Chapter 11

811 136 3
                                    

"Aku mau cincin yang simple tapi menunjukkan ketulusan." Wajah Gita terlihat serius, terlalu banyak pilihan. "Mana yang menurut kamu lebih bagus?" Ia menoleh pada sosok di sampingnya, meyakini kalau dia dapat menentukan yang lebih baik.

"Hm..." orang di sebelahnya turut memasang wajah serius, karena yang namanya milih cincin untuk lamaran perlu pertimbangan-karat, keindahan termasuk harganya.

"Jangan bilang terserah." Gita mewanti-wanti.

Marsha rolling eyes. "Yang mau lamaran siapa, yang repot kok aku. Ajak orangnya langsung gitu."

"Marsha, selera kamu tentang fashion dan mode itu level atas. Jadi aku butuh kamu memilih cincin yang bagus buat Chika. Pengen bikin surprise."

Siapa tahu Chika khilaf langsung nge-iyain.

"Ya, kalau kamu udah bilang begitu sih," Marsha kan jadi lemah hati. Smooth banget memuji orang pake aura ganteng, memang rada beda dengan Adel yang kalem ternyata aslinya somplak. Kalau dibandingkan lagi, semakin beda dengan Zee yang kalem tapi otot dadanya bikin pengen meluk. Eh salah fokus Marsha kadang kepikiran, gimana bisa ketiga lelaki itu ketemu lalu jadi teman. Yang satu doyan ngopi, satunya demen nge-teh, satunya suka air.

Tempatnya orang minum bareng-bar? Warteg?

-

Gini rasanya keliling toko perhiasan selama dua jam lebih. Capek disertai dahaga, masbro. Dari yang emas sampai intan permata semuanya terlewati. Nyari yang pas buat gebetan memang susah. Gita belum nemu yang sreg di hati. Ini juga stamina Marsha patut dipertanyakan, kayaknya masih sanggup tiga kali keliling area toko. Padahal dia /pakai penyamaran diri dari kacamata hitam hingga mantel bulu bersyal yang tebal sebagai kamuflase.

"Gita, lihat ke toko ini deh, kayaknya bagus." Marsha melambaikan tangannya cepat.

Sedikit menarik napas, Gita menyeret kaki yang mulai pegal. Shopaholic tidak bisa diremehkan, insting menjelajah mereka terlalu luar biasa. Dari mana sumber tenaga itu?!

Marsha menunjuk sebuah toko yang terlihat minimalis.

Seleas Jewelry Collection.

"Sepertinya mereka memiliki koleksi perhiasan yang unik-unik!" Marsha berseru. Gita segera mengiyakan dalam hati, tempatnya dari luar kelihatan minimalis, begitu masuk-rasanya seperti nyasar ke dunia lain. Toko itu di dominasi warna putih terang dengan tema klasik, lampu hias kristal di langit-langit menjadi fokus ketika melangkahkan kaki ke dalam. Rasanya seperti terdampar ke sebuah istana abad pertengahan.

"Selamat datang." Seorang gadis cantik kalem bersurai putih menyapa. "Kalau ingin mencari cincin pernikahan yang simple namun elegan, silakan ikuti saya."

Gita tercengang. Membatin dalam hati. Lah-kok tahu mbak?!

Iyalah. Lo ke toko perhiasan ngapain, niat jual emas kiloan?

Name tag gadis cantik itu bertuliskan Raisha. Ia tersenyum melihat wajah kaget Gita. "Saya sudah terbiasa menebak-nebak ekspresi pelanggan yang datang ke toko ini."

"Anda menebak dengan begitu detail. Saya memang mencari cincin simple namun elegan untuk melamar seseorang."

"Pastinya bukan untuk orang yang tadi bersama anda ya."

Hah? Serius-kok bisa tahu mbak?! Sekali lagi Gita terkesan.

"Soalnya dia lagi lihat-lihat piring antik di toko seberang."

Oh-

-

"Maaf ya. Tadi ada lihat piring antik impor, jadi naksir deh buat nambah koleksi." Marsha memegang pipinya. Soalnya ngoleksi pc idol dan peruntungan gacha ampas mulu.

"Jadi gimana cincinnya? Mungkin sedikit terlambat. Memangnya kamu tahu ukuran jari Chika?"

"Tahu."

"Eh-dari mana?" Marsha kaget.

"Bantuan si kembar." Gita senyum bangga. Mulai dari membuat Chika menggambar tangannya di buku gambar si kembar, hingga main tali-temali-dan pegangan tangan. Gita sempat mengira-ngiranya. Nyari jodoh memang tidak cukup hanya doa, perlu usaha.

Owalah, kirain pake modus grepe-grepe. Marsha senyum pahit. Biasanya pendekatan pure gini jalannya panjang.

Beberapa waktu berlalu, sang pemilik toko, menunjukkan beberapa koleksi cincin pilihannya kepada mereka. Ada berbagai pilihan, ada yang bertatahkan tiara dari akik, zambrud hingga batu meteorid. Maklum, batu dari luar angkasa, harganya selangit.

-

Tanpa sengaja-salah satu staf pegawai kantor Picture pro, lewat area pertokoan tersebut.

Hah?

Bersama siapakah gerangan Gita?

Keesokan harinya di kantor ada sebuah gosip, tentang Gita bersama seseorang di toko perhiasan. Ngapain Gita di toko yang biasanya cuman didatangi orang yang pengen nikahan?

Hanya ada satu kesimpulan yang pasti; jangan-jangan sebentar lagi bakal ada undangan dan tenda biru dihiasi indahnya janur kuning?!

Jeng jeng jeng..

-&-

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang