Aku tidak punya pilihan lain...
Teknik kutukan sialan ini sudah berada di ambang batasnya. Kalau aku tidak segera merilis domain expansion, tidak akan ada efek lanjutan lagi. Masalahnya, harus kepada siapa domain ini diwujudkan? Dari mataku, aku hanya melihat kegelapan. Aku tidak mendapat penglihatan mengenai kondisi lapangan lagi. Gelap dan sesak. Sepertinya jiwa Megumi benar-benar sudah berada di ujung tanduk. Kalau aku tidak segera memindahkan Hakkona dari jiwa Megumi ke inang lain, teknik kutukan ini akan berhenti, dan aku tidak bisa lagi membantu Satoru.
Aku hanya berharap intuisiku ini pas, dan aku akan segera memindahkan Hakkona dari Megumi menuju otak Sukuna. Oh Tuhan, bagaimana caranya pun aku tidak tahu. Persetan dengan dunia jujutsu, dunia jujutsu itu tahi, Suguru dan Nanami kuakui memang benar.
...Oh.
BENAR.
Aku akan mengkloning Hakkona menjadi dua, membuat Hakkona utama yang menjadi pemantau kondisi dan melebur bersama memori target. Sedangkan Hakkona palsu akan meledak dan memberi kerusakan pada otaknya.
Tetapi, kalau melakukan semua ini dalam waktu singkat... Apa aku akan mati? Menggunakan energi kutukan secara konstan dan terus menerus akan menimbulkan kerusakan besar, ditambah lagi aku sudah cukup lama menggunakan teknik kutukan ini. Aku membuka bibirku yang sedari tadi terkatup, membuat perintah singkat bagi shikigami ini.
"Terpecahlah menjadi dua, dan bawa kita bersama pergi dari gelap menuju Serebrum. Biarlah satu binasa membawa kerusakan, sedangkan satu merambat dan menyatu dengan pusatnya."
"Pastikan melata cepat namun dengan sembunyi, menyentuh jiwa yang sial membinasakan kita semua."
Kalau memang Hakkona berhasil sampai tujuan dengan aman, aku hanya berharap sisa energi kutukan ini bisa kuoptimalkan sampai penghabisan. Andai saja Nee-san ada bersamaku, aku bisa meminta tolong dirinya untuk membuat teknik kutukan ini berdampak semakin besar. Bicara soal dia, aku juga merindukannya.
***
Bunyi heels berirama bergema di ruangan yang sedang tegang. Disana, beberapa rekan penyihir terlihat mengendurkan lipatan keningnya ketika melihat Utahime berlari menuju mereka. Dengan napas terengah-engah, wanita berwajah agak cacat itu berbicara kurang jelas, membuat Shoko terpaksa menenangkannya.
"Senpai, tenangkan dirimu. Bicara dengan jelas. Ada apa?" Ujar Shoko, berjalan menghampiri Utahime.
"Kenapa... Hah–– apa yang terjadi dengan adikku? Kenapa dia terbaring lemas di ranjang besi seperti itu? Mengapa banyak alat-alat rumah sakit yang menempel dengan tubuhnya...?"
"Selama ini aku tidak pernah melihatnya menderita separah itu. KALIAN APAKAN ADIKKU? KALIAN APAKAN [Name]?!"
Kusakabe memotong pembicaraan mereka berdua, "Shoko tidak tahu menahu soal ini. Seingat kami adikmu itu sedang beristirahat di kamarnya kemarin malam, dan kami tinggalkan dia untuk istirahat. Tidak lama, kondisinya sudah begitu–"
"...Kalian membiarkannya sendirian...? Di kondisi seperti itu?"
Pria itu mendengus, "Jadi kami harus mengasuh adikmu itu seperti bayi yang baru lahir? Mengawasinya 24/7? Tentu saja tidak!"
"Lagipula penyihir jujutsu macam apa yang selemah itu. Astaga, sejujurnya aku tidak mengerti mengapa dia dikatakan sebagai penyihir jujutsu. Aku hanya pernah melihatnya menggunakan katana dan melakukan beberapa serangan sederhana. Memang cukup efektif, tetapi lebih efisien jika Maki yang melakukannya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗟𝗮𝗰𝘂𝗻𝗮 | Satoru Gojo
FanficTidak seorangpun termasuk kamu rela sosok sepertinya pergi secara sia-sia. Satu hal yang kamu sadari, manuskrip hidupmu tidak akan pernah sempurna tanpa dirinya... Tanpa Satoru. Lacuna: tempat kosong; sesuatu yang hilang Female Reader x Satoru Gojo...