11. Ragu-ragu

23 3 0
                                        

Pagi ini Sandra bangun terlambat. Ini semua karena dia tidak bisa tidur lantaran memikirkan kata-kata Alex saat terakhir kali mereka bertemu. Setelah dipikirkan lagi Sandra bingung dengan maksud kalimat Alex yang ambigu. Tidak akan melepaskan. Apa artinya Alex dan Sandra akan memiliki hubungan seperti di masa lalu? Tidak bisa, tidak boleh. Jika seperti itu usaha Sandra pergi dari hidup Alex selama ini hanya menjadi sia-sia, Sandra harus bertemu Alex untuk mendapat kejelasan. Apabila benar mereka kini memiliki hubungan Sandra harus cepat-cepat mengakhirinya.

"Mama." Sandra menoleh untuk mendapati Allen yang berdiri lengkap dengan seragam sekolahnya yang rapi.

"Mama berangkat duluan ya. Bentar lagi Tante Indy datang buat antar kamu ke sekolah." ucap Sandra tergesa-gesa menggunakan sepatu.

"Ma, itu ..."

"Mama berangkat ya sayang, I love you." Allen belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat Sandra memeluk serta mencium seluruh wajahnya dengan gemas. Setelah itu Sandra pergi dengan taksi yang sudah menunggu di depan rumah.

Allen melihat kotak bekal yang dibuatnya pagi-pagi tadi, Allen secara khusus membuat bekal itu untuk Ibunya tapi wanita itu justru melupakannya di meja ruang tamu. Allen menggeleng, Ibunya itu memang teledor meski usianya hampir mendekati separuh abad. Allen memasukan kotak bekal itu pada tas sekolahnya kemudian masuk ke kamar Sandra untuk mencari kartu nama perusahaan. Kalau tidak salah di kartu nama itu terdapat alamat tempat perusahaan Ibunya bekerja saat ini. Mungkin nanti setelah pulang sekolah Allen bisa ke kantor untuk mengantarkan makan siang ini untuk Sandra, Ibunya pasti senang melihat kedatangan Allen nanti.

***

Sandra awalnya ingin segera bicara dengan Alex saat tiba di kantor, tapi dia baru ingat jika jadwal Alex pagi ini sangat padat hingga siang nanti. Ketika siang Alex juga tidak ada di perusahaan karena harus makan siang bersama klien di restoran dekat kantor, Sandra tidak ikut karena harus menunggu tamu penting yang akan bertemu Alex setelah makan siang. Keduanya sama sekali tidak ada waktu untuk membicarakan masalah pribadi.

Saat Sandra sibuk menyiapkan materi untuk rapat berikutnya, di lobi perusahaan muncul seorang anak lelaki tampan yang menarik perhatian orang- terutama kaum hawa. Anak itu terlihat menggemaskan dengan seragam sekolahnya yang lucu belum lagi wajah tampannya sejak tadi cemberut, membuat kedua pipi semakin bulat seperti mochi.

"Tante udah saya bilang, saya mau ketemu Mama. Kalau nggak nanti Mama telat makan siang, Mama saya kalau telat makan perutnya bisa sakit." Allen mengoceh di depan meja resepsionis yang lebih tinggi dari tubuhnya, alhasil bocah itu harus berjinjit saat bicara dengan resepsionis.

"Iya tante paham, tapi nama Mama kamu siapa?" resepsionis itu bicara dengan nada gemas sekaligus jengkel. Sudah lima belas menit tapi kedua resepsionis itu masih belum bisa menemukan Ibu dari anak itu.

Meskipun Allen tampak dewasa, tapi pada dasarnya dia masih anak berusia kurang dari delapan tahun. Sampai di perusahaan ini seorang diri saja sudah seperti keajaiban.

"Nama Mama saya Sandra."

"Yang punya nama Sandra di perusahaan ini nggak cuma satu orang, adek."

"Cari aja yang paling cantik, itu pasti Mama saya."

Ketika dua resepsionis itu tengah kebingungan Sandra muncul dari elevator, dia langsung seketika mengenali Allen yang sedang berjinjit di depan meja resepsionis. Dengan langkah cepat Sandra menghampiri anak lelakinya.

"Nah tante, itu Mama saya." Tunjuk Allen saat Sandra memanggilnya.

"Dia anaknya Mbak Sandra?" dua resepsionis itu menatapnya tak percaya. Padahal Sandra tidak terlihat seperti wanita yang sudah menikah apalagi memiliki anak sebesar ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belahan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang