- 02 -

81 45 3
                                    

"Terima kasih ya telah mengajakku berkeliling."

"Hari ini aku senang sekali, setiap Kamis aku akan menyisakan waktuku untuk datang kembali kesini."

"Mengunjungi rumah kesayangan Nenek, sekaligus dirimu."

Apa? Padahal kita baru kenal, tapi tingkahnya meyakini seperti kita sudah saling kenal cukup lama. Wajahku agak bingung, tapi entah kenapa aku rela menunggu, bahkan jika sampai setahun.

"Wajahmu memerah," gadis itu tertawa, senyumannya sangat manis sekali, kulitnya yang putih dan berparas cantik sangat cocok dengan dirinya yang sedang berada diantara bunga-bunga.

Aku memegangi tengkuk leherku sejenak, bukan karena dingin, tapi malu. Ini menjadi salah satu pengalamanku yang memalukan.

"Sampai jumpa Kamis depan! Aku akan kembali!" Teriaknya sembari berlari menjauhi rumah serta diriku.

Dia manusia pertama yang aku katai cantik.

Dia lebih indah melebihi bunga sakura, dan lebih mirip seperti burung yang sedang mengepakkan sayapnya. Tampak bebas.

Aku baru teringat sekilas, aku belum sempat menanyakan namanya.

***

Hari-hari semakin berlalu, semakin banyak terlintas pikiranku mengenainya, merindukan senyumannya, setia menunggu kehadirannya.

Dimana engkau gadis kecil yang menganggap orang lain adalah anak kecil?

Pertemuan pertama yang sangat membekas, walau ada abu di hati, dia sudah menempati tempat yang aman agar tidak tercemari.

Hampir setiap hari sepulang sekolah aku diam-diam mengunjungi rumah kesayangan kami berdua, tapi dia tidak ada disana.

Seakan keberadaannya semakin menghilang.

Di kamar aku hanya sibuk menyirami semua tanamanku, lalu mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Jendela terbuka, sama seperti waktu itu, langsung menunjukkan arah bukit.

Sesaat mataku melirik ke arah sana, tiba-tiba datang selembar surat kemudian disusul beratus-ratusan surat terbang masuk ke dalam kamar.

"Apa ini?"

Isi suratnya membuatku ternganga, apa maksudnya?

Selembar surat berisikan hanya satu kalimat. Aku hanya membaca beberapa.

Halo, kamu masih mengingatku?

Aku gadis rumah gubuk.

Gadis yang menyapamu sekaligus gadis yang kamu bonceng.

Aku tahu informasi mengenai mu, segalanya tentangmu.

Sebenarnya aku bukan tinggal disini.

Tempatku jauh, sangat jauh sampai tidak bisa dibayangkan manusia.

Jiwa dan ragaku sudah bukan lagi milik dunia ini.

Mungkin kamu juga sama sepertiku, karena bukankah kita sama? Kita berbeda dengan orang lain.

Walaupun sudah ku baca sebagian besar, namun aku masih belum mengerti maksudnya.

Apa maksudnya dengan tempatnya sangat jauh sampai-sampai tidak bisa dibayangkan oleh kami?

Apa maksudnya juga jiwa dan raganya bukan lagi milik dunia ini?

Juga, apa maksud perkataannya aku sama sepertinya? Bukankah dari segi manapun kita amat berbeda?

Sepotong kalimatnya bahkan sudah bisa membuat kepalaku memikirkan hal-hal yang semakin tidak realistis.

Hai, bunga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang