7

979 95 15
                                    

Warn⚠️

Di book ini banyak sekali karakter brengsek-brengsek yang tidak terlihat secara tersirat.
So, be careful ye wir. Semoga kelian aman sampai akhir xixi!




























---

Dea memandang Dery yang sejak tadi sibuk bermain ponselnya. Pemuda itu mengatakan jika akan menginap di apartemen miliknya. Namun semenjak Dery sampai ke tempatnya, pemuda itu tidak menyapanya sama sekali. Justru asik bermain ponsel miliknya sejak tadi.

"Dery" Panggil Dea mendekati kekasihnya yang sedang berbaring di kamarnya.

"Hmm" Gumam Dery, matanya masih fokus pada layar ponselnya.

Dea berdecak. "Tsk. Kamu kalau ke sini cuma main hape mulu mending pulang deh" Kesal perempuan itu

Dery langsung menatap Dea dengan pandangan tidak suka.

Membuat Dea ikut menantang pandangan itu.

"Apa?" Sentak Dea.

Dery hanya tersenyum miring, tak ubris dengan protesan sang kekasih.

Dea semakin kesal dengan sikap Dery, lalu lebih memilih keluar kamarnya meninggalkan Dery.

Dery kembali sibuk dengan ponsel miliknya. Sejak tadi pemuda itu dibuat gelisah dengan kedatangan Jaendra pagi-pagi sekali ke rumahnya.

Setelah kejadian dirinya dengan sahabatnya itu baku hantam di kamar Harsa dan terakhir bertemu di rumah sakit karena adiknya itu dirawat, Dery masih enggan untuk berbicara dengan Jaendra.

Hal lain yang membuat semakin menjengkelkan adalah Harsa justru semakin dekat dengan Jaendra, di tambah sang bunda yang terlihat senang sekali dengan kedekatan keduanya.

Dery berusaha mengirim spam pesan pada adiknya itu namun belum juga di balas, dirinya telfon sejak tadi juga tak kunjung di angkat. Membuat pemuda itu semakin kepalang frustasi.

"Kemana sih nih bocah" Gerutu pemuda itu.

Lalu Dery memutuskan untuk menghubungi bundanya.

"Halo abang" Angkat bundanya di seberang sana.

"Bunda kok belum tidur?" Tanya Dery basa-basi pada bunda dulu.

"Belum, ini masih buat kue sama adek. Kenapa bang?"

Pantas saja adiknya itu tidak mengangkat telfonnya.

"Malem-malem bukannya tidur malah bikin kue ngapain sih bun?" Kekeh Dery.

"Itu adikmu pengen diajarin bikin kue buat Jaendra. Katanya biar Jaendra cepetan suka sama dia" Goda sang bunda

"Bundaaa jangan cepu sama abang dong" Teriak Harsa terdengar dari sana

Sang bunda hanya terkekeh. Sedangkan Dery merasa mendidih ingin sekali mengumpati Jaendra.

"Kasih tau sama anak bunda itu, jangan terlalu deket sama Jaendra" Ucap Dery.

"Loh? Kenapa bang? Kan Jaendra orangnya baik, dia juga temen abang kan?" Tanya Bunda sedikit keheranan dengan ucapan anak sulungnya.

Dery berdecak. "Enggak semua temen abang baik bun"

Hening sebentar diseberang sana. Bundanya merasa jika ada yang aneh dengan anak sulungnya.

"Abang enggak boleh berburuk sangka gitu dong ah, sama temen sendiri. Lagian bunda juga udah kenal Jaendra lama kok, enggak apa-apa biarin adekmu itu. Selagi masih ada batasan bunda engga masalah abang"

KLASIK ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang