Alana Caroline, gadis dengan luka mendalam akibat trauma jatuh cinta, bagi Alana, cinta tak pernah berpihak padanya. Setiap hubungan yang ia jalani terasa seakan hanya sekadar permainan di hati laki-laki. Namun, hadirnya Samuel Diaskara mengubah sem...
Warning❕ Dilarang keras mengcopy karya ini!, jika ada kesamaan nama atau karakter dalam tokoh cerita ini itu hanya kebetulan.
C 1.Awal dari segalanya Happy reading especially for you. _______ ***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-ALWAYS-
Sore itu, langit tampak kelam, awan hitam menggantung berat seolah ikut merasakan kesedihan seseorang yang berdiri di depan area gerbang sekolah SMAN Lentera Bangsa. Hujan turun deras, mengguyur bumi tanpa henti, sementara suara petir sesekali menggema, membelah keheningan yang menyelimuti area sekolah yang telah sepi.
Di bawah derasnya hujan, seorang gadis berdiri diam, menatap kosong ke jalan raya yang mulai tergenang air. Tubuhnya basah kuyup, namun ia tidak peduli. Isakannya samar terdengar, bercampur dengan suara hujan yang mengguyur keras.
Alana.
Entah apa yang baru saja terjadi hingga gadis itu tak mampu menahan tangisnya. Matanya sembab, dadanya sesak, dan hatinya seolah hancur berkeping-keping.
Namun, di tengah lamunannya, ia menyadari sesuatu—rintik hujan yang semula membasahi tubuhnya kini tak lagi terasa. Ia mendongak, dan di sana, sepasang mata teduh menatapnya dari balik payung yang kini melindunginya dari hujan.
"Kenapa nangis?" suara laki-laki itu lembut, hampir tenggelam dalam gemuruh hujan.
Alana tidak menjawab. Ia hanya menatap laki-laki itu sejenak, lalu kembali terisak, kali ini lebih kencang.
"He-hey, lo kenapa?" laki-laki itu semakin bingung melihatnya menangis semakin menjadi.
Alana hanya menggeleng, seolah ingin mengatakan bahwa ia baik-baik saja, meskipun jelas sekali ia tidak sedang baik-baik saja.
"Udah, lo pulang aja. Udah gelap, hujan deras pula. Nggak baik juga lo sendirian di sini," ujar laki-laki itu, mencoba membujuk.
Alana hanya bergeming di tempat seraya berusaha menyeka air matanya agar tak jatuh lagi, sesaat setelahnya ia mengangkat pandangannya lalu menatap linglung ke sekelilingnya, ia baru sadar bahwa tak ada seorang pun selain dirinya dan laki laki itu.
"Kenapa diem? Gak ada yang nganter? Ya sudah ikut gue aja, biar gue yang anter, kasih tau aja alamat rumah lo dimana."
Alana menatapnya curiga "Gue gak kenal sama lo, gue gak mau ikut sama orang yang gak gue kenal,"lirih Alana menolak tawaran laki laki itu.
"Aelah tenang gue gak bakalan jual lo ke pasar gelap, gue baik, lo kalau sama gue bakal sampai di rumah lo dengan aman, gue berani jamin itu" ucap laki laki itu berusaha meyakinkan Alana.
Alana berpikiran sejenak, ekor matanya menatap laki laki itu dari ujung rambut hingga kaki, karena penampilan laki laki itu tampak meyakinkan ia lalu mengangguk tanda mengiayakan ajakan laki laki itu.