53. Plan B

760 30 4
                                    

Acha sudah bersiap-siap didalam kamarnya. Suasana hati nya juga sudah lebih tenang dari sebelumnya, siang ini dia memutuskan untuk berangkat lebih awal ke kampus dari biasanya. Sebelum berangkat Acha berpamitan dulu kepada Bagas yang sedang membuat kopi didapur.

"Pah, aku berangkat sekarang ya." Ucap Acha.

Bagas mengernyitkan keningnya tipis melihat arloji nya memastikan jam. "Masih jam sebelas loh bukannya—."

"Aku mau berangkat cepet, janjian sama temen." Ucap Acha mendahului ucapan papah nya.

Bagas mengangguk paham. "Dianterin Reno?."

"Nggak, dia kan sakit. Aku dijemput temen." Jawab Acha.

Bagas langsung mengernyitkan dahi nya lagi mendengar ucapan Acha. "Temen kamu yang mana? Cewek atau Cowok?."

"Cewek."

"Oh. Yang pernah nganterin kamu pulang itu?."

"Iya."

"Belum sampe kan orangnya?."

Acha menggeleng. "Sebentar lagi mungkin."

"Makan dulu kalo gitu. Papah ambilin ya?."

Acha menggeleng cepat. "Tadi kan udah sarapan, gak enak juga nanti sama Siska kalo nungguin aku."

"Itu kan sarapan sekarang makan siang, kamu jangan telat makan terus, papah gak suka. Badan udah kurus kering begitu, jelek." Ucap Bagas dengan tegas.

"Mana ada kurus, sih, Pah?."

"Kurus itu." Ucap Bagas terdengar mutlak.

"Tapi aku kan sering makan—."

"Makan tuh ya makan nasi, bukan makan makanan siap saji yang gak sehat."

"Aku ngemil—."

"Ngemil juga harus nya ngemil buah atau sayur bukan yang kebanyakan micin, gula, cabe, atau apalah kandungannya itu yang bikin gak sehat."

Acha menutup mulutnya rapat-rapat setelah dua kali ucapan nya di potong oleh Bagas. Sesekali mata nya melihat handphone nya memastikan temannya sudah sampai atau belum.

"Didengerin gak?."

"Iya."

"Jangan sampe—."

"Pah." Acha memberanikan diri menyela ucapan Bagas lalu tersenyum menampilkan deretan gigi atas nya.

"Temen aku udah didepan, aku mau berangkat dulu. Ceramahnya dilanjut nanti aja. Dah, Pah." Ucap nya seraya menunjukan panggilan masuk dari layar handphone nya lalu mengambil punggung tangan Bagas untuk dicium nya sebelum akhir nya lari pergi meninggalkan dapur.

Didepan rumah Acha langsung menghampiri Siska yang sedang duduk manis diatas motor nya. "Kita berangkat sekarang." Ucap nya buru-buru.

"Sebentar, tangan gue pegel ini. Rumah lu buset jauh banget dari kosan gue." Keluh Siska.

"Oke."

Acha mengetukan satu kaki nya dengan tangan berkacak pinggang, mata nya sesekali melirik kedepan memastikan tidak ada yang keluar dari rumah diseberang nya itu.

"Santai Acha santai." Gumam Acha mencoba merilekskan diri.

Sekitar sepuluh menit menunggu akhirnya Siska memakai helm nya kembali. "Ayo naik." Suruh nya sudah bersiap untuk berangkat.

"Ini gue gak pake helm?." Tanya Acha saat hendak naik ke atas motor.

"Lah iya, gue lupa. Lo sih minta jemput buru-buru."

Hi, AchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang