"Pagi ini aku mendengar banyak perawat dan dokter wanita sedang membicarakanmu. Katanya di ruang kerjamu sedang ada bidadari. Apa benar begitu? Aku jadi penasaran."
Bisikan dokter Ares, teman kerja Hazel yang sedang menggoda lelaki itu sedikit pun tidak berpengaruh terhadap Hazel. Ia hanya menanggapi nya dengan tenang tanpa mau terpancing meladeni tingkah menyebalkan sahabatnya ini.
Sebenarnya Ares sudah tahu ia telah menikah, namun lelaki itu tak bisa hadir ke acara pernikahannya karena pekerjaan. Dan tak disangka saat Ares dan Hazel keluar dari ruang operasi beberapa perawat wanita sedang membicarakannya. Bahkan tidak hanya petugas medis, sampai pasien wanita yang mengagumi Hazel juga ikut nimbrung menggosipkan dirinya.
"Ayolah Hazel jangan sekaku itu. Kau bisa memberitahuku. Berapa ronde yang sudah kau buat bersama istrimu Linda."
Langkah Hazel terhenti seketika saat mendengar Ares menyebut nama Linda. Hazel ingat Ares belum ia beritahu kejadian yang sebenarnya. Lelaki itu masih menyangka wanita yang ia bawa pagi ini adalah Linda yang pernah ia perkenalkan pada Ares sebagai calon istri.
"Aku tidak jadi menikah dengan Linda."
Ares refleks mengerutkan kening. "Loh gak jadi gimana? Kan undangannya nama kamu dan Linda."
"Terjadi masalah hingga aku berakhir menikahi wanita lain."
Tunggu? Apa maksud Hazel? Ares masih tidak paham. Masalah apa sehingga dia menikahi wanita lain?
"Jangan bilang kau menghamili wanita lain, dan wanita itu meminta pertanggung jawabanmu lalu pernikahanmu dan Linda hancur? Atau kau kepincut janda pirang lalu memilih menikahinya?"
Hazel langsung menatap Ares tajam. "Jawabanmu sama sekali tidak ada yang benar!"
Ares langsung membuka maskernya. Masih memakai pakaian serba hijau, sama dengan pakaian Hazel. Lelaki itu jadi penasaran masalah apa sehingga membuat Hazel menikahi wanita lain. Dan wanita yang ia bawa ke dalam ruang kerjanya adalah wanita pertama karena selama Hazel berpacaran dengan Linda wanita itu tidak pernah Hazel bawa ke rumah sakit.
"Lalu apa? Coba ceritakan aku sangat penasaran dan-"
Blam!
Pintu ruangan Hazel pun tertutup rapat. Ares hanya bisa melongo, mengerjap terkejut dengan perlakuan tanpa hati nurani Hazel padanya.
***
Hazel mengembuskan napas lelah saat menutup pintu ruangannya. Jika ia menjawab pertanyaan Ares pasti tidak akan berhenti sampai rasa penasaran lelaki itu musnah. Hazel memilih menyelamatkan telinganya dari semua pertanyaan Ares di dalam ruangan ini. Sekalian ia akan beristirahat dulu, tidur sebentar sebelum pulang. Karena dari semalam Hazel belum memejamkan mata sedikit pun.
Tatapan Hazel kini terpaku pada Lila yang tengah tertidur sambil terduduk di meja kerjanya. Apa sedari tadi posisi tidur wanita ini tidak berubah? Hazel mulai melangkah mendekati Lila. Perlahan ia mulai memasukkan tubuh Lila dalam gendongannya, membawanya ke arah ranjang. Posisi duduk bukan posisi yang benar. Lila akan merasakan punggungnya sakit jika berlama-lama tidur dalam posisi tersebut.
Syukurlah Lila tidak merasakan apapun. Tidur wanita itu sangat pulas tidak terganggu saat Hazel menggendong dan meletakkan di atas ranjang, sepertinya Lila kelelahan karena kegiatan menjadi pengantin mereka semalam.
Hazel kemudian menatap sekeliling. Mencari di mana ia akan berbaring tidur. Sedangkan saat ini matanya tidak bisa berkompromi sangat mengantuk seperti tengah di timbun berton-ton lem.
Tanpa pikir panjang dari pada ia tidur di lantai atau di kursi ia memilih ikut berbaring di samping Lila. Memejamkan mata. Lalu jatuh ke alam mimpi. Tanpa menyadari dalam mimpinya ia tengah memeluk seorang wanita, membuat tubuhnya hangat dan membuat miliknya terba-
Mata Hazel seketika langsung terbuka lebar. Sialan kenapa saat memejamkan mata bukannya tidur pulas ia malah memimpikan tubuh Lila ada dalam pelukannya dan membuat gairahnya naik.
Hazel memiringkan tubuhnya menatap wajah Lila yang masih terpejam. Meneliti bagaimana bibir meranum itu melambai-lambai meminta untuk dimasukan ke dalam mulutnya.
Glek!
Menelan saliva dengan susah payah. Hazel masih menatap bibir Lila. Bimbang dengan keinginan besarnya sebagai lelaki untuk mencicipi rasa manis tersebut. Namun di sisi lain ia takut Lila terbangun dan berpikir buruk tentangnya. Tetapi bukan kah tidak akan jadi masalah. Ia dan Lila sudah sah menjadi suami istri. Seluruh tubuh Lila adalah miliknya. Hanya mengecup bibir Lila secara singkat itu tidak akan berdampak apa-apa Lila pasti tidak akan bangun.
Perlahan tapi pasti, kepala Hazel mulai merunduk mendekat ke arah wajah Lila.
Kemudian bibirnya berhasil menempel di bibir Lila dan demi Tuhan sekarang Hazel tidak bisa melepaskan hanya dengan kecupan saja. Ia jadi penasaran rasa bibir Lila saat dilumat oleh lidahnya.
Entah ia harus menyesal atau bergembira karena saat ia bermain lidah, rasa bibir tersebut begitu manis, dan membuat Hazel tidak bisa melupakan rasa ini sedikit pun. Jujur ini ciuman bukan lah yang pertama, Hazel beberapa kali pernah mencium wanita tidak hanya Linda bahkan mantan sebelum Linda juga pernah. Tetapi rasanya saat mencium Lila sangat berbeda. Ia seolah menginginkannya lagi, dan lagi, tidak mau berhenti. Sampai pada tahap gairahnya terpancing dan tidak bisa dikendalikan. Hazel mulai mencium Lila dengan gerakan brutal. Hingga posisi lelaki itu kini menindih tubuh mungil Lila.
Lila yang mendapatkan serangan agresif Hazel mulai terganggu. Wanita itu mengerjap kemudian kedua matanya terbelalak lebar saat melihat wajah tampan dokter Hazel ada di depan matanya, tidak ada jarak dan kini ia sadar bibirnya tengah lelaki itu permainkan dengan brutal.
Tangan Lila bergerak menekan dada bidang Hazel.
"Dok...mmm..ter," ucap Lila dengan susah payah karena bibirnya terus dihisap kuat.
Hazel tidak mendengarkan Lila. Lelaki itu malah meraih kedua tangan Lila dan memenjarakannya di atas kepala. Membuat Lila tidak bisa melepaskan diri.
Ciuman Hazel terlepas. Lelaki itu menatap Lila penuh nafsu. Dan gairah lelaki itu menekan pangkal paha Lila. Membuat wanita itu semakin ketakutan.
"Dokter a-aku belum siap."
"Kamu istriku sekarang. Tidak boleh menolak keinginan suami."
"Tapi-"
"Ssttt." telunjuk Hazel menekan bibir Lila yang bengkak untuk berhenti berbicara
"Aku tidak akan menyakitimu. Aku akan melakukanya dengan pelan."
Setelah mengatakan itu Hazel kembali mulai menurunkan kepala mencoba mencium Lila kembali. Dan kini wanita itu hanya bisa terdiam menatap canggung bercampur takut karena hal ini yang pertama bagi Lila, ia bahkan belum pernah kontak fisik dengan laki-laki. Namun karena dokter Hazel tadi sudah menekannya untuk tidak menolak karena Lila sudah menjadi seorang istri, membuat Lila kini pasrah atas apa yang akan dilakukan suaminya.
Bibir mereka sedikit lagi hampir bertemu namun belum sempat mulut Lila dilumat habis oleh Hazel tiba-tiba pintu ruangannya terbuka.
Refleks Hazel mau pun Lila kaget, dan seseorang itu pun ikut terkejut menatap keadaan di atas ranjang. Melihat posisi dokter Hazel yang kini tengah menindih Lila.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound To You
RomanceLila terpaksa harus menikah dengan Dokter Hazel calon suami dari adiknya karena Linda sang adik tengah hamil anak dari lelaki lain. Untuk menutupi aib keluarga dan juga nama besar yang disandang oleh calon suaminya Lila bersedia terikat dengan perni...