9. NOSTALGIA MASA KECIL CYAN

305 21 0
                                    

Sepekan berselang setelah malam menyedihkan. Bentang angkasa biru masih menyisakan duka yang tak sanggup Biru utarakan. Waktu seolah telah mempermainkan Biru, membuat Biru ingin berteriak bahwa Biru sudah tak mampu. Pemilik senyum sehangat sinar mentari itu masih enggan berbicara dan terus menatap kosong walau hari-hari telah berlalu.

Mama kandung Cyan datang mengamuk ke rumah Biru karena Mama dan Papa Biru tidak mau melepaskan Cyan untuknya. Mama Cyan menuduh keluarga Biru menculik Cyan dan menuduh mereka menyabotase pemakaman Amber. Ia tiba sehari dari Inggris dengan pasangan istri lesbiannya setelah kematian Amber terdengar di telinganya.

Papa Biru tengah menemui Mama Cyan dan pasangan lesbiannya di halaman rumah karena mereka menolak masuk, sementara Cyan duduk termenung di teras di atas kursi roda seolah tidak mengenal orangtuanya sendiri.

Seorang wanita cantik memiliki paras serupa seperti Magenta dengan rambut panjang kuncir kuda dan gaya tomboy tengah berdiri memarahi mereka.

"Kalian apakan anak gue? Kalian cuci otaknya? CYAN!! AYO IKUT MAMA KE INGGRIS!!"

Bocah manis yang pernah menyatakan cintanya pada Biru itu sedang dalam keadaan tidak berdaya. Pemilik paras putih yang terlihat pias seolah tidak ada aliran darah mengalir di tubuhnya itu hanya pasrah saat mamanya menariknya hingga membuatnya terjatuh. Cyan menolak makan dan minum semenjak pemakaman Amber. Ia hanya memiliki tenaga melalui cairan infus. Pun gula darahnya sering mengalami drop hingga membuatnya kejang dan membuat panik Biru dan mama-papanya.

Pembuluh darah ungu terlihat jelas di punggung tangan kurus bocah rapuh ini. Dan kini mengeluarkan darah akibat akibat aksi brutal mamanya yang menariknya secara tiba-tiba akibat infusannya terlepas. Biru bergerak hati-hati mencoba untuk menyentuhnya dengan syok, lalu berdiri cepat dan mendorong kasar mama Cyan.

"TANTE JANGAN KURANG AJAR DONG!!"

"Hei?!! Whach your mouth!! Be easy," pasangan bule mama Cyan tampak kesal melihat pasangannya diperlakukan kasar Cyan. Wanita berambut pirang itu berusaha melindungi mama Cyan dengan tarikannya yang lembut.

"Would you all guys mind to give us permition to talk to him intentively? We promise not to hurt him. Cyan is our son. Clementine's son is also my son. We love him," pasangan lesbian mama Cyan mencoba meluruskan dan mencoba mengajak berbicara baik-baik berniat membuat Biru luluh.

Mama Biru tampak sabar berusaha menghentikan pendarahan Cyan dan memasang infusannya kembali.

Papa Biru menatap kesal pada keduanya, lalu berucap dengan dengan sedikit memberi penekanan."Not right now!! Please... Leave our house."

"Please.... I beg to you ...."

"Not right now. Okay."

"We just need to talk to him." Istri Mama Cyan tampak memaksa.

Biru terpaksa membentak dan mengusir keduanya."GET OUT!! GET OUT OFF HERE!!"

Sedih dan marah, Biru bahkan tak sanggup mengutarakan sepatah kata saat menyadari Cyan sudah pingsan di pangkuan mamanya. Ia lantas menggendongnya ke dalam rumah diikuti mama dan papanya di belakang membiarkan mama Cyan meraung dan memaki mereka di depan rumah. Keduanya baru pergi meninggalkan halaman setelah satpam rumah Biru menyeret keduanya keluar dari gerbang.

Di dalam sebuah kamar yang sudah disulap hampir seperti ruang intensif rumah sakit, Cyan mendapat penanganan lagi karena kondisinya kritis. Di antara bunyi-bunyian khas mesin EKG yang menggema nyaring di telinga, di antara pemandangan kabel-kabel elektroda yang menyembul di sela leher piyama yang tengah dikenakannya, Biru memberanikan diri untuk mengecup punggung tangan Cyan. Sudah tak sungkan lagi meski mama dan papanya sedang memperhatikannya.

SKY SERENADE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang