Ice Cream

1K 73 9
                                    

Seorang lelaki paruh baya berlindung dibawah payung yang terbuka digerobak dagangannya.

Teriknya matahari sangat terasa di kulitnya yang mulai menggelap ditempa sinarnya setiap hari.

Peluh yang mengalir di pelipis dan tengkuknya diseka dengan handuk kecil yang ia letakkan dileher.
Pohon yang berada di sampingnya tidak cukup besar untuk menghalau teriknya matahari.

Dalam panas yang menyengat ia menunggu para pelanggannya dengan sabar. Hatinya cukup was-was saat merasakan teriknya matahari siang ini terasa lebih panas dibanding hari lainnya.
Gerobak miliknya sudah terlalu tua untuk dapat membekukan es krim kelapa yang dibawanya lebih lama.

Sudah 90 menit dari pertama ia menjajakan dagangannya 6 meter dari gerbang pintu masuk salah satu agensi hiburan besar di Bangkok, baru 2 es krim yang terjual.

Ia mencoba peruntungannya kali ini di tempat tersebut karena beredar kabar gedung agensi di hadapannya sering kali didatangi banyak penggemar artis-artis yang bernanung dibawahnya.

Beberapa kali ia melihat mobil van hitam dengan kaca gelap keluar masuk gerbang membawa para artis.
Namun ia belum juga melihat para penggemar berkumpul seperti yang diberitakan.

Perhatiannya dari gerbang masuk teralihkan saat seorang pemuda menyapa.

"Paman, aku pesan 3."

Sebelum membuat pesanan ia mempersilahkan ketiga pemuda dihadapannya untuk duduk di bangku plastik dibawah pohon yang sudah ditatanya.

Dengan cekatan ia membelah roti lalu meletakkan tiga sendok eskrim kelapa ditengahnya. Taburan jagung, coklat chips, dan remahan karamel renyah ditambahkan diatas eskrim. Terakhir, ia menyelesaikan eskrim sandwich dagangannya dengan menuangkan susu kental manis.

Ia menyajikan eskrim diatas piring kertas sekali pakai dan menyerahkannya pada ketiga pemuda yang sudah menunggu.

Ketiga pemuda berterima kasih dan mulai menyantap eskrim di tangan mereka.

Pria paruh baya tersebut tersenyum saat ketiga pelanggan barunya menampilkan senyum merekah setelah gigitan pertama mereka.
Ia bisa mendengar kata-kata pujian tentang eskrim buatannya.

Diam-diam ia memperhatikan ketiganya.
Satu orang yang memesan menggunakan masker dan topi yang hampir menutupi wajahnya.
Dari sebelum ia membuka maskernya untuk makan, sang penjual eskrim bisa melihat bahwa pria tersebut terlihat tampan.

Matanya terlihat indah, kulitnya putih dan tubuhnya tinggi. Ia mengenakan kaos santai yang dipadu dengan celana jeans dan sepatu kets.
Sepertinya dia bukan orang biasa. Itulah yang ada dipikirannya.

Sementara dua orang lainnya juga berpenampilan santai dengan membawa tas besar dan beberapa kantong jinjing, namun mereka tidak menggunakan masker dan topi.

"Paman, eskrim buatan paman sangat lezat! Apa paman sering berdagang disini?"

Pemuda yang menggunakan topi bertanya saat membayar pesanannya. Kali ini wajahnya tak tertutup masker.

"Terima kasih nak, saya senang kalian suka. Ini hari pertama saya berjualan disini. Saya mendengar kabar jika disini banyak penggemar dari artis-artis di agensi ini datang. Jadi saya mencoba peruntungan."
Pria paruh baya menjelaskan.

My Favorite FlavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang