"Jadi lo mau ngomong apa sama gue??" desah Cherry, "Gue ga bisa lama-lama.."
"Well gue pun ga akan lama kali, emm.. Sebenernyaa.." Firza menelan ludahnya, "Gue mau minta maaf sama lo. Gue gak enak setelah kejadian disekolah waktu itu. Gue ngerasa bersalah sama lo, gue pikir lo pingsan pasti ada hubungannya sama keisengan gue kan?"
Cherry melirik Firza lalu kemudian terdiam. Bukan salah lo, batin Cherry.
"Ngomong dong, ko kesannya gue kaya ngomong sama patung. Hehehe, becanda. Sekali lagi gue minta maaf sama lo. Cherry.." Firza menoleh ke arah Cherry disampingnya seraya menyunggingkan senyuman.
Cherry memalingkan mukanya, "Oke gue.. maafin lo koq. Tapi gue mohon lo jangan gangguin gue lagi. Gue gak suka elo gangguin, gue risih."
Firza terkekeh dan mengangguk. "Gue janji ga akan gangguin lo lagi. Tapi ga bisakah kita berteman. Selama ini kita selalu berantem meskipun ga sampe jotos-jotosan. Tapi gue serius gue mau bertemen sama lo." Firza mengulurkan tangannya dan menunggu respon gadis disebelahnya.
Seakan ingin Firza menunggu, justru Cherry malah terlihat berpikir keras. Haruskah dia mulai berteman dengan pria yang mirip dengan kekasihnya terdahulu itu? Ataukah dia harus menolaknya?
Dia tidak ingin larut dengan masa lalunya, ia ingin melangkah dengan ringan dan tidak lagi terjebak dalam masa lalu. Rasa bersalahnya terhadap Ryo lah yang membuatnya seakan menutup diri dari lawan jenis, mengubah Cherry yang dulu sangat feminime menjadi Cherry yang tomboy. Ia membentengi diri karena tidak siap ditinggalkan oleh orang yang kelak akan ia sayangi. Ia tidak mau, ia trauma.
Haruskah aku mulai berteman dengannya? Inikah yang kamu maksud dalam mimpi itu, Ryo? batin Cherry.
Tangan Cherry terulur untuk berjabatan dengan Firza. Tapi ia tak mengatakan apapun, hanya menjabat tangan Firza dan tersenyum tipis. Berbeda dengan Firza yang senyumnya semakin mengembang seakan dunianya telah berubah. Gadis yang mati-matian ia dekati, gadis yang berbeda dengan wanita lainnya.
"So, abis ini lo mau kemana lagi?" Firza melepas jabatan tangannya dan mengamati Cherry.
Cherry hanya menggeleng dan tersenyum tipis, "gue mau pulang ajah. Gue duluan yah."
"Tunggu, gue minta no hape lo dong, boleh?"
Cherry mengambil smartphone yang diulurkan Firza dan mengetikkan nomer ponselnya.
"Tar malem gue telpon lo yah?" Firza beranjak dari tempat duduknya. Cherry hanya mengangguk dan melambaikan tangannya. Firza kemudian berjalan ke arah supermarket untuk membeli makanan ringan pesanan sohib-sohibnya yang masih menginap di rumahnya.
* * *
Mobil Terrios itu masuk ke arah pelataran rumah bergaya minimalis. Teman-temannya berkumpul di gazebo belakang rumah Tante Ilham. Kevin yang menyadari kedatangan sohibnya itu langsung membantu Firza yang membawa tiga kantong besar makanan ringan.
Dipandanginya Firza yang sedari tadi cengar-cengir gak jelas. Kevin menyikut pinggang Firza dan memandangnya dengan pandangan bertanya. Tapi yang ditanya hanya menggelengkan kepala dan tersenyum makin lebar.
Setelah menyerahkan kantong berisi makanan itu, Firza langsung ke lantai atas dan segera mandi lalu melaksanakan ibadah. Lalu dia merebahkan tubuhnya yang terasa lelah karena latihannya semalam. Firza merogoh saku celananya dan mengambil smartphonenya dan langsung mencari nama Cherry di kontaknya.
From: Me
Cher, ini gue Firza si ganteng maut, haha. Besok malem lo ada waktu ga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramel Milk Tea (ON HOLD)
Teen FictionGue ga suka sama cowo, terutama yang suka cari perhatian. Apalagi cowo trouble maker tengil macem si Firza itu. Rasanya pengen gue tendang pake jurus karate gue. -Cherry Althaf Hadian- Dasar cewe aneh, katanya tomboy tapi ternyata lo suka caramel mi...