Thank you yang udah baca special chapternya!***
"Makasih udah ngajakin jalan-jalan hari ini," ucap Mila sungguh-sungguh. Seperti kegiatan jalan-jalannya mengitari Singapore berasama Andaru merupakan keputusan paling membanggakannya selama empat bulan terakhir.
"Seneng?" Andaru bertanya dengan suara ngantuknya.
Mila menganggukan kepala.
Pria itu berdecak. "Gantian dong lo yang bikin gue seneng."
Tubuhnya menghadap Mila, yang bikin Mila mendadak waspada. Khawatir pria ini menciumya tiba-tiba.
Dia memundurkan langkah."Hah?"
"Temenin gue ke nikahan sepupu gue."
Ah, andai saja Mila punya pilihan.
Gaun tulle berwarna rosegold rancangan Sapto Djojokartiko yang menjuntai indah di tubuh langsingnya tidak cukup untuk membuat Mila mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Dia merasa gugup di kala langkah kakinya memasuki rumah yang dipenuhi oleh orang-orang asing baginya.
Kalau ini bukan pernikahan sepupunya Andaru, Mila mungkin tidak akan merasa sewaswas ini. Menghadapi todongan penuh tanya wartawan terasa lebih baik daripada memikirkan bagaimana keluarga Andaru akan menghakiminya. Memang terlalu cepat untuk menduga-duga. Namun, perasaan curiga itu terus menghantui kepalanya, siap-siap atas kemungkinan terburuk yang akan dihadapinya.
Mila mengerjapkan mata ketika jentikan jari Andaru lewat di depan mukanya. Dia turut menghentikan langkah. Pria yang berdiri di sebelahnya itu agak menundukan kepala, berada begitu dekat dengan wajahnya, membuat Mila menahan napas. Satu sudut bibirnya pun terangkat sembari berdecak,
"Ngapain nunduk? Mending pamerin tuh muka cakep lo ke orang-orang biar gak mubazir," sarannya iseng. Mila tidak mengubah raut wajahnya. Sementara Andaru mendekatkan tangan kirinya ke tangan Mila. "Nih pegang tangan gue."
Yang bikin Mila makin melongo.
"Biar lo gak ilang," bisiknya kalem. Di detik berikutnya, pria itu lancang menggenggam tangan kanan Mila yang tetap membuat sang gadis terkejut walaupun Dru sudah memberikan aba-aba. Mila menatap nanar tangannya yang digenggam, ingin melepaskannya mengingat tangannya dingin dan mengeluarkan keringat, tapi pria itu malah menggunakan ibu jarinya untuk mengelus-elus punggung tangan Mila.
And it feels warm.
Bukannya membawa Mila masuk dan menemui keluarganya sebagaimana briefing yang dia berikan, Dru malah menarik gadis itu ke arah kiri rumah yang mengarah ke bagian taman. Tepat di depan pohon jambu yang kelihatan tua, Mila menebak kalau pohon ini ada penunggunya karena auranya yang angker. Terasa panas juga karena menjelang tengah hari.
"Kenapa malah ke sini?" tanya Mila bingung. Awalnya dia pikir Dru mau merokok, makanya tidak jadi masuk. Namun, pria itu hanya berdiri diam di sebelahnya dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Bengong seperti Mila.
"Gue takut lo pingsan kalau gue paksa masuk," balas Dru enteng. "Wait, kenapa kata-kata gue barusan terdengar salah ya?" tanyanya dengan cengiran.
Mila memutar bola matanya malas. Setidaknya, kerandoman Andaru membuat kegugupannya berkurang.
"Lagian, lo kenapa deh panik amat? Ini cuma ketemu keluarga gue, bukan monster."
Ah, jelas. Bahkan Dru dapat membaca kegugupannya.
Mila menggigit bagian dalam bibirnya kuat-kuat. Dia sudah banyak menghadapi ketidaknyamanan dalam hidupnya, kemudian berhasil dia lalui juga. Besar di lingkup dunia Showbiz membuatnya terbiasa dengan hal-hal mengerikan sekaligus memalukan. Kepercayaan dirinya untuk berada di tengah-tengah keramaian dan menjadi pusat perhatian seharusnya tidak perlu diragukan. Hal seperti ini tidak seharusnya membuatnya merasa cemas, kan? Ayolah, dia bukan amatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Rent (Antagonist Love Story)
Literatura FemininaIni tentang Ruby Armila, selebritis yang terbiasa memerankan peran antagonis licik hingga dibenci betulan di dunia nyata. Dia diputusi oleh Davin--kekasih 7 tahunnya-- begitu saja setelah pria itu tertangkap basah selingkuh dengan Kanisha Ayu, artis...