7

2.1K 222 24
                                    

Akhirnya Linda menurut untuk tidak mempermalukan dirinya sendiri. Ia yakin ayahnya pasti bisa membuat Lila menuruti semua yang ia inginkan. Karena wanita itu dari dulu tidak bisa membantah ucapan ayahnya. Linda memutuskan untuk pergi ke kamar. Menjauh dari hal yang sangat memuakan untuknya.

Semakin melihat Hazel bersanding dengan Lila hati nya semakin terbakar panas. Linda tidak mau membuat rencana ayahnya kacau. Ayahnya sudah mengatakan tujuan ia menikahkan Hazel dan sang kakak. Lila hanya dijadikan tameng agar keluarga Nasir tidak membatalkan pernikahan, ayahnya tidak rela membiarkan ikatan erat yang akan terjadi di antara keluarganya dan keluarga Hazel berantakan.

Untuk menyiasatinya, sang Ayah mau tidak mau harus membiarkan Lila menggantikan posisi Linda agar suatu saat bisa dengan mudah menyuruh Lila untuk memberikan Hazel padanya. Jika Hazel menikah bukan dengan Lila akan sangat sulit membuat mereka bersatu kembali.

Linda tidak tahu kenapa ayahnya bisa setega itu pada Lila, mereka adalah kakak beradik tetapi sekali lagi Linda tidak peduli. Lantaran sedari dulu ayah dan ibunya memperlakukan Lila dan dirinya dengan berbeda, mungkin karena wanita itu yang terlahir tidak sepintar dan secantik Linda makannya mereka kecewa telah melahirkan anak seperti Lila.

Cklek

Suara pintu yang dibuka dari luar membuat Linda menoleh. Tatapannya langsung mengkilat penuh ke dengkian saat melihat siapa yang masuk ke kamarnya.

"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Linda tak suka. Saat ini ia hanya ingin sendiri tidak mau diganggu oleh siapa pun. Namun seseorang itu tidak terlalu memedulikan nada bicara Linda yang terganggu.

"Aku suamimu. Wajar kan aku di sini."

Linda mendengus menatap Bima marah. Apalagi yang diinginkan lelaki ini? Tidak cukup sudah menghancurkan pernikahannya dengan Hazel. Berani sekali ia datang ke kamarnya tanpa permisi. Meskipun mereka sudah sah jadi suami istri Linda tidak sudi tidur satu kamar dengan lelaki itu. Untungnya Bima tidak mempermasalahkan hal tersebut karena sepertinya Bima juga terpaksa menikahi Linda hanya karena tanggung jawabnya yang sudah menghamili wanita itu.

"Jangan bermimpi! Setelah bayi ini lahir kau akan kubuang. Aku akan kembali lagi pada Hazel."

Bima yang mendengar ucapan tak masuk akal dari mulut Linda hanya terkekeh pelan. Lelaki itu kemudian terduduk di samping ranjang bersebrangan dengan Linda yang tengah duduk di kursi kamarnya.

"Kau pikir Hazel akan mau menerima barang bekas. Terlebih dia sudah menikah dengan Kak Lila. Dan wajah kalian berdua tidak jauh berbeda. Sama cantik. Jadi untuk apa dokter Hazel kembali lagi pada masa lalunya toh di masa depan ia sudah memiliki istri yang cantik dan perawan."

Wajah Linda kini semakin merah karena amarah. Di raihnya sebuah pas bunga kecil di atas meja lalu melemparnya dengan kasar ke arah Bima. Lemparan itu berhasil mengenai pelipis Bima sampai menimbulkan setitik darah. Linda tidak peduli. Ia tidak terima Bima sudah berani bilang kecantikan ia dan kakaknya setara. Tentu saja dibandingkan wajah Lila yang pas pasan Linda lebih unggul dari apa pun. Sampai ia bisa memiliki kekasih sempurna seperti Hazel. Hanya saja kesialan sedang terjadi tanpa ia inginkan. Dan semua kesialan ini timbul gara-gara lelaki tolol itu yang mengajaknya minum hingga berakhir melakukan hubungan intim.

Lalu setelah mala petaka itu terjadi Bima sialan malah mengatainya barang bekas.

"Sialan! Kau bilang aku barang bekas. Aku sampai hamil dan semua kebahagiaanku hancur karena perbuatan kamu Bima! Kau memperkosaku!"

Kini Bima bediri lalu menghampiri Linda, mencengkram dagu tirus wanita itu dengan kuat sampai Linda meringis nyeri, dan berusaha melepaskan cengkraman itu yang sangat sulit di lepas.

"Kamu jangan manipulatif. Jelas-jelas kita melakukan hal itu karena saling menginginkan. Aku tau saat itu kamu belum terlalu mabuk. Sedangkan aku pria yang cukup sensitif dengan tubuh wanita. Kamu yang pertama menggodaku, mencium bibirku. Jadi jangan salahkan aku kalau aku terpancing hingga kita melakukan persetubuhan. Tidak ada unsur paksaan karena dari awal aku sudah meminta kamu untuk lari. Tetapi kamu malah memilih tetap berdiam diri di bawah gairahku."

Bima menghempaskan wajah Linda dengan kasar lalu berlalu pergi dari kamar, tidak mau berdebat semakin panjang dengan Linda, memilih meningalkan wanita hamil itu yang kini semakin benci terhadapnya.

Linda berdiri lalu melempar semua barang-barang yang ada di kamarnya. Berteriak histeris lalu menangis, menyesali kenapa malam itu ia tidak lari.

Benar. Semua terjadi tanpa unsur paksaan. Namun Linda tetap tidak bisa jujur pada orang tua terutama pada Hazel karena ia tidak mau kehilangan lelaki itu.

***

Malam semakin larut. Pak Rahmat masih mencoba membuat Hazel menetap di rumahnya. Setelah resepsi selesai tanpa istirahat Hazel langsung mempersiapkan segala keperluan Lila untuk diajak pulang bersama. Padahal Pak Rahmat sengaja ingin membuat Hazel bisa berbicara berdua dengan Linda malam ini, agar lelaki itu bisa menerima Linda kembali.  Jika dia benci pada bayinya, biar ia yang merawat, jadi Hazel hanya perlu bahagia bersama Linda. Itu saja. Pak Rahmat tidak menginginkan hal apapun lagi.

Untuk Lila ia sudah memikirkannya. Mungkin ia akan menjodohkan Lila pada lelaki lain jika mereka sudah sah bercerai setelah Hazel mau kembali menerima Linda.

"Tidak kah kalian menginap dulu di sini. Ini sudah malam jika harus balik ke Jakarta," ucap Pak Rahmat lagi.

Hazel menutup pintu mobilnya setelah semua barang milik Lila masuk ke dalam bagasi. Lalu berbalik menatap ayah mertuanya. Tidak hanya sang ayah mertua. Di samping pria paruh baya itu juga terdapat Ibu mertua, dan Linda yang sudah menjadi adik iparnya sekarang. Hazel tahu meskipun Linda tidak mengatakan apapun wanita itu seperti mengharapkan hal yang sama agar ia menginap di rumah malam ini.

"Jam 5 pagi ada jadwal operasi. Jika saya menginap kemungkinan akan terlambat. Saya tidak mau membuat pasien saya menunggu."

"Tapi ini sudah larut malam. Kalian juga pasti lelah."

"Tidak apa-apa. Saya bisa mengatasinya dengan baik. Yang terpenting Lila bisa ikut pulang dengan saya malam ini."

Pak Rahmat tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Pria itu menyerah membiarkan Hazel menuntun Putri pertamanya masuk ke dalam mobil setelah berpamitan mereka hanya bisa melihat kepergian mobil Hazel menjauh dari rumah. Membuat Linda menatap kecewa bercampur kesal melihat Hazel lebih mementingkan Lila dibanding dirinya.

Padahal ia sudah menyusun rencana agar Hazel mau mendengarkan versi dirinya yang teraniaya terhadap kisah ini. Tetapi sepertinya Hazel tidak peduli sedikit pun.

Ia lebih fokus pada pasien dan istri barunya. Daripada harus mendengar penjelasan Linda akan kesalahan yang wanita itu lakukan.

Bersambung....

Bound To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang