>>> Eradicate -- Hiroaki Tsutsumi
>>> Curse Womb Must Die -- Hiroaki Tsutsumi–––
Unknown POV
Aku tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya tadi semuanya sangat terkendali. Entah kelengahan atau memang kurangnya pengalaman dan antisipasi, semuanya berubah dalam sepersekian detik. Ah, Tuhan... Haha. Sekali saja aku minta keajaiban. Sekali saja. Aku akan menebus semuanya. Selama ini tidak pernah sekalipun terbesit untuk jadi sosok yang religius, sungguh. Ini baru kali pertama.
Saat ini aku merendahkan diri. Meminta bala bantuan dari entitas lain. Mengaku bahwa perkataanku ketika remaja kala itu benar-benar menggelikan. Tetapi, bukankah kala itu jiwa ini masih terlalu belia untuk paham esensi dunia? Aku meminta bantuan. Aku meminta kepada yang lebih kuat daripadaku.
Kutanggalkan kesombongan, keangkuhan, ataupun puas diri. Mereka membutuhkanku, begitupun aku membutuhkan dia. Bukankah niat baik ini cukup agar kelalaianku bisa dimaklumi?
"Aku akan selalu mendampingimu dari kejauhan. Jangan khawatir!"
Haha. Oh, betapa beruntungnya aku. Semoga kondisi yang kuakibatkan ini tidak terlalu menyusahkan untuk dirimu. Sungguh, aku khawatir. Tetaplah sadar dalam pikiranmu. Jangan sekalipun melamun.
–––
"Tidak disangka kau lincah juga!" Puji Kenjaku, kekehan kecil menghiasi napas lawannya yang berderu. Tangan penyihir itu memutar-mutar Playful Cloud–senjata hasil curiannya. Sosok di depan Kenjaku menggeram ketika kakinya tidak bisa digerakkan seinci pun karena terikat semacam teknik kutukan. Raut wajahnya menggelap, kesal karena tangannya yang menganggur tidak bisa berbuat apa-apa.
Sial, tidak seharusnya aku memisahkan diri... Aku tidak tahu bagaimana kondisi terkini dari mereka. Akan sulit untuk menghubungi siapapun mengingat ponselku sudah rusak.
"Maki. Aku ingat kau," ujar Kenjaku. Nada bicaranya ia ubah serupa dengan Geto, harap-harap perempuan itu merubah sedikit persepsinya terhadap Kenjaku. "Sepertinya kau banyak berubah sejak terakhir kali kita bertemu, ya?"
"Siapa sangka monyet ingusan waktu itu sekarang sudah besar. Bukan bukan, kamu bukan lagi monyet... Kamu sudah jadi penyihir jujutsu. Selamat!"
Maki menatap Kenjaku lalu mendengus kesal melihat wajah songong miliknya. Kenjaku kembali merubah raut wajahnya, tangannya menyentuh dagu seakan berpikir. "Maki, apa pendapatmu tentang sahabatku?"
"Apa maksudmu?"
Kenjaku semakin melembutkan nada bicaranya, "Satoru Gojo. Apa pendapatmu tentang dia?" ujarnya. Penyihir itu menoleh ke belakang dan menatap ke gedung besar yang nampak dari kejauhan lalu tersenyum, "Menurutku, dia sangat kuat."
"Berhentilah bersandiwara... Aku tidak bodoh," potong Maki kesal. "Kau bukan Geto-san, jadi hentikan sok-sok meniru nada bicaranya."
Kenjaku tertawa sehabis mendengar respon Maki. Gadis itu benar-benar bukan tipe yang mudah diajak mengobrol santai. "Tentu. Aku juga tidak terlalu suka mengobrol dengan perempuan yang punya selera rendah,"
"Kalau sudah tidak mau mengobrol, kau mati saja ya?"
BRUGH.
"Aku tahu Gojo itu kuat. Akan terlalu merepotkan jika harus bertemu dengannya di tengah-tengah rencanaku. Semoga Raja era Heian itu bisa menghabisinya."
***
"Satoru Gojo dikalahkan. Bala bantuan, segera!"
***
"Benar kata Nanami, penyihir jujutsu memang tahi. Apa gunanya saling mengorbankan diri?"
***
"Kita tetaplah bersama. Sekarang, akan semakin sulit untuk mengalahkan Sukuna tanpa adanya Gojo. Karena saat ini posisinya Sukuna sedang menangani Kashimo, kita bisa memanfaatkan hal ini. Jangan biarkan waktu yang berhasil terulur jadi sia-sia."
"Berbeda dengan Gojo, ryoiki tenkai milik penyihir seperti kita hanya bisa dikeluarkan satu kali selama beberapa waktu. Pastikan tidak boleh ada kesalahan dalam pemanggilannya."
***
"Iori [Name] masih belum sadar, sepertinya teknik kutukannya masih berlangsung sampai sekarang."
"Ini berbahaya. Sudah lebih dari 18 jam sejak Iori [Name] menggunakan teknik kutukannya. Aku khawatir dengan kerusakan otak yang sudah terjadi sampai detik ini,"
"Manfaatkan setiap detik dengan baik!"
***
(1) Plan Alternatif, keselamatan rekan diutamakan.
***
(2) Plan Realistis, semuanya akan mati.
***
Apapun itu, tetaplah berharap. Tetaplah berpikir positif, tetaplah fokus.
–––
To Be Continued
Halo!
Terima kasih sudah mau setia menunggu dan membaca cerita ini 💟
Kalau bingung sehabis baca part ini, nggak papa ya. Memang tujuanku buat chapter ini supaya kamu-kamu sekalian puter otak sedikit. Hehe.Sampai ketemu di chapter berikutnya, aku sayang kalian semua <3
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗟𝗮𝗰𝘂𝗻𝗮 | Satoru Gojo
FanfictionTidak seorangpun termasuk kamu rela sosok sepertinya pergi secara sia-sia. Satu hal yang kamu sadari, manuskrip hidupmu tidak akan pernah sempurna tanpa dirinya... Tanpa Satoru. Lacuna: tempat kosong; sesuatu yang hilang Female Reader x Satoru Gojo...