"Iya, aku mau..."

17 2 0
                                    

Di Sekolah lagi heboh. Pasalnya banyak yang liat live Ig-nya Fian kemarin. Di stori w.a dan Ig juga Fian nge-tag Iza. Iza sih cuek aja, yang penting bukan dia yang upload.
"Za, lo kemaren jalan sama Fian?" tanya Revan.
"Oh iya," jawab Iza.
"Trus?" tanya Revan lagi.
"Apanya?" Iza balik nanya.
"Gak, gak papa," Revan kembali ke bangkunya.
"Gak da apa-apa kok, Van," kata Iza. Revan membalikkan badan melihat Iza yang tersenyum.

​"Woi, Bro! Gercep banget lo!" kata Yudha menepuk bahu Fian.
"Hah, apa?" tanya Fian kaget, langsung mematikan hp-nya.
"Lo liatin fotonya siapa?" Yudha kepo.
"Bukan siapa-siapa," Fian ngeles. "Lo tadi ngomong apa?"
"Lo gercep banget. Udah jalan sama Iza kan?" kata Yudha.
"Oh iya," jawab Fian singkat.
"Trus kapan lo mau nembak?"
"Gatau nih, liat entar deh,"
"Wah, hati-hati ya, Bro!"
"Kenapa?"
"Ya, ati-ati aja,"

​Pas Iza makan di Kantin sama Salsa, banyak yang nyindirin Iza. Salsa melototin mereka tapi Iza cuek saja. Iza ngeliatin Ig-nya banyak notif dari @grisfiann. Dia melihat satu per satu, ni anak niat banget sih? Suka beneran sama gue tau rasa lo!

​"Za!" sebuah suara mengalihkan pandangan Iza dari hp-nya. Zuhri.
"Hai, Kak! Duduk sini!" kata Iza menepuk bangku sebelahnya.
"Iya. Hai, Sal!" sapa Zuhri.
"Hai Kak Zuhri!" balas Salsa.
"Za, lo kemaren jalan sama Fian ya?" tanya Zuhri to the point. Alis Iza terangkat heran, Wah sampe Kak Zuhri pun kepo.
"Iya kak, kenapa?" tanya Iza kalem.
"Kemana aja?" tanya Zuhri makin kepo.
"Dia cuman nganterin beli buku trus makan. Itu aja," cerita Iza.
"Oh, kok lo gak bilang, kan bisa gue anter," gumam Zuhri dengan wajah merajuk.
"Kan Kak Zuhri ada bimbel," jawab Iza enteng.
"Oh, iya..." Zuhri mati kutu.

​Salsa menahan tawa, sementara Iza hanya tersenyum.
"Kapan kapan kalo butuh temen lo chat gua aja. Pasti gue anterin," janji Zuhri.
"Iya, Kak..." jawab Iza. Tiba-tiba,
"Zuhri! Gue cariin lo dari tadi!" panggil Wati. Wati ini kelas XII IPS 2, dia naksir berat ke Zuhri, tapi Zuhrinya cuek aja. "Oh, apaan?"
"Hei, Za! Lo beneran ama Fian?" tanya Wati dengan suara menggelegar. Spontan seisi Kantin melihat Iza.
"Hmm... Mbak Wati, suaranya kecil banget..." sindir Iza.
"Oh, sori..." Wati meringis. "Tapi beneran itu?" Iza balas meringis. Gila si Grisfian nih, bikin heboh satu Sekolah aja, dumel Iza dalam hati.

***

Hari demi hari berlalu. Kedekatan Iza dan Fian makin nyata saja. Tapi udah 2 minggu berjalan Fian gak kunjung nembak Iza juga.
"Kapan lo mau nembak Iza?" tanya Dian. Ketika mereka selesai latihan.
"Oh, gatau nih kapan. Gue masih cari waktu yang tepat," jawab Fian selonjoran di lantai.
"Yaudah sih, tinggal bilang, Za, lo mau gak jadi pacar gue?" kata Marco cengengesan.
"Gak bisa gitu dong!" protes Fian. "Tar kelihatannya main-main doang!"
"Emang lagi main-main kan?" tanya Dafa. Seketika Fian kaget, Iya ya, kan gue lagi taruhan.
"Yaaa, biar gak kelihatan lah, Iza pinter soalnya," kata Fian ngeles.
"Yakin lo?" tanya Revan meragukan, tapi Fian diem aja.

​Malam harinya di kamar, Fian melihat-lihat fotonya dengan Iza. Dia senyum-senyum sendiri. Eh, kok gue senyum-senyum? Fian menyadarkan diri. Lalu dia scroll Ig-nya, melihat-lihat beranda dan menemukan sesuatu yang bagus. Tempat buat nembak Iza. Tanpa babibu dia langsung chat Iza. 1 menit, 5 menit, 10 menit chat Fian belom dibales. Akhirnya Fian menelepon Iza.
Iza​: Halo?
Fian​: Sombong amat sih chat gue gak dibales!
Iza​: Apasih Gris?
Fian​: Gue tadi chat elo
Iza​: Oh, gue belom liat. Gue barusan mandi
Fian​: Kok gue gak diajak?
Iza​: Mesum!
Fian​: (ngakak) Besok malem ada acara gak?
Iza​: Hmm... ga ada kayaknya
Fian​: Jalan yuk!
Iza​: Emang lo berani ngajak gue jalan?
Fian​: Lah ini lagi ngajak
Iza​: Kalo ngajak gue jalan, lo harus ijin Bokap gue dulu
Fian​: Oh, beres. Besok gue ijinin. Jam setengah 7 gue jemput. OK?
Iza​: OK!

​Iza menutup hp-nya, mau ngapain si Gris ngajak jalan malem-malem? Au ah, besok ada ujian biologi, jadi sekarang tidur dulu. Gimana sih Iza ini, mau ujian kok malah tidur?

Keesokan malam. Tepat pukul setengah 7 Grisfian sudah duduk di ruang tamu rumah Iza. Dia sedang di interogasi oleh Ayahnya Iza. Iza yang sedang ganti baju diam-diam ketawa, sukurin lu ketemu Bokap gue. Tapi ketika Iza keluar kamar yang dilihatnya malah...
"Hahaha... terus terus?" tanya Anang, Ayahnya Iza, sambil terbahak-bahak.
"Ya terus aku pidahin aja Om..." lanjut Fian.
"Hahahahah...." tawa Anang menggelegar lagi. "Oh, udah selesai kah, Nduk?"
"Iya, Yah..." jawab Iza masih syok. Kok bisa Ayahnya yang super galak itu bisa cepet cair sama Gris? Pake pelet apa tu anak?
"Yaudah Om, kita jalan dulu ya?" pamit Grisfian ke Anang, salim.
"Iya, hati-hati di jalan, jangan kemaleman pulangnya!" kata Anang mewanti-wanti.
"Siap Om!"
"Berangkat dulu, Yah!"
"Iya,"

​Mereka berangkat. Di jalan Iza nanyain Fian, kok bisa Ayah ketawa-ketawa sama lo? Gue kan emang mantu idaman... Najis lo, Gris! Kok najis? Mantu-mantu! Buktinya Bokap lo suka ke gue, iya kan? Mana gue tau! Tapi ke cowok lain gak gitu kan? Yaa.... enggak.... Hahaha, tuh kan, brati gue menang dong. Emang menang dari apa lo? Gak, hehe... Sepanjang jalan Fian tersenyum hepi.

​Fian ngajak Iza ke Taman Lampion,
"Wah, bagus ya ternyata," kata Iza melihat berkeliling.
"Baguslah. Emang lo gak pernah kesini?" tanya Fian.
"Gak. Ngapain kesini cuman liatin lampu doang!" jawab Iza.
"Jawaban lo tu bikin nyesek kalo ownernya denger, Za!"
"Hehe... Emang ada acara apa ngajak gue kesini?"
"Ng... ada yang mau gue omongin,"
"Apa?"
"Ada deh..."
"Uh..." Iza manyun. Fian tambah gemes aja ngeliat Iza manyun gitu.

​Iza bolak balik minta foto. Pas deket TKP (Tempat Kejadian Penembakan), Fian menggandeng tangan Iza, diajak ke spot lampu bentuk love. Oh, udah saatnya ya, batin Iza. Fian udah deg-deg-an dari tadi, dia grogi setengah mati. Kayak mau nembak beneran rasanya, batin Fian.
"Za, gue mau ngomong sesuatu," kata Fian. Anjir, tangan gue tremor!, batin Fian menyumpahi dirinya sendiri.
"Ngomong apa, Gris?" tanya Iza pasang muka kepo-kepo polos.
"Mungkin lo nganggep gue kurang ajar, tapi..." Fian terbata-bata,"...Gue, suka sama lo, Za..."
"Oh..." Iza pura-pura terkejut. Matanya membulat gemes.
"Lo, lo mau gak jadi... Jadi pacar gue, Za?"

​Beneran ditembak dong aing!, batin Iza. Dia diam melihat Fian yang dredeg menunggu jawaban. Banyak yang nontonin mereka. Ada yang merekam, ada yang teriak "terima...terima..." dan "kalo gak mau, buat aku aja Mbak!" atau "duh, aku jomblo, Mas,". Fian udah parno aja, soalnya Iza tak kunjung menjawab dan hanya menatapnya tanpa ekspresi. Hampir 2 menit Iza diam, lalu Iza tersenyum, "Iya, gue mau, Gris..."
"YES!!" Fian meninju udara. Hepi banget dia, cintanya diterima sama Iza. "Makasih, Za..."

Penonton riuh menyoraki mereka dan memberi ucapan selamat. Iza agak malu sebenernya tapi biar deh, gue ikutin permainan Gris dulu. Dan mereka berdua melanjutkan jalan. Ini first date kita ya, Za.

***

Gimana gimana,part 3 barusan muncul,hehehe
Menurut kalian Fian beneran suka Iza atau tetep main2 aja???
Komen yaaa🤗🤗🤗

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang