Happy Reading <3
>>> Bay of Thoughts –– Suraj Ives
Di malam yang sama, kamu membersihkan diri dengan bantuan Shoko. Perempuan itu sangat telaten dalam segala hal. Ilmu medis, teknik kutukan, pengendalian diri, segalanya. Satu hal yang menjadi kekurangannya, Shoko senang sekali merokok dan minum minuman alkohol disertai bergadang yang terbilang sering. Kantung mata Shoko terlihat lebih gelap beberapa hari ini. Kemungkinan ada kaitannya dengan masalah Satoru, pikirmu. Selain itu, sudah banyak jam yang dihabiskan Shoko hanya untuk merawatmu. Padahal, ia juga pasti kelelahan karena insiden itu.
"[Name], istirahat ya? Jangan sampai terlalu kecapekan..." Ujar Shoko sembari mengeringkan rambutmu yang basah dengan hair-dryer. Kamu melihat pantulan wajahmu dan Shoko di cermin besar di hadapan kalian. Kamu sudah rapi dengan piyama, bahkan Shoko sudah membungkusmu dengan selimut yang hangat. Sementara dirinya sendiri masih mengenakan jas dokter dan turtleneck hijau laut yang dikenakannya sedari siang.
"Maaf aku tidak sempat memasak sup... Tetapi aku sudah siapkan susu hangat untukmu. Tolong diminum sebelum tidur, oke? Aku juga sudah siapkan pil kantuk kalau dirasa perlu. Pastikan lihat anjuran pakainya, ya."
Suara Shoko benar-benar lembut, penuh perhatian. Sangat jarang kamu merasakan perlakuan seperti ini selain dari kekasihmu, Satoru. Bibirmu masih kelu karena kejadian beberapa jam lalu, jadi kamu hanya tersenyum dan sesekali menjawab "iya" atau "terima kasih, Shoko". Setelahnya, kamu dan Shoko duduk di sofa berdua, dan ia menemanimu beberapa saat sembari memutar lagu-lagu klasik. Tidak perlu waktu lama, kamu sudah merasa mengantuk. Sepertinya ia memang sedikit mencampurkan obat di dalam minumanmu, tapi kamu tidak mempermasalahkannya.
–––
Kamu bermimpi, Satoru ada dalam mimpimu. Kamu bermimpi berada di ruangan hampa tanpa batas, mirip sekali dengan perluasan domain milik kekasihmu, Unlimited Void. Tetapi, domainnya tidak menyakitimu sama sekali. Malahan, memberi rasa damai dan hangat. Menimbulkan sebuah perasaan yang selalu kamu inginkan, tidak lepas seberapa sering Satoru melakukannya.
Kamu memanggil kekasihmu sesekali sembari berdiri di ruangan aneh itu. Suaramu tidak bergema, malah seakan berhenti sampai di kerongkonganmu saja. Walau begitu, kamu mencoba lagi.
"Satoru!"
Hasilnya sama, membuatmu sedikit bingung dan frustasi. Namun, kamu melihat siluet Satoru dari kejauhan. Kamu lantas menyerukan namanya sekali lagi, membuatnya berbalik badan lalu menghampirimu. Satoru memegang bahumu disertai menampilkan senyumnya yang amat kamu sukai. Kamu baru ingin memegang wajah kekasihmu itu. Tetapi, tidak lama semuanya berubah 180 derajat. Penampilan Satoru seketika berubah. Mulutnya mengeluarkan darah yang tak kunjung berhenti, menetes hingga ke bawah. Mata berpola langit kebiruan miliknya perlahan memudar. Ia tetap menangkup pipimu dan tersenyum.
"[Name]... Kekasihku..."
Kamu bingung harus bagaimana. Kamu merindukan pemuda itu, ingin membalas afeksinya. Tetapi di saat yang sama, rasa takut timbul dalam hatimu. Di saat kamu baru akan melawan rasa takut itu dengan memeluknya, Kamu malah terbangun. Tubuhmu bercucuran keringat, napasmu memburu. Sudah kedua kalinya kamu mimpi hal aneh malam ini. Sekalipun Shoko sudah menyiapkan semuanya untukmu, ruangan yang rapi, aromatik, suhu AC yang tidak terlalu dingin, lampu tidur baru... Semuanya, sepertinya kamu masih belum bisa berdamai.
Walau begitu, sungguh kamu merasa tidak enak karena Shoko lah satu-satunya yang kelihatannya sangat peduli terhadapmu, bahkan dalam hal detail sekalipun, terlepas kenyataan bahwa sebetulnya dia juga menyukai Satoru. Kamu mengingat ketika sempat berbincang satu dua hal tentang Satoru bersama Shoko secara tidak sengaja.
"Yah... Gojo memang sangat memukau sih, tidak bisa dipungkiri,"
"Bagaimana pendapat Shoko-chan ketika melihat Satoru hari ini?"
"Ah? Dia tampan sih, seperti biasanya."
"Haa– orang gila itu tidak pernah berubah. Sejak kami satu angkatan pun, dia memang sudah agak-agak,"
"Haha, Gojo memang lucu sih."
Kamu mengingat wajah Shoko yang terlihat lebih sungkan dari biasanya. Shoko pun terlihat semakin serius menatap Satoru yang sebentar lagi akan berlari menghampirimu setelah keluar dari mobil hitam itu.
"Ah, dia akan segera berlari menghampirimu tuh, [Name]."
"Sepertinya begitu,"
"Yah, aku pergi dulu ya~ selamat bersenang-senang."
"Shoko-chan..."
"Ya?"
"...Apa kau suka dengan Satoru?"
"Pff... Haha! Terbaca sekali ya?"
"...Aku memang sudah suka dengannya sejak agak lama. Tapi entahlah, aku tidak mau membuat hubungan pertemanan kami jadi canggung dengan bicara hal konyol seperti itu,"
"Yah, lagipula dia sudah punya kau. [Name]-chan sangat menggemaskan. Manis, sama seperti idamannya,"
"Aku duluan ya, [Name]."
Kamu tersenyum pahit mengingat setiap momen-momen itu, membuatmu mulai berpikir kalau saja Shoko yang bersama Satoru, mungkin saja teknik kutukannya akan lebih berarti untuk menyembuhkan kekasihmu. Kalau Shoko yang menjadi kekasih Satoru... Kalau saja Shoko yang menyaksikan Satoru kalah dalam pertarungan waktu itu, bisa saja dirinya langsung terjun ke medan duel dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk Satoru. Shoko akan jauh lebih berguna dibandingkan dirimu yang terlalu penakut untuk keluar dari sangkarmu.
...Keajaiban bisa saja terjadi kalau Shoko yang melakukannya.
Kamu menarik napas dan mengeluarkan napas perlahan dan teratur, berusaha menstabilisir kecemasan yang tiba-tiba. Setelahnya, kamu meringkuk di kasur, memeluk lututmu dengan kedua tangan. Matamu kesulitan terpejam, tetapi kamu memaksanya dengan minum pil tidur sekali lagi. Kamu tahu badan yang tidak fit hanya akan menambah beban pikiran orang lain, terutama Shoko yang sudah bersusah payah menghabiskan waktunya hanya untuk merawatmu. Kamu yakin tidak akan ada yang mau melakukannya lagi kalau kamu berani melawan. Seseorang yang tidak cukup kuat yang emosional, apabila ditambah dengan sikap membangkang, tidak akan ada yang mau memperhatikanmu. Kamu sadar akan itu.
Selama ini kamu hidup dan dipelihara di dalam sangkar, terkekang dan sendirian. Namun, Satoru sempat singgah ke dalamnya dan membuat semuanya lebih menyenangkan. Tetapi, dunia malah menariknya kembali. Kamu tidak tahu apa salahmu, karma buruk apa yang telah kamu lakukan sampai harus membayarnya seperti ini.
"[Name], aku punya mimpi,"
"Mimpi untuk mengajakmu berkeliling dunia tanpa harus memusingkan kutukan-kutukan yang berkeliaran."
"Tolong doakan aku ya? Supaya semua cepat diatasi dan kita bisa berduaan selamanya, haha."
Kenapa dunia malah membuat burung yang terkekang kebingungan bahkan dalam sangkarnya sendiri seperti ini?
–––
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗟𝗮𝗰𝘂𝗻𝗮 | Satoru Gojo
ФанфикTidak seorangpun termasuk kamu rela sosok sepertinya pergi secara sia-sia. Satu hal yang kamu sadari, manuskrip hidupmu tidak akan pernah sempurna tanpa dirinya... Tanpa Satoru. Lacuna: tempat kosong; sesuatu yang hilang Female Reader x Satoru Gojo...