Bagian Sepuluh

157 15 3
                                    

"Baekhyun?"

Baekhyun tersentak dalam lamunannya. Kepalanya menoleh, kearah Chanyeol yang memandangnya bingung. "Hah?"

"Melamun? Sudah kupanggil tiga kali tapi tidak menyahut, lho."

"Iyakah?" Baekhyun melihat keadaan sekeliling. Pemandangan dalam salah satu gerbong kereta bawah tanah menyapa penglihatannya. Baru sadar kalau ia dan Chanyeol pulang bersama menaiki kereta bawah tanah. "Kenapa?"

Omong-omong, setelah keduanya makan bareng Nana tadi, mereka pulang menggunakan Kereta bawah tanah. Agenda awalnya Nana akan mengantar mereka pulang, tapi tiba-tiba saja Nana mendapat telfon kalau syutingnya dimajukan dan mau tak mau Nana harus segera berangkat ke lokasi syuting.

"Tidak jadi, deh."

"Lah? Apa sih, dasar aneh."

Keheningan beberapa saat menyapa keduanya. Walaupun jam masih menunjukan pukul tiga sore, tapi keadaan kereta cukup sepi. Hanya ada beberapa penumpang saja di gerbong itu. Termasuk Chanyeol dan Baekhyun jumlahnya hanya sepuluh orang. Dan semuanya tidak ada yang bersuara sama sekali termasuk Chanyeol dan Baekhyun sendiri. Tapi lama-lama Chanyeol jengah juga kalau tidak berbicara dengan Baekhyun.

Ketika Chanyeol hendak buka suara, Baekhyun mendahuluinya. Membuat si jangkung mengurungkan niatnya.

"Chanyeol." Chanyeol menoleh kearah Baekhyun. Menunggu yang lebih pendek melanjutkan ucapannya. "Kenapa kau bisa suka padaku?"

Hening sejenak. Chanyeol tak langsung menjawab hingga membuat Baekhyun menoleh pada Chanyeol. Memastikan kalau Chanyeol benar-benar mendengar jelas apa yang ia tanyakan.

"Well, tidak ada alasan khusus."

"Apa-apaan itu?" Kening Baekhyun berkerut. Kurang puas dengan jawaban Chanyeol. "Dimana-mana, orang kalau ditanya alasan kita kenapa menyukai seseorang pasti jawabannya banyak. Karena dia cantik, karena dia lucu, karena dia pintar, karena senyumnya menawan, karena tawanya indah, atau karena kelebihan lainnya. Tapi kau? Tidak jelas sekali."

"Iya juga, ya." Chanyeol mendongak. Kini langit-langit gerbong kereta bawah tanah itu lebih menarik dari wajah Baekhyun. "Kau ini ceroboh, tidak bisa kalem, perilakunya seperti satpol pp ingin razia banci-"

"HOI-"

"-tidak pintar juga, kadang lemot sekali, kalau ketawa menggelegar, kerjaannya tidur, bodoh, aneh-"

"Chanyeol kau ini-"

"-tapi mungkin karena itu yang membuat aku jatuh hati padamu."

Satu kalimat terakhir yang diucapkan Chanyeol pada akhirnya mampu membuat Baekhyun terdiam. Wajahnya seketika merah padam. Jantungnya berdegup kencang. Tak menyangka dengan ucapan Chanyeol barusan.

"Lalu setelah aku sadar kalau aku suka kau, semua yang ada di dalam dirimu terlihat begitu indah. Kau sangat lucu, senyum mu  secerah matahari, saat kau tertawa kau terlihat sangat cantik."

Wajah Baekhyun semakin merah. Kini merahnya menjalar hingga telinga.

"Dan ekspresi marah milikmu membuatku gemas. Makanya aku suka membuatmu marah."

Baekhyun membuang muka. Bibir bawahnya tergigit kuat. Menahan diri untuk tidak berteriak (ia juga tak mengerti kenapa ia ingin berteriak sekarang). Wajahnya sangat merah dan jantungnya berdegup kencang.

Apa ini? Apa ini pernyataan cinta kedua yang dilakukan Chanyeol untuknya? Kalau begitu, kenapa Baekhyun gugup sekali padahal di pantai kemarin ia malah jengkel setengah mati? Apa hatinya tiba-tiba saja berubah pikiran?

"Baekhyun." Chanyeol berbisik. Suaranya begitu dalam dan berat. Mengalun di telinga Baekhyun. Membuat yang lebih mungil melenguh tanpa sadar. "Boleh aku menciummu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Soulmate [Chanbaek Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang