03

9 0 0
                                    


Tepat disaat jam pelajaran sudah usai, sesuai janjinya, Farazi menunggu Raura di depan ruangan osis sembari duduk dan mengobrol tentang game bersama dengan temannya, Aznafi Pandjaitan, panggil saja Aznaf.

"Akun gua kemaren abis gua jokiin sih, mayan naik pangkat." Ujar Aznaf memperlihatkan layar ponselnya kepada Farazi.

"Gua mau nyoba joki juga tapi takut dah, takut ngga trusted store nya." Jawab Farazi lalu menyugar rambutnya kebelakang.

"Ah lo mah kan udah pro, ngapain nge joki?" Tanya Aznaf heran.

"Coba coba aja kali, cape juga gua push rank mulu." Farazi menjawab dengan sedikit tertawa.

"Gimana hubungan lo sama raura?" Pertanyaan Aznaf sontak mebuat Farazi mengumpat dalam hati. Lagi dan lagi, apa orang orang tidak bosan menanyakan hal tersebut kepadanya? Farazi bahkan sudah muak untuk sekedar menjawabnya.

"Ya kaya biasa aja sih, emang kenapa?" Nada perkataan Farazi terdengar kesal.

"Gua liat liat lo berdua makin hari makin nempel, gua pikir ya bisa aja kalian jadian." Jawab Aznaf.

Farazi dibuat bingung, apa yang salah dengannya dan Raura? Apa ia dan Raura sedekat itu? Apa ia salah terlalu dekat dengan Raura? Lalu apa hubungannya dengan orang orang?

"Gua ngga pernah kepikiran buat jadian sama raura, dia cuman temen gua yang udah gua anggep kaya adek gua. Emang apa salahnya kalo gua sama raura nempel? Lagian gua ngga punya pacar, begitupun raura. Ngga ada salahnya dong?" Farazi menyahut Aznaf dan mengutarakan pemikirannya.

"Zi, kita gaada yang tau perasaan orang. Gimana kalo raura baper sama lo?" Ucap Aznaf membuat Farazi diam sejenak dan merasa tak berkutik.

Aznaf benar, selama ini ia tidak memikirkan hal tersebut.

"Terus gua harus gimana bang? Ngejauhin raura? Gua rasa gua ngga bakal bisa." Sanggah Farazi terdengar frustasi.

"Seharusnya, lo bisa mengontrol perlakuan lo buat raura. Karena dari penglihatan gua, lo terlalu bebas ngasih perhatian ke dia." Aznaf merangkul Farazi, "gaada salahnya emang lo sedeket itu sama dia bro, cuman jangan terlalu ngasih perhatian lebih yang ga sewajarnya lo kasih ke orang yang gapunya status pasti sama lo."

Farazi kembali membenarkan ucapan Aznaf, tak seharusnya ia berlebihan.

"Kalo misalkan gua pacaran sama orang lain, menurut lo gimana?" Farazi menjeda ucapannya, "kayanya gua naksir sama Nathaya."

><

Didekat lorong menuju ruang osis, Raura menghentikan langkahnya ketika ia mendengar obrolan Farazi dengan Aznaf.

Entah mengapa ada sedikit perasaan perih yang Raura dapati ketika mendengar bahwa Farazi menyukai Nathaya. Tetapi, Raura mencoba menepis perasaannya itu.

"Gue gaboleh ngerasa sedih, itu pilihan azi." Monolog sang gadis.

Dengan langkah cepat, Raura pun menghampiri Farazi dan Aznaf.

"Halo kak aznaf," Sapa Raura kepada Aznaf terlebih dahulu.

"Yo wassap ra!" Aznaf juga balik menyapa dengan riang, "udah selese ekskulnya?" Lanjut Aznaf.

"Udah nih kak, ini mau pulang bareng farazi." Jawab Raura seraya tersenyum tipis.

"Noh zi, anterin anak orang sampe rumah, jangan dibikin lecet." Sahut Aznaf kemudian mendorong pundak Farazi.

RUMIT [aku, kamu dan kita.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang