Chapter 2

1.6K 194 5
                                    

Chika tidak tahu, apakah ini namanya beruntung atau tidak. Orang yang beberapa waktu lalu melamar dirinya—Gita Andari, sekarang duduk di kursi depan bersama dua orang lainnya, untuk mewawancarainya. Sedangkan Chika duduk pada sebuah kursi yang menghadap pada tiga meja mereka. Chika tidak sanggup menghadapi cobaan seperti ini. Lebih berat dibanding saat sidang skripsi rasanya.

Terutama dengan pertanyaan terakhir yang diajukan oleh Gita.

“Kapan kamu ada waktu kosong? Makan bareng yuk.”

Mas tolong, pertanyaannya dikondisikan.

-

Chika menghela napas ketika kakinya berhasil keluar dari kantor Picture pro, akhirnya si jantung telah menjadi lebih tenang karena selesai melakukan wawancara. Walau tadi ada pertanyaan yang aneh-aneh.

“Kak Chika!”

“Hm—Christy?”

“Kak Chika hebat, bisa membedakan kami dengan cepat.” Sebuah ucapan kagum tertuju padanya.

“Jarang ada yang bisa loh.”

Chika menaikkan alisnya, “Begitu kah?”

“Hm, Guru di sekolah masih sering salah memanggil nama kami.”

Mulut Chika membentuk huruf O, tidak menyangka dia ternyata hebat dan jeli dalam hal seperti itu. Tapi, memang cukup mudah baginya untuk membedakan si kembar. Meskipun tampak bagai pinang di belah dua, ada mimik dan karakteristik yang jelas berbeda dipenglihatannya.

“Aku bahkan pernah dipanggil Jayden.”

Yah. Itu sih gurunya yang lupanya kebangetan.

-

“Jadi kenapa masih di sini, menunggu papa? Tidak dijemput mama kalian?”

Kathrin dan Christy berpandangan beberapa saat.

“Mama sudah berada di surga. Kalau kami dijemput mama, nanti papa sedih.”

“Nanti papa kesepian.”

“O—oh, begitu…” Chika langsung terenyuh, baru menyadari perkataannya yang salah. Harusnya dia memikirkan kemungkinan kenapa si kembar itu bisa pergi tanpa ibu mereka menuju kantor ayahnya bekerja dan kenapa Gita bersikap begitu padanya. Tiba-tiba ngelamar orang. Ternyata itu karena ibu si kembar sudah pergi ke surga. Kirain pengen nambah istri. Chika kan tidak mau jadi pelakor, sekalipun jadi pelakor adalah cara mudah untuk menjadi viral.

“Sekarang kami menunggu papa sambil ditemani om Adel.” Kathrin menunjuk seseorang dengan rambut sebahu yang berjalan ke arah mereka.

“Kalian jangan pergi ninggalin aku tiba-tiba begitu.” Netra Adel beralih pada sosok yang berada bersama si kembar. “Sport jantung nih.”

Oh, ini orang yang pagi tadi disebut-sebut si kembar. Chika membatin. Dari penampilannya, tampaknya orang itu memiliki jabatan penting. Wajahnya terlihat kalem dan serius.

“Ah, halo, aku Chika.” Chika memberikan salam perkenalan.

“Halo, aku Adel. Temennya Gita. Aku liat kamu bicara dengan Gita di lobi. Kamu yang tadi dilamar Gita, kan?”

Ehhh—

Kenapa ia tidak dikenal sebagai orang yang telah mengantarkan dua anak kecil tersesat dengan selamat?

Chika hanya bisa ber-hehe ria.

Hidupnya yang tenang, tiba-tiba saja menjadi ngaco.

___________________________________________

Beberapa hari kemudian~

Diterima!

Bukan, bukan tentang lamaran Gita, tapi tentang lamaran pekerjaan. Chika berhasil diterima bekerja di perusahaan kreatif industri Picture pro. Pekerjaannya di belakang layar, membantu sutradara dan bertugas sebagai asisten, Astrada bahasa kerennya.

Ia memastikan tidak ada hal-hal kecil terlewat hingga mengakibatkan kekacauan saat syuting. Misalnya, saat ada adegan dramatis sepasang kekasih berpelukan di bawah derasnya air hujan, padahal sebenarnya hari saat sedang syuting langit cerah. Mereka membuat hujan buatan; memakai selang. Itu salah satu tugas Chika, mengarahkan para kru agar air hujan yang jatuh terkesan alami dan adegan tersebut sanggup membuat baper penontonnya.

Beda divisi dengan Gita, jadi syukurlah.

Nggak sering dimodusin walau kadang disamperin, diajak makan bareng. Jelas Chika sungkan, banyak pandangan beraura cemburu padanya karena hal itu, Chika takut plot hidupnya jadi kayak sinetron hanya gara-gara dia kerja di bidang yang berhubungan dengan sinetron kejar tayang dan karena ia dekat Gita. Gita adalah salah satu jajaran cowok ganteng koleksi perusahaan Picture pro. Yang menjadikan Gita sebagai idaman.

Bagaimana kalau dia nanti dibully, difitnah, dikurung di toilet-emm.. itu plot cerita naskah syuting film tadi siang. Chika kebawa suasana-

Lagi pula, para pegawai di sini rata-rata adalah orang baik dan ramah. Tapi tentu saja, yang namanya manusia punya sifat positif dan negatif. Jadi Chika ingin menjalani hidup aman, dengan menjaga hubungan antar rekan kerja dan dunia sosialisasinya.

'Maaf, kita baru ketemu. Bisa selow aja gak mas."

Chika berucap kalem pada Gita waktu itu, dan ditanggapi dengan senyuman hangat.

"Ok."

Pedekate dulu. Kalau versi barokah, namanya taaruf.

Gita Andari, pegawai divisi HRD di Picture Pro. Tinggi, tampan, umur masih di angka dua puluh sekian. Lebih tua dari Chika beberapa tahun. Pernah bekerja sebagai model, tapi memutuskan untuk jadi pegawai yang lebih jelas nasibnya. Gaji stabil, tidak merokok, punya mobil sendiri, dikenal sebagai sosok muka dingin tapi ramah, betah tetap bertiga dengan Kathrin dan Christy yang ternyata adalah anak dari kakak perempuannya yang meninggal karena kecelakaan pesawat bersama suaminya.

Itu informasi yang Chika dapatkan ketika berada di ruang pantry bersama rekan kerjanya. Chika terharu, lelaki itu baik hati sekali. Lebih fokus kepada anak-anak dibanding romansa hidupnya. Bagaimana mungkin ada orang yang menolak lelaki seperti itu-?!

Kan bodoh namanya kalau menolak lelaki yang memiliki potensi sehebat itu-??

Eh-tunggu tunggu..

Chika nggak sepenuhnya nolak kok!

Ia hanya-memastikan tidak salah dalam memilih pasangan hidup. Makanya selow.

Asam di gunung, garam di laut bertemu dalam satu belanga.

Kalau jodoh, gak akan kemana!

-&-

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang