjuangkan calon pasangan masa depannya di sini.

"Gita hebat ya, dekat dengan para artis."

"Ah, tidak juga. Itu karena memang seperti ini pekerjaanku. Dan aku memang sudah berteman dengan mereka sejak lama."

"Begitu..."

"Lagian ga sedekat itu kok dengan mereka. Ashel punya hubungan dekat dengan Adel. Dan Marsha sedang pedekate dengan Zee."

"Ohh-perenang terkenal itu. Aku tidak menduganya!"

Ada beberapa atlet ganteng yang Chika tahu dan sering wara-wiri terlihat di televisi. Mulai dari pesepakbola, pemain basket, petenis. Zee sendiri adalah perenang yang sekarang sedang naik daun karena bakat dan ketampanannya.

Jadi Zee Asadel sedang dekat dengan Marsha. Whoa-ini gosip yang terjamin keakuratannya untuk disebar di pantry! Tidak diduga, Marsha orangnya jago juga. Ah, tunggu, ini privasi, mana boleh disebar begitu saja. Ghibah itu dosa, Chik.

"Hmm, mereka emang cocok sih, menurutku." Chika mengangguk-angguk.

"Tapi kadang aku juga sering melihat Adel bersama Marsha sih. Jalan bareng, atau mungkin diskusi tentang pekerjaan...?" Ucap Gita pelan.

"Eh..." Chika bingung, mesti ngeship Adel x Ashel atau Adel x Marsha.

Gita senyum ganteng, "Kalau aku sih, pengennya dekat dengan Chika."

Uhuk.

Blushing ini, gimana menyembunyikannya.

-

Seperti 2 hari sebelumnya, Gita ingin mengajak Chika makan siang bersama (untuk ke sekian kalinya), tapi sayang sosok yang dicari tidak dapat ia temukan di ruangan tempatnya biasa berada. Gita menghela napas, sepertinya Chika sudah pergi ke cafeteria. Atau mungkin sibuk kesana-kemari ngurusin persiapan syuting.

Segera menuju cafeteria yang mulai dipenuhi keramaian, Gita menemukan surai kecoklatan yang tampaknya begitu lembut untuk disentuh.

Gita berdehem, menyadari Chika sedang makan siang bersama Adel. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Oi, Gita." Adel menyapa dengan kalem.

"Eh Gita, kamu sudah makan siang?" Tanya Chika.

Gita menggeleng. Pengennya kan ngajak kamu bareng, Gita membatin.

"Kalau begitu, ayo makan bersama di sini. Aku jagain kursi kosong di sebelahku ini." ujar Chika lagi.

Eaa, malah duluan di ajak Chika. Gita senyum, "Oke."

Tidak perlu waktu lama untuk memesan makanan, karena Gita memilih menu yang simple. Grilled Cheese Sandwich. Soalnya melihat Chika saja rasanya sudah memuaskan hati.

"Tumben kalian makan berdua."

"Iyaa, tadi kebetulan ketemu di lobi."

"Jadi aku ajak dia makan siang bareng. Sekalian Chika aku traktir. Berbagi rezeki."

Adel kalem, tapi senyum iseng pada Gita. Matanya seakan mengisyaratkan perkataan; ngajak makan siang bareng doang bro, gak ngajak hidup bareng kok.

"Makasih banget lho, Adel, udah mau traktir. Nanti kalau aku gajian, aku traktir balik deh."

Adel tahu aja orang lagi usaha pedekate malah diusilin.

Smartphone Adel berbunyi setelahnya. Pertanda pesan masuk. Isinya segera dibaca oleh Adel.

"Duluan ya, Ashel minta dijemput."

"Salam buat dia. Bilangin terima kasih." Ucap Gita.

"Heh? Terima kasih buat apa...?"

Gita senyum penuh makna. Terima kasih karena gara-gara Ashel, artinya sekarang dia bisa berduaan dengan Chika.

-&-

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang