Chapter 13

929 125 3
                                    

Bagaimanapun juga janji adalah hutang, dan hutang merupakan sesuatu yang harus dilunasi. Oleh karena itu, setelah mendapatkan hari libur yang pasti dari atasan, acara bikin kue bareng si kembar diatur kembali. Walaupun sayangnya, kali ini Gita yang tidak bisa ikut. Soalnya harus keluar kota bareng Adel. Mereka nyaris gak ada ketemu akhir-akhir ini. Hanya sempat berpapasan, saling sapa dua menit. Seenggaknya, Gita gak cemas. Si kembar bisa dititipin pada Chika kali ini.

Yang galau sepertinya cuman Chika. Ini apa nggak masalah bikin cake buat Gita? Soalnya Gita udah ada yang punya, nanti dia dikira orang ketiga yang mengganggu hubungan orang.

Tapi ini adalah cake sebagai ucapan terima kasih, jadi seharusnya ga masalah dong.

Tapi, gimana jadinya ya kalau seseorang itu melabrak Chika karena ia memberikan cake pada Gita?!

Duh, dedek pusing bang. Dilema.

"Kak Chika!"

"Ya? Kenapa Kitty...?"

Terlalu banyak pikiran membuat Chika nyaris lupa kalau sekarang ia dan si kembar sedang berada di supermarket. Membeli bahan-bahan untuk bikin kue di apartemennya. Sekalian juga perdana untuk Christy dan Kathrin menginap di tempatnya. Mereka terlihat excited tentang hal ini. Kadang rasanya iri sama anak-anak, seperti tidak ada beban dalam hidup mereka. Hal membingungkan dalam hidup mereka hanyalah ketika disuruh milih beli es krim rasa vanila atau coklat.

"Dari tadi kak Chika cuman natap rak tepung. Beli cemilannya kapan? Beli bahan kuenya kapan?"

"O-oh, aku cuma bingung, tepung merk mana yang lebih bagus!"

"Kak Chika milihnya kelamaan!" Christy mengeluh.

"Kalau gitu, cemilannya biar aku dan Christy yang cari. Kak Chika menentukan bahan kue yang ingin dibeli." Kathrin bersuara.

"Memangnya kalian tahu letak rak cemilan? Nanti nyasar lho."

"Ingat kok." Kathrin kalem, "Gak jauh, cuman dua rak dari sini. Kalau kasir ada di bagian kiri. Sudah sering ke sini bareng papa, jadi ingat letaknya."

"Oh, oke kalau begitu. Ga usah beli cemilan banyak-banyak ya. Habis itu jangan lupa kembali ke sini. Jangan sampai terpisah."

"Siap bos!"

Dua anak itu segera menuju area cemilan sambil bergandengan tangan. Serius ini, mereka gak bakal nyasar kan ya? Sebaiknya Chika segera memilih bahan yang harus dibeli dan menyusul ke bagian cemilan. Susah nanti kalau anak orang hilang. Chika menoleh ke arah kedua anak itu berbelok. Cuman beda dua rak padahal, tapi udah bikin cemas. Disusul aja-

"Maaf, mau nanya, tepung merk apa yang bagus..."

"Hm?"

Itu pertanyaan yang pelan, tapi Chika dapat mendengarnya dengan baik.

"Zee...?"

"Ah, ternyata Chika. Kita bertemu lagi." Pemuda tinggi itu menunduk sopan saat mengenali sosok yang ditanyainya. Di tangannya ada kertas kecil dan keranjang yang masih kosong.

"Aku ga nyangka kita bisa bertemu lagi, terutama di tempat ini." Ucap Chika ramah.

"Hm, iya. Aku lagi berpikir untuk mencoba membuat kue... untuk seseorang."

"Ohhh!"

Zee berdehem, "Sebagai ucapan terima kasih."

"Ohhh! Aku mengerti." Chika mengangguk-angguk.

"Aku ga begitu tahu bahan-bahan yang bagus. Tetapi kalo aku tanya sama orang itu, ini ga akan menjadi kejutan."

Senyum lebar muncul di wajah Chika, "Apakah untuk Marsha?"

"Begitulah.." eeh apa itu seorang Zee blushing??

"Aww-Marsha pasti senang."

"Sebenarnya aku tidak yakin dengan kemampuanku."

"Yang penting adalah niatnya. Kalo dibuat dengan tulus, aku yakin Marsha pasti akan suka."

"Eh, kalo gitu.. boleh kamu tolongin aku Chik?"

Mendadak Chika jadi bersemangat. Jadi gosip tentang Marsha dekat dengan Zee itu benar! Kagumlah pada kemampuan Chika dalam berkomunikasi dan menipiskan jarak. Yaa sksd lah kalo bisa disebut.

"Tentu! Kebetulan banget, aku juga mau membuat kue hari ini dengan Kathrin dan Christy. Kita bisa belajar sama-sama."

"Kathrin dan Christy... keponakan Gita?"

"Hm, mereka menginap di tempatku hari ini. Sekarang mereka ada di area cemilan."

"Aku sering melihat foto dan mendengar cerita tentang betapa manisnya mereka dari Gita. Tapi aku belum pernah bertemu secara langsung."

"Tenang aja! Mereka benar-benar anak yang manis! Kamu pasti akan menyukai mereka!"

"Eh, tapi aku tidak ingin menjadi pedofil loh."

Bukan dalam artian seperti itu mas- Chika rolling eyes.

-

Christy melihat Chika berbicara dengan riang pada seseorang. Padahal dari tadi kelihatan murung. Sepertinya orang itu adalah teman Chika. Christy segera meraih tangan Kathrin.

"Lihat deh, Kathrin." Christy setengah berbisik. "Kak chika sepertinya punya teman."

"Pastilah kak Chika punya teman, Christy. Kak Chika orang yang baik, jadi pasti dia punya banyak teman."

Christy manggut-manggut, "Jadi jomblo bisa saja punya banyak teman ya."

Yha-apa hubungannya jomblo sama punya banyak teman dek. Sepertinya ada kesalahpahaman tentang defenisi kata ini dalam pemikiran Christy.

"Bisa. Pasti banyak orang yang suka pada Kak Chika, karena kak Chika orang yang baik dan menyenangkan. Contohnya kita, kita suka kak Chika. Papa juga suka kak Chika."

"Jadi orang yang di sana itu juga suka kak Chika ya?"

Kesimpulan macam apa itu?!

"Tapi rasa suka kita pada kak Chika pasti lebih banyak!" Christy merentangkan tangannya.

"Huum!"

Sayang Chika gak dengar hal ini.

-

"Ah, syukurlah kalian tidak tersesat!" Chika berseru begitu melihat si kembar muncul dengan beberapa snack di tangan mereka. Dengan segera ia memperkenalkan Zee pada si kembar. Sedikit awkward karena Zee terlihat kalem, dan si kembar tampak waswas.

Tapi Chika adalah sosok yang hebat dalam berinteraksi, dalam hitungan menit, mereka berempat mengobrol tentang kue-kue apa saja yang enak!

Menurut si kembar, Zee adalah orang dewasa yang keren!

Tapi omong-omong, Chika jadi kepikiran lagi. Ini bikin cake buat Gita apa gak akan menjadi masalah? Apakah perlu hal ini ditanyakan pada Zee?

"Apartemen Kak Chika kelihatan simple seperti Kak Chika!" Christy berseru setelah menjelajah seisinya.

"Hmmm~ itu pujian atau bukan?"

"Suasananya nyaman, dan bisa melihat langit dengan jelas. Ini tempat yang bagus." Ucap Kathrin.

Oh, ini pujian!

"Di halaman belakang rumah kami juga bisa melihat bintang-bintang di langit yang luas lho. Kadang ketemu bintang jatuh, walau hilangnya cepat sekali! Gak sempat mengucapkan permohonan."

"Hehe, aku juga suka mengamati langit. Makanya memilih apartemen ini." Chika menatap barang belanjaan mereka yang berada di atas meja. "Nah, karena semua bahan sudah lengkap. Ayo bersiap-siap untuk membuat kue!"

Misi utama hari ini, membuat kue yang dipenuhi ketulusan hati!

"Let's goo!" kedua anak kecil itu mengangkat tangan mereka. Diiringi gerakan lambat dari Zee yang tampak sungkan mengepalkan tangan.

"O-oke."

Rasanya seperti ada tiga dedek manis di sini!

-&-

The UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang