17. Jealous

2.1K 69 0
                                    

Kecanggungan terjadi diantara Acha dan Reno setelah mengantarkan Bagas ke bandara untuk kembali ke pekerjaannya.

Acha kembali ditinggal sendiri untuk ke sekian kalinya, bukan hal besar untuk Acha cuman sekarang keadaannya kurang pas.

Sejak kejadian tadi malam Acha tidak banyak mengobrol dengan Reno, dirinya bukan marah tapi justru merasa bersalah takut jika Reno masih kesal padanya.

"Semalem gue beliin mochi, udah dimakan?."

Acha melihat pada Reno yang tiba-tiba mengajaknya bicara. "Udah." Balas nya, matanya menatap potongan buah yang dikupaskan oleh Reno.

"Tentang yang semalem, maaf."

"Maaf." Keduanya secara kebetulan mengucapkan kata maaf dengan bersamaan membuat pandangan keduanya bertemu untuk beberapa saat.

"Sahabat gue emang udah berubah, sekarang dia udah mau minta maaf."

"Bukan karna gue salah."

"Iya, minta maaf gak harus yang salah." Reno mengelus rambut Acha.

Acha menggeser duduk lebih dekat pada Reno. "Tapi gue juga salah dikit sih, karna gak ngabarin lo, gue gak tau kalo lo ternyata khawatir sama gue." Ucap Acha.

Reno menyentil pelan jidat Acha gemas. "Lo sahabat gue jelas gue khawatir kalo lo belum pulang apalagi pergi nya bukan sama gue." Jelas Reno.

Acha mengangguk, dirinya mengerti sekarang.

Saat sedang mengobrol dengan Reno handphone milik Acha tiba-tiba berbunyi menandakan notifikasi WhatsApp masuk. Acha mengambil handphone nya yang tergeletak diatas meja membenarkan duduknya yang semula bersandar dibahu Reno menjadi tegap sempurna.

Untuk beberapa saat Acha fokus pada handphone saling membalas pesan yang entah dari siapa, Reno penasaran badannya bergeser mengintip siapa orang yang sedang berchatingan dengan Acha.

"Parhan?."

"Ih lo ngintip ya."

"Temen kelas lo?."

"Kepo deh." Acha pindah ke sofa single membiarkan Reno bertanya-tanya tanpa diberikan jawaban oleh dirinya.

Reno menyilangkan tangannya bersedekap dada menatap tidak suka pada Acha yang malah sibuk dengan handphone nya.

Beberapa menit dicuekan Reno memilih untuk pergi dari rumah Acha tanpa berbicara apapun lagi pada sahabatnya itu.

Acha mencuri pandang Reno yang melenggar pergi meninggal rumahnya. "Gak sopan banget main pergi aja." Gumam nya pelan lalu kembali fokus pada handphone nya.

Parhan mengirimkannya pesan tentang materi tugas milik Sam karna kebetulan mereka satu kos an, berhubung Acha tidak memiliki kontak Sam jadi dirinya minta tolong pada Parhan saja.






*****







"Asem banget muka lo." Ucap Bara setelah meminum kopi miliknya dengan nikmat.

"Tau, tumben banget lagi lo ngajakin nongkrong. Acha kemana?." Tanya Dristan.

Reno menatap wajah dua temannya itu dengan serius. "Acha berubah." Ucap nya.

"Berubah jadi power rangger?."

"Apa jadi kura-kura ninja?." Dristan ikut menyauti lalu tertawa bersama Bara entah apa yang mereka anggap lucu.

Reno menghela nafas mengetuk-ngetukan jari nya diatas meja. "Semenjak kuliah dia jarang sama gue." Tutur Reno.

Bara dan Dristan saling pandang. "Bukannya setiap hari lo anter jemput dia, titik jarang sama lo nya dimana?." Tanya Bara.

Hi, AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang