Lila menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas kasur dalam kamarnya. Air matanya tidak bisa ditahan, tumpah ruah, menetes deras melewati pipi. Ayah yang selama ini selalu Lila hormati, yang selalu Lila sayangi. Begitu tega memperlakukannya seperti ini. Apa ia benar-benar tidak berarti dalam keluarga ini?
Sedari kecil Lila tidak pernah membantah sang Ayah. Apapun yang disuruh orang tuanya Lila selalu lakukan termasuk mengalah pada Linda yang lebih disayangi mereka. Lila pikir semakin ia dewasa dan tinggal jauh merantau sikap orang tuanya akan berbeda dan perlahan mulai mengharapkan kehadirannya. Tetapi selama itu pula ayah maupun ibunya terlihat baik-baik saja. Mereka menghubungi Lila hanya saat mereka perlu uang untuk biaya sekolah Linda. Dan sekarang Lila mengerti bahwa kedua orang tuanya memang tidak akan pernah bisa menyayanginya.
Drttt drettt
Suara dering ponsel Lila terdengar mengejutkan lamunan Lila. Wanita itu kemudian mengusap air matanya. Dan meraih ponsel yang masih tersimpan di dalam tas. Semakin terkejut saat nama dokter Hazel tertera di layar ponsel. Lila rasa ia tidak menyimpan nomor Dokter Hazel, tapi kenapa sekarang di ponselnya ada nama lelaki itu?
"Halo dokter?" sapaan pertama yang Lila ucapkan. Lelaki itu memang sudah mengatakan akan menelpon Lila setelah pekerjaan nya usai. Ketika melirik waktu, ternyata Lila sudah melewati beberapa jam hanya untuk menangisi nasibnya yang tidak disayang orang tua.
Dan kini suara Dokter Hazel berhasil mengalihkan kesedihan. Entah kenapa cukup menenangkan Lila. Mungkin karena dokter Hazel menelpon di saat ia butuh tempat untuk bersandar.
"Halo Lila apa aku mengganggu?"
"Tidak dokter. Saya sedang tiduran di kamar."
"Bagus kalau begitu. Aku ingin berbicara denganmu."
Berbicara apa? Kening Lila mengerut. Kenapa tidak tadi saja mengatakannya saat dokter Hazel mengantar Lila pulang.
"Bicara apa Dokter?"
"Besok kita menikah. Setelah selesai resepsi aku akan membawamu tinggal di rumahku. Karena aku tidak mengambil cuti jadi besoknya aku masih harus pergi bekerja."
Oh ternyata karena pekerjaan. Yang Lila tahu dokter Hazel sangat memprioritaskan pasiennya. Jadi Lila mengerti kalau besok ia harus mau diajak pergi dari rumah ini karena esoknya dokter Hazel harus bekerja kembali. Lila terdiam. Sudah lama memang ia tidak menetap lama di rumah ini karena ia bekerja. Sekarang ketika pulang ia malah harus kembali meninggalkan rumah ini dan mengikuti suaminya. Kedua orang tuanya benar-benar tidak pernah membiarkan Lila menetap di rumah ini lebih lama. Dan akhirnya ia malah dijadikan tumbal dari kesalahan Linda. Lalu setelah ia menyetujui pernikahan ini dengan terpaksa, mereka malah menginginkan ia menghancurkan pernikahan tersebut.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi dalam keluarga ini? Kenapa Linda bisa mengandung anak lelaki lain jika adiknya mencintai Hazel.
Dan ayahnya jika beliau tidak setuju dokter Hazel menikah dengannya kenapa harus ia yang jadi pengantin penganti?
Masih banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benak Lila. Wanita itu tidak bisa mencerna baik arah pikiran kedua orangtua dan adiknya itu.
"Apa kamu tidak masalah?"
Lalu suara Hazel kembali mengagetkan Lila, ia buru-buru menjawab pertanyaan Hazel agar lelaki itu tidak berpikir jika ia tengah mengabaikannya.
"Tidak. Saya ikut saja apa yang sudah dokter jadwalkan."
"Kalau begitu tidak ada masalah. Sekarang ceritakan tentangmu."
Lila mengerjap. "Tentang saya?"
"Ya besok kamu akan jadi istriku. Bukankah harus ada yang perlu kutahu agar nanti kita tidak kesulitan jika sudah tinggal serumah?"
Awalnya Lila bingung harus memulai bercerita dari mana. Tetapi setelah diucapkan, kata-kata itu terus keluar dari mulutnya menceritakan suka mau pun duka di saat ia kecil sampai dewasa.
Tidak terasa obrolan mereka semakin lama dan cukup menyenangkan, membicarakan pribadi masing-masing. Membuat mereka lebih tahu satu sama lain.
Karena panggilan dari dokter Hazel pula sejenak Lila bisa melupakan masalah yang terjadi dalam keluarganya, melupakan keinginan kedua orang tua dan adiknya untuk melepaskan Hazel.
Mungkin saja ini sudah menjadi takdir untuk hidupnya harus mendapatkan sosok suami lewat kesalahan yang dilakukan adiknya.
Mendapatkan suami yang tampan dan berwibawa seperti dokter Hazel.
***
Hari pernikahan pun tiba. Hazel tidak lepas menatap objek yang sedari tadi menjadi incaran matanya. Sebab, ia tidak bisa beralih melihat wajah cantik wanita di sampingnya saat memakai kebaya dan riasan pengantin yang tidak terlalu glamor. Padahal beberapa jam lalu Hazel masih bisa duduk tenang saat ijab kabul ia ucapkan. Sekarang kenapa dadanya terasa berdetak tak karuan. Apalagi keluarga besarnya sempat memaksa ia untuk mencium istrinya. Mau tidak mau Hazel dengan wajah canggung mengecup pipi Lila, ia masih belum berani mengecup bibir karena bagaimana pun Hazel dan Lila baru mengenal, Hazel rasa Lila tidak akan setuju jika ia mencium bibirnya di depan para tamu undangan yang sangat banyak.
Lirikan mata Hazel masih tertuju ke arah Lila. Sampai kemudian suara seseorang menghentikan tatapan tersebut.
"Mas, kamu masih mencintaiku kan? Kamu akan meninggalkan Kak Lila setelah aku melahirkan. Kamu tahu kehamilan ini bukan keinginanku. Aku dijebak, aku dibuat mabuk parah sampai berakhir seperti ini. Untuk saat ini aku biarkan kamu menikah dengan kakakku karena melindungi nama baik keluarga kita, tetapi aku mohon kamu kembali padaku setelah semua masalah ini beres."
Hazel menatap Linda yang tengah menangis di depan lelaki itu. Beberapa tamu undangan pun terlihat saling berbisik menatap ke arah pelaminan. Sedangkan Lila, wanita itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia lebih memilih diam membiarkan suami dan adiknya berbicara.
Hazel berucap dengan nada dingin.
"Sudah jelas tadi kamu melihat aku mengucapkan ijab kabul untuk menikahi kakakmu. Dan ketika semua sudah berjalan, maka aku tidak akan lagi melirik ke arah belakang. Termasuk kamu Linda. Aku bahkan sudah menghapus semua tentangmu tepat di hari orang tuamu memberitahuku kau hamil anak lelaki lain. Kurasa itu sudah cukup membuktikan bahwa kau bukan takdirku."
"Tapi Mas." Linda masih berusaha meyakinkan Hazel bahwa ia mencintai lelaki itu. Meskipun Linda tahu selama ini Hazel tidak pernah menganggapnya ada.
"Linda kamu ngapain."
Namun suara Bu Wirda menghacurkan ucapan Linda yang akan keluar.
Wanita paruh baya itu langsung meraih tubuh putrinya yang tengah menangis."Ibu aku tidak bisa melihat Mas Hazel menikah dengan kak Lila. Aku tidak bisa. Seharusnya aku yang ada di sini. Bukan kakakku!"
Berganti, Pak Rahmat yang kini mendatangi pelaminan. Malu terus diperhatikan para tamu, termasuk tidak enak hati pada Tuan Nasir yang sedari tadi menatap tajam ke arah Linda.
"Linda cukup! kamu akan mempermalukan dirimu sendiri jika bersikap seperti ini. Sabar dulu, Bapak akan berusaha membuat kakakmu bisa membawa Hazel kembali mencintai kamu lagi, tetapi kamu harus sabar, sampai bayi kamu lahir," bisik pak Rahmat supaya Hazel tidak mendengar ucapannya.
Bersambung...
Cerita Bound To You juga bisa dibaca di karyakarsa ya. Di karyakarsa sudah update sampai bab 20.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound To You
RomanceLila terpaksa harus menikah dengan Dokter Hazel calon suami dari adiknya karena Linda sang adik tengah hamil anak dari lelaki lain. Untuk menutupi aib keluarga dan juga nama besar yang disandang oleh calon suaminya Lila bersedia terikat dengan perni...