4. Ketemu.

19 5 0
                                    

Ternyata yang dikatakan Linda memang benar, Sandra hanya terlalu khawatir. Sudah sebulan sejak dia resmi menjadi siswi SMA tapi kakak kelas menyeramkan yang dia temui itu tidak pernah muncul. Karena itu Sandra bisa menjalani hari-harinya dengan tenang dan lancar.

Sandra menghentikan sepeda pink miliknya di parkiran khusus sepeda, gadis dengan seragam biru kotak-kotak itu harus berbegas jika tidak ingin terlambat masuk kelas pertama. Hari ini Sandra bangun terlalu siang karena semalam dia harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah, seharusnya itu menjadi pekerjaan kelompok namun tiga orang yang berada di kelompoknya sulit dihubungi. Alhasil mau tak mau Sandra mengerjakannya sendirian jika dia tetap ingin mendapatkan nilai.

Sandra berjalan cepat di koridor yang mulai sepi. Bel masuk baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, Sandra harap dia masih punya kesempatan. Saat sampai di belokan koridor, Sandra terkejut ketika tasnya tersangkut pada sebuah paku yang mencuat keluar. Karena terhambat waktu Sandra akhirnya hanya berusaha menarik tasnya sekuat tenaga hingga paku itu terlepas dari tasnya. Sandra baru bisa bernapas lega saat sampai di kelasnya ketika guru belum datang. Baru saja Sandra duduk di tempatnya, tiga orang yang menjadi anggota kelompoknya datang menghampiri.

"San, tugas yang kemarin udah selesai belum ya? Sumpah gue lupa kalau ada tugas kelompok." Ucap salah satu dari mereka, Kayla namanya. Yang diikuti oleh dua orang lainnya.

Bagaimana bisa mereka lupa, padahal Sandra setiap hari selama seminggu terus mengingatkan lewat grup chat. Tapi tidak satupun dari mereka merespon.

"Udah selesai kok." Jawab Sandra.

"Serius? Makasih banget ya San, lo baik banget." Ujar Ryan. Anggota kelompok yang lain. Ketiganya lalu menjauh setelah selesai berterima kasih.

Sandra hanya bisa menghela napas panjang. Dia menekan kan dalam hati, bahwa apa yang dia lakukan bukan untuk orang lain kecuali dirinya sendiri. Linda yang duduk di belakang Sandra menepuk bahu gadis itu, Sandra memberinya senyuman tipis ketika melihat wajah kesal Linda. Tentunya Linda tahu apa yang terjadi.

Saat guru datang ke kelas, dia meminta semua murid mengumpulkan tugas kelompok minggu lalu. Semua kelompok sudah mengumpulkan tugas mereka kecuali kelompok Sandra.

"Sandra, mana tugas kelompok kamu?" Bu Prisil menatap Sandra.

"Anu, bu, itu, maaf tugasnya nggak ada." Sandra pucat, padahal dia yakin sudah memasukan tugasnya ke dalam tas sebelum tidur semalam. Tapi kemana hilangnya tugas itu sekarang? Saat Sandra berusaha mencari barulah dia sadar jika tasnya memiliki lubang yang cukup besar.

"Bu, tas saya robek." Suara Sandra mulai gemetar.

"Kira-kira kapan tas kamu robek?" tanya Bu Prisil setelah melihat robekan tas Sandra. Barang-barang yang lain milik gadis itu pun ikut menghilang.

"Mungkin waktu saya mau masuk kelas. Tas saya nyangkut di paku waktu itu." ucap Sandra setelah mengingat-ingat. Karena terlalu buru-buru Sandra pun tidak melihat kebelakang lagi saat itu.

"Lo gimana sih San, teledor banget. Itu kan tugas penting." Itu kalimat milik salah satu anggota kelompoknya, dua orang yang lain pun ikut terlihat kesal. Sandra menundukan kepala merasa bersalah. Bukan bersalah pada anggota kelompoknya, tetapi pada dirinya sendiri.

Padahal Sandra sudah bersusah payah menyelesaikan tugas fisika itu. Tapi karena kecerobohannya sendiri Sandra harus menanggung akibatnya, sendirian.

"Kalau kalian ngerasa itu tugas penting, sebagai anggota kelompok kalian pasti bawa salinannya dong." Ujar Linda di belakang Sandra, ditatapnya mereka dengan tajam.

Ketiga orang itu pun tak berkutik. Tugas kelompok yang Bu Prisil berikan memang tidak harus ditulis menggunakan tangan, dan sebagian besar murid pun menggunakan flashdisk atau kertas cetak ketika mengumpulkan tugas. Dan Sandra salah satu murid yang memilih untuk mencetak tugasnya.

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang