Ini hari kelima setelah kejadian yang membuat Sandra bingung menghadapi Alex. Sejujurnya jika bisa Sandra ingin menjauhi lelaki itu seperti yang pernah dia lakukan. Tapi disisi lain Sandra tidak bisa memutus kontrak kerja begitu saja- kecuali dia bisa membayar denda pemutusan kontrak secara sepihak, dan tentu saja Sandra tidak akan bisa membayar denda yang besarnya tiga tahun gaji tersebut. Akhirnya yang bisa Sandra lakukan hanya bersikap seolah kejadian lima hari lalu tidak pernah ada. Beruntungnya Alex pun sepertinya juga melakukan hal yang sama. Keduanya bekerja dengan profesional.
Sandra sedang merevisi dokumen ketika dia mendengar suara denting lift. Tak lama setelahnya muncul seorang lelaki dari dalam lift. Dia laki-laki dengan tubuh tinggi dan rambut pirang, matanya yang coklat terang langsung melihat Sandra ketika mengangkat pandangan. Sandra ingat hari ini Alex tak memiliki janji temu dengan siapapun, dia kemudian menyambut tamu tak diundang itu dengan senyum profesional.
"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?" Sandra bicara menggunakan bahasa asing yang fasih. Dia mengira orang di depannya ini tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia. Tapi meski penampilannya tidak seperti warga lokal, Tora lahir dan besar di negeri ini.
"Saya bisa bahasa Indonesia kok." Tora menunjukan senyum terbaiknya.
"Oh, maaf. Saya pikir anda bukan orang Indonesia." ucap Sandra, sungkan.
"Sebenarnya saya memang bukan orang Indonesia, tapi orang tua saya jatuh hati dengan negara ini puluhan tahun lalu. Karena itu saya lahir dan besar di sini. Perkenalkan saya Tora, kamu sekretaris Alex yang baru? Saya baru lihat kamu sepertinya." Ujar Tora dengan akrab. Dengan ragu Sandra menjabat tangan Tora yang terulur padanya.
"Saya Sandra, saya baru bekerja dua bulan di sini." Sandra ingin segera menarik tangannya, tapi Tora sepertinya masih ingin menggenggam tangan lembut itu sedikit lebih lama.
"Ngapain lo di sini?" sampai Alex muncul dari dalam ruangannya. Sandra menarik tangannya lebih keras hingga akhirnya terbebas dari Tora. Melihat itu Alex menatapnya dengan tajam, Sandra hanya bisa menghindari tatapannya.
"Lo nggak ada meeting kan, makan siang bareng sama gue gimana?" ucap Tora seakan tak terjadi apapun.
"Nggak. Terus, jangan dateng ke tempat orang tanpa ngabarin. Lo pikir gue pengangguran kayak lo." Ucap Alex.
"Jangan gitu dong, biasanya gue dateng juga lo nggak masalah kok. Kalau perlu kita ajak Sandra bareng. Kasihan kan kalau dia cuma makan sendirian. Gimana Sandra, kamu mau kan?" Tora menatap wanita itu.
"Maaf, tapi saya sudah ada janji makan siang." Jawab Sandra. Sebenarnya dia tidak memiliki janji dengan orang lain, hanya saja Sandra rasa bukan pilihan bijak ikut makan siang bersama kedua lelaki tersebut.
"Oh ya, siapa? Pacar kamu ya? Iya sih, perempuan secantik kamu nggak mungkin masih sendiri." ujar Tora sambil terkekeh. Tidak menyadari Alex yang telah mengeluarkan aura suram di sebelahnya.
"Bukan pacar saya, temen saya baru dateng dari Jogja hari ini. Jadi kami mau makan siang bareng." Segera Sandra membantah. Matanya melirik Alex yang menatapnya tajam, membuatnya merinding.
"Berarti saya punya kesempatan?"
"Maksudnya?" bukan menjelaskan Tora hanya memberinya senyuman tampan.
"Ya udah kalau lo nggak bisa makan bareng gue. Gue balik aja kalau gitu, nanti jangan lupa mampir ke tempat gue. Veena nanyain lo terus tuh, katanya lo nggak ngangkat telfon dari dia." Tora menepuk pundak Alex sebelum pergi, sedangkan Alex hanya diam tak merespon.
Setelah Tora pergi yang tersisa hanya kesunyian. Di bawah pengawasan Alex Sandra tidak berani bergerak dari tempatnya, mata dengan iris secoklat tanah itu memandangnya terlalu tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Jiwa
RomantizmAlexander dan Alesandra dipertemukan oleh takdir. Dua orang asing itu pun terjebak dalam permainan semesta yang kejam. Jatuh cinta setengah mati, keduanya tak ingin terpisahkan. Tapi Ibu Alex- Thalita, tak merestui hubungan mereka. Selain karena San...