4

2.1K 218 10
                                    

Hari pernikahan mulai semakin dekat. Lila diharuskan mencoba rancangan kebaya pengantin yang baru karena ukuran kebaya sebelumnya tidak sama dengan bentuk tubuh Lila yang mungil sedangkan bentuk tubuh Linda tinggi semampai hingga membuat kebaya itu terlalu panjang jika dipakai oleh Lila.

Akhirnya mau tidak mau designer yang mengerjakan baju pengantin tersebut mendapatkan tugas untuk membuat kebaya baru juga baju adat yang dipakai Hazel selama kurang dari 3 hari.

Karena bayaran yang sepadan juga kerja keras yang luar biasa kini kebaya tersebut sudah siap.

Lila menatap dirinya di depan cermin besar. Kebaya berwana putih menjuntai yang sangat cantik ini melekat sempurna di tubuh Lila.

Bagaikan mimpi di siang bolong. Lila masih tidak menyangka akan secepat ini ia menikah. Bahkan ia tidak berpikir ayahnya menyuruh pulang untuk menggantikan posisi Linda. Karena awalnya ia tahu jika pernikahan itu untuk adiknya. Lila sudah rela dilangkahi Linda dan siap dengan banyak cibiran yang akan ia dapatkan. Sekarang malah ia yang harus menikah dengan pria dingin seperti dokter Hazel. Dan menerima konsekuensi Linda yang membentangkan bendera permusuhan padanya karena masalah ini. Padahal Lila sama sekali tidak berniat merebut Hazel dari Linda. Bukan kah wanita itu sendiri yang menghancurkan impian pernikahannya. Bukan Lila.

"Kamu suka bajunya?"

Pertanyaan dari Nyonya Yasmin calon ibu mertuanya.

Nyonya Yasmin sedari tadi menemani ia  fitting baju pengantin karena Hazel tidak bisa datang. Lelaki itu sedang sibuk.

Sebagai orang yang baru mengenal. Nyonya Yasmin nyatanya sangat supel dan ramah. Lila bahkan tidak percaya Nyonya Yasmin yang notebenya adalah orang kaya sedangkan dirinya hanyalah gadis biasa bisa menerimanya sebagai menantu. Di saat perjalanan pun Lila terus mendengar ibu mertuanya berceloteh panjang menceritakan sikap menyebalkan Hazel yang benar-benar cuek. Lila hanya bisa mendengarkan sambil tersenyum di samping tubuh wanita itu.

Kini Nyonya Yasmin tengah memperhatikan dirinya yang sedang memakai kebaya. Lila buru-buru mengangguk.

"Saya sangat suka kebaya ini Nyonya."

"Hush jangan panggil Nyonya. Sebentar lagi kamu akan jadi istri Hazel. Panggil aku Mama."

"Tapi..." Lila merasa canggung.

"Tidak apa-apa. Coba mulai dari sekarang nanti juga akan terbiasa."

Yang dikatakan Nyonya Yasmin benar. Lila mulai mencoba memanggil apa yang diinginkan wanita itu.

"Baik Mama."

Kemudian Yasmin menampilkan senyuman kecil. Aneh wanita paruh baya itu malah lebih menyukai Lila dari pada Linda.

Kesederhanaan yang ada dalam diri Lila membuat Yasmin kagum. Ia bahkan mendengar jika selama ini Lila berjuang untuk membiayai sekolah Linda. Gadis ini benar-benar berbeda. Dan ia yakin Hazel juga pasti merasakan hal yang sama.

Nyonya Yasmin terlihat menatap arloji di tangannya. Ah ia lupa harus ke tempat temannya dulu.

"Oh iya Mama pulang duluan ya. Nanti kamu pulang dijemput sama Hazel. Bentar lagi dia selesai dengan pekerjaannya, tadi Mama sudah kirim pesan untuk mengantar kamu pulang."

"Tidak usah Ma. Lila bisa pulang sendiri. Dokter Hazel pasti lelah sudah bekerja."

"Jangan, nanti bahaya calon pengantin pulang sendirian. Apalagi rumah kamu lumayan jauh dari kota. Pokoknya nanti Hazel akan ke sini. Dan kalian harus pulang bersama dengan selamat."

Lila tidak bisa berbuat apa-apa saat ibu mertuanya memaksa seperti ini. Padahal saat ini Lila sedang tidak mau bertemu dengan pria dingin itu. Lila bisa pulang sendiri. Tapi jika ia tidak patuh, Nyonya Yasmin pasti akan marah dan menjulukinya menantu yang paling tak bisa diatur. Lila menggeleng. Ia tidak boleh membuat kacau dan mengecewakan Nyonya Yasmin. Lila akan mencoba untuk ikuti alur yang sudah mereka persiapkan saja. Menunggu Hazel untuk menjemputnya pulang.

***

Di dalam mobil terasa sunyi. Lila beberapa kali melirik ke arah samping tubuhnya yang terdapat Hazel tengah menyetir dengan hati-hati. Sepertinya lelaki itu tidak sempat ganti baju. Lila masih bisa melihat tubuh sempurna Hazel terbalut jas putih khas seorang dokter. Dan ternyata itu terlihat berkali-kali lipat lebih tampan di banding saat pria itu memakai baju biasa.

Lila menundukkan pandangannya. Meremas jemari yang ada di pangkuan. Tidak. Lila tidak boleh menatap dokter Hazel seperti itu. Mereka menikah karena terpaksa. Dokter Hazel pasti masih mencintai adiknya. Dan Linda juga sama karena wanita itu yang bilang sendiri jika bukan karena kesalahan hamil ia pasti yang akan menikah dengan Hazel bukan Lila.

Dan itu seharusnya menjadi teguran agar Lila tidak terjatuh pada pesona pria tampan di sampingnya ini.

"Kamu sudah mencoba kebayanya?"

Lila terlonjak dari lamunan saat suara Hazel terdengar menegurnya. Lila refleks menatap Hazel yang kini sama tengah menatapnya. Dan karena itu pula Lila mulai menelan salivanya gugup.

"S-sudah."

"Kamu menyukainya?"

"Iya, kebayanya sangat cantik. Saya sangat suka."

"Bagus. Karena Mama yang memilih design tersebut katanya cocok untukmu."

Anggukan Lila terlihat. "Iya."

Kini berganti Hazel yang mencuri pandang ke arah Lila yang terdiam sambil menundukan kepalanya. Sebenarnya sedari tadi Hazel ingin menanyakan apa saja pada wanita ini. Toh sebentar lagi Lila akan menjadi istrinya. Sudah sepantasnya mereka bisa saling mengenal lebih jauh. Namun mulutnya yang kaku tidak bisa memuntahkan basa basi yang pas. Hingga Hazel memilih diam. Sampai tidak terasa mobilnya sudah berhenti tepat di depan gerbang rumah milik orang tua Lila.

"Dokter tidak mampir dulu?" tanya Lila saat Hazel membukakan pintu mobil untuknya. Hazel terlihat menggeleng.

"Tidak. Aku harus kembali ke rumah sakit. Jam 5 sore aku ada jadwal operasi."

Lila mengangguk mengerti. "Baik. Kalau begitu hati-hati di jalan Dokter."

Lama Lila menunggu Hazel pergi dari depan rumahnya namun lelaki itu masih terdiam menatap wajah Lila.

"Dokter?"

"Berikan ponselmu."

Kening Lila mengerut. "Maksudnya?"

"Berikan ponselmu dulu."

Lila yang masih tidak mengerti namun tetap mengambil ponsel yang ada dalam tas selempangnya terlihat begitu lucu di dalam penglihatan Hazel.

Wanita itu mulai menyerahkan ponsel tersebut kemudian diambil alih oleh Hazel. Lelaki itu tengah mengetikkan beberapa nomor di ponsel Lila detik berikutnya terdengar suara dering ponsel milik pria itu yang menandakan Hazel tengah meminta nomor ponsel Lila.

Hazel kemudian menutup panggilan, mengembalikan ponsel ke arah Lila.

"Aku akan menelponmu selepas pulang kerja."

Setelah mengatakan itu. Hazel kembali masuk ke dalam mobil meninggalkan Lila yang masih terdiam kaku di tempatnya.

Tersadar jika ia sudah terlalu lama berdiri di sini. Lila memutuskan masuk ke dalam rumah namun sebelum kakinya mencapai pintu tubuhnya lebih dulu dihadang Linda yang tengah menatap Lila penuh dengan rasa kebencian.

"Kita perlu bicara."

Bersambung.

Ramaikan dengan vote & komen.

Bound To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang