Scheme of the Official Descendant

Chapter 30

Wajah Ren Shimin membeku, dan dia menatap Ren Yaoqi.

Ren Yaoqi balas menatap tanpa kompromi, ayah dan putrinya berdiri saling menatap dalam angin dingin.

Pada akhirnya, Ren Shimin merasa menghadapi anak kecil seperti ini akan merendahkan martabatnya, jadi dia terbatuk ringan, mundur, dan berkata dengan murah hari, "Tarian pedang Ayah hanya untuk kebugaran fisik, dan untuk mengagumi sikap orang-orang zaman dahulu. Ini bukan demi melawan orang lain."

Ren Yaoqi melihat pedang panjang yang indah dengan batu ambar dan batu akik pada gagang perak di tangannya, pedang panjang yang indah itu bilahnya sudah terbuka, dan tiba-tiba mengulurkan tangan untuk mengambilnya.

Ren Shimin buru-buru mundur selangkah, terkejut, dan berkata, "Yaoyao, pedang Ayah adalah pedang sungguhan, jangan disentuh, itu akan melukai tanganmu."

Dia tentu saja tahu bahwa ini adalah pedang sungguhan, dan dia juga tahu bahwa ayahnya telah mendengarkan pujian berlebihan dari seseorang di luar, dan merasa bahwa bakatnya dalam latihan pedang adalah bawaan dan sangat bagus, dan setelah berlatih selama beberapa tahun, berpikir bahwa dia adalah ahli pedang yang sebenarnya.

Itu sebabnya, di kehidupan sebelumnya, ketika dia pergi dan menangis di depan Ren Shimin dan mengeluh kepadanya bahwa keluarga Ren ingin memberikannya kepada Pengawas Militer Lu, Ren Shimin menemui Tuan Tua Ren dan Nyonya Tua Ren untuk berselisih tetapi gagal. Oleh karena itu, dia mengambil pedang dari dinding ruang kerja keduanya di sebelah barat.

"Yaoyao, jangan takut, Ayah akan menemui Zeng Yu itu sekarang." Dia mengelus kepalanya untuk menghiburnya, lalu bergegas keluar dengan percaya diri dengan pedang di tangan.

Ketika bertemu lagi, itu sudah menjadi surga dan manusia yang terpisah.

Ren Yaoqi mengambil satu langkah ke depan, dan memegang gagang pedangnya dengan sangat tegas, "Ayah, karena Anda hanya berlatih pedang untuk memperkuat tubuh dan meniru para tuan di zaman dahulu, maka jangan gunakan pedang ini."

Ren Shimin terkejut dengan ekspresi serius Ren Yaoqi, dan tidak bisa menahan diri untuk melepaskan, "Kenapa?"

Pedang itu jatuh ke tangan Ren Yaoqi, berat, dan agak sulit untuk dia pegang, tapi dia masih memegangnya erat-erat di tangannya, dan berkata dengan jijik, "Karena pedang ini terlihat terlalu tidak sopan. Bagaimana mungkin orang bijak zaman dahulu, dengan semangat keabadian, menggunakan pedang jenis ini yang dihiasi dengan emas dan batu giok? Selain itu, pedang tajam seperti itu tidak diperlukan untuk memperkuat tubuhmu."

Ren Shimin dengan hati-hati melihat pedang di tangan Ren Yaoqi. Dia tidak merasakannya sebelumnya, tetapi setelah Ren Yaoqi mengatakan ini, dia benar-benar merasa bahwa pedang itu agak mencolok, dan tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Saudara Kelima mendapatkan pedang ini untukku dan itu telah menghabiskan banyak uang, tapi kalau dilihat dengan seksama, memang agak mewah. Bagaimana kalau Ayah meminta pelayan mencarikan Ayah yang lain dengan wujud yang lebih biasa besok?"

Ren Yaoqi menggelengkan kepalanya, "Ayah, mengapa Anda tidak mempertimbangkan untuk memotong pedang bambu sendiri? 'Memiliki integritas yang pantang menyerah, kualitas seseorang tentu saja adalah lurus. Melewati angin kencang dan hujan deras, lebih memilih patah daripada bengkok. Tetap hijau zamrud sepanjang empat musim, tidak mengikuti semua jenis bunga yang bersaing untuk mendapatkan keindahan.'  Ini adalah sikap anggun dari seorang tuan masa dulu! Bukankah Ayah sering mengatakan bahwa tidak ada daging membuat seseorang kurus, dan tidak memiliki bambu membuat seseorang menjadi kasar?"

Ren Shimin menyentuh dagunya saat mendengar kata-kata itu, "Pedang bambu? Bukankah itu terlalu kekanak-kanakan?"

Ren Yaoqi menggelengkan kepalanya dengan sungguh-sungguh, dengan nada mengkritik, "Anda tidak berlatih pedang seperti para prajurit biadab yang suka bertarung dengan sengit! Ini mungkin sedikit lelucon di mata orang awam, tapi mengapa penting apa yang mereka pikirkan tentang kita dan apa yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri? Mungkinkah Ayah menggunakan hal vulgar ini karena dia peduli dengan pandangan orang lain?"