Bagian Sembilan

1.3K 114 16
                                    

Hari yang cerah di awal bulan September. Terik matahari menyinari pagi di hari kamis ini. Walaupun musim sudah masuk musim gugur, namun banyak dari warga Korea Selatan yang masih semangat untuk beraktivitas walaupun di terjang suhu yang mulai menurun.

SMA Gujeong cukup ramai hari ini. Setelah mengadakan perpisahan di Jeju, kini perpisahan untuk kelas 3 memasuki ronde ke dua. Dilakukan di aula SMA Gujeong dengan mengundang keluarga dari murid-murid untuk mengabadikan pelepasan anak-anak mereka. Beberapa penjual karangan bunga juga tak mau kalah, mereka berbaris di depan sekolah dan menjajakan dagangan mereka. Rangkaian bunga untuk diberikan ke murid kelas 3 yang mengikutin kelulusan.

Hal itu memang bagus, karna bagi para keluarga yang tidak mempersiapkan karangan bunga dapat membeli tanpa pusing untuk mencari toko bunga. Tapi hal tersebut juga dapat berdampak buruk bagi beberapa orang. Contohnya adalah Ibu Baekhyun.

Memiliki sifat yang mudah dibujuk dan tidak bisa menolak membuat Jonghyun yang saat itu ikut datang ke kelulusan Baekhyun menjadi kerepotan. Ibunya membeli banyak karangan bunga. Jumlahnya empat. Katanya satu orang harus memberikan Baekhyun satu karangan bunga. Padahal Jonghyun dan yang lain tau kalau Ibunya hanya tidak bisa menolak penjual bunga itu ketika mereka menawarkan dagangannya.

"Dasar ibu. Aku kan malas bawa banyak-banyak begini." Dahyun berjalan disebelah Renjun sambil mendumal. Ditangannya ada sebuket bunga matahari yang cukup besar.

Miyoung yang berjalan di depan Dahyun dan Renjun terkekeh kecil. Merasa tidak enak tiba-tiba. "Maaf, ya. Ibu tidak bisa menolak untuk membeli bunganya."

"Padahal Kak Jonghyun tadi sudah menolak tapi Ibu malah setuju."

"Sini kakak bawakan bunganya kalau Dahyun berat." Jonghyun menanggapi. Tangannya terulur untuk mengambil buket bunga yang di bawa Dahyun tapi ditolak.

"Tidak usah, Dahyun bisa bawa sendiri kok." Ucap Dahyun. Menepis tangan Jonghyun dengan lembut. "Nanti biar Dahyun kasih langsung saja ke Kak Baekhyun."

Ke empatnya memasuki ruang aula. Keadaan sudah ramai. Banyak kursi yang sudah terisi. Karna tak ingin kehabisan, Jonghyun buru-buru mencari kursi untuk mereka duduk. Sedikit sulit tapi mereka akhirnya menemukan empat kursi kosong. Letaknya agak jauh dari panggung namun tidak di paling belakang. Mereka masih bisa melihat panggung dari tempat mereka duduk.

Acara dimulai. Diawali dengan pembawa acara yang membuka acara, dilanjutkan dengan sambutan kepala sekolah juga ketua OSIS yang memberikan selamat untuk murid kelas tiga. Lalu di lanjut dengan pengumuman siswa terbaik lulusan tahun ini. Jawabannya sudah jelas.

Park Chanyeol.

Laki-laki itu kembali mendapatkan peringkat satu untuk angkatannya. Berpidato di atas panggung sambil mengucapkan rasa terimakasih kepada beberapa orang yang sudah mendukungnya. Keluarga Chanyeol sampai tersenyum bangga di kursinya.

Sambutan dari Chanyeol selesai, giliran dari murid-murid lain untuk naik satu persatu keatas panggung. Penyerahan ijazah dilakukan oleh kepala sekolah. Dimulai dari peringkat dua sampai ke peringkat terakhir. Baekhyun sendiri maju diurutan 145. Peringkatnya naik drastis. Bukan lagi peringkat terakhir. Ibu Baekhyun menangis heboh, Dahyun berseru tak terima, Renjun melongo, sedangkan Jonghyun tertawa karena melihat tingkah keluarganya.

Baekhyun sampai menahan malu diatas panggung melihat begitu ramainya keempat orang itu. Dia bahkan sampai menutupi mukanya menggunakan Ijazah ketika menuruni panggung karena tak tahan menjadi pusat perhatian orang-orang disana.

Ingatkan Baekhyun untuk menjambak Dahyun karna bocah itu bersorak tidak terima dan menghina Baekhyun tadi.

Acara itu berlangsung sampai pukul satu siang. Ditutup dengan kata-kata mutiara kepala sekolah dan kini semua keluarga berkumpul untuk berfoto sebagai kenang-kenangan.

Soulmate [Chanbaek Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang