Sandra menutup buku pelajarannya dengan tanpa semangat. Baru saja guru keluar, Linda sudah menarik tangan Sandra pergi dari kelas. Kedua gadis itu menuju kantin dan memilih bangku paling pojok untuk bicara.
"Jadi, kamu udah kenal sama Kak Alex?" tanya Linda langsung. Sandra pun menceritakan apa yang terjadi. Linda hanya bisa menatap Sandra tak percaya, entah kesialan atau keberuntungan yang Sandra hadapi saat ini.
"Aku harus gimana dong Lin, dia udah tahu aku di mana. Kalau dia balas dendam gimana?" ucap Sandra mulai hiperbola.
"Jangan mikir yang sembarang dulu." Linda mengenal Alex sejak dia masih kecil, itu karena mereka bertetangga. Yang Linda tahu selama ini Alex bukan anak lelaki yang usil walau dia tipe orang yang tidak sabaran, jadi seharusnya Sandra tidak akan terlibat masalah apapun dengan pemuda itu jika dia bicara.
"Kamu serius, nggak papa emang?" Sandra menatap Linda penuh harapan.
"Iya, Kak Alex nggak akan ngapa-ngapain kamu kalau aku yang ngomong. Kamu tenang aja." ucap Linda yakin.
"Makasih Linda." Sandra bisa bernapas sedikit lega.
"Iya. Udah yuk, pesen makan. Aku nggak sempat sarapan tadi pagi." Ujar Linda, sekali lagi menarik Sandra yang hanya pasrah.
Ketika mereka mengantri makanan, Sandra baru sadar jika dia tidak membawa uang. Itu karena Linda langsung menariknya tanpa peringatan. Sandra mau tak mau kembali ke kelas untuk mengambil uangnya meski Linda sudah menawarkan diri untuk membayari. Namun baru saja dia sampai di depan kelas, Sandra bertemu dengan Alex. Keduanya mematung untuk beberapa saat. Walau Linda sudah berjanji akan bicara pada Alex, tapi kan itu belum terjadi. Karena itu Sandra menggerakkan kakinya secepat yang dia bisa, menjauh dari Alex. Tentu saja pemuda itu takkan melepaskan Sandra begitu saja. Dia bahkan belari lebih cepat dari Sandra.
Pada akhirnya Sandra tertangkap. Kakinya yang pendek bukan tandingan Alex. Sandra pun mengeluh dalam hati.
"Gue udah bilang berhenti, kenapa malah makin cepet larinya!?" seru Alex dengan napas tersendat-sendat. Tangannya memegang erat lengan Sandra, tak membiarkan gadis itu lepas.
"Kan saya dikejar, masa nggak lari." Sandra mengomentari.
"Gue ngejar lo karena lo lari!"
"Lah saya lari gara-gara dikejar."
Sudahlah ini takkan ada habisnya, bicara dengan gadis aneh ini sama saja dengan buang-buang waktu. Jadi langsung keintinya saja. Alex menghela napasnya beberapa kali hingga napasnya kembali normal. Ditatapnya Sandra yang berusaha melepaskan belitan jari dilengannya.
"Lo, jadi pacar gue." Kata-kata itu seperti angin musim dingin, membekukan Sandra di tempatnya. "Gue nggak suka ditolak, jadi nurut aja paham." Tambah Alex.
"Tunggu, tunggu, tunggu dulu. Jangan seenaknya dong!" Sandra berusaha melepaskan tangan Alex dari lengannya. Beruntung mereka berada di koridor yang sepi, hingga tidak menjadi tontonan siswa lain.
"Saya nggak mau pacaran, mau sekolah dulu." Apalagi pacaran dengan Alex, lebih baik Sandra jomblo sampai lulus.
"Mau nolak gue, yakin?" Alex menampilkan senyum miring sarat akan ancaman. Melihat itu Sandra pun terdiam.
"Kalau lo nolak gue, gue bikin masa SMA lo jadi masa paling buruk." Alex menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi, dalam hati dia sangat ingin tertawa melihat Sandra mulai pucat.
Dia pikir Alex sekejam itu. Polosnya.
Walau benar begitu, sih.
"Tenang aja gue mau pacaran sama lo bukan karena suka sama lo. Ngimpi aja." Alex tertawa sinis, membuat Sandra cemberut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Jiwa
RomanceAlexander dan Alesandra dipertemukan oleh takdir. Dua orang asing itu pun terjebak dalam permainan semesta yang kejam. Jatuh cinta setengah mati, keduanya tak ingin terpisahkan. Tapi Ibu Alex- Thalita, tak merestui hubungan mereka. Selain karena San...