Taruhan Jadi Beneran

2 1 0
                                    

"Za..."
"Apa?"
"Lo masih marah ke gue?" tanya Salsa sambil merengek. Iza melirik Salsa sadis.
"Kalo iya kenapa?"
"Alaaaa Za...." Salsa mewek-mewek. "Zaaa...."
"Apasih Sal?"
"Jangan marah dong..."
"Iya iya,"
"Asiiikkk..."
"Bakso sama es lemon tea!"
"Hah? Iya deh!"
"Hehehe..."

​Mereka pergi ke Kantin. Ketika dapat duduk dan mau pesan tiba-tiba Fransis cs dateng dan duduk di depan Iza dan Salsa dengan mata melotot.
"Apa? Lo mau kena poin lagi?" tanya Iza.
"Pokoknya gue gak rela kalo Fian sama elo!" geram Lusi.
"Terserah!" jawab Iza cuek.
"Lo gatau kan kalo lo cuman mainannya Fian?" Vanessa berbisik kejam.
"Lo tuh ngaca dong, Fian tuh cuman maen-maen ke elo! Dia gak pernah serius sama lo!" teriak Lusi sehingga seluruh Kantin mendengar. "Lo tuh cuma bahan taruhanya Fian aja!"
"Za?!" Salsa kaget, tau dari siapa mereka? Iza agak kaget juga tapi memandang mereka dengan santai. Sedang mereka bertiga puas telah melempar fakta menyakitkan ini ke Iza. "Za..." Salsa menarik lengan baju Iza.

​"Enggak, Za!" teriak Fian. Ternyata Fian mendengar teriakan Lusi saat masuk Kantin. Dia berlari ke meja Iza dan membantah tuduhan Lusi cs. "Enggak Za. Gue gak maenin elo!". Fian panik, Iza gak boleh tahu dengan cara ini, gak. Iza memandang Fian yang panik.
"Lo gausah ngelak deh, An, emang gitu kan?" bantah Fransis.
"Lo gak usah sok tau deh!" Fian mendorong Fransis dengan marah. Yudha dan Angga melerai, "Woi, An, cewek itu! Sabar..."
"An, lo..." Fransis kaget. Dia gak percaya kalo Fian mendorongnya.
"Gris!" sentak Iza. Fian kembali ke Iza, "Za, beneran gue gak maini elo Za..."

​BUUKK!!! Tiba-tiba Zuhri datang dan memukul Fian di pipinya. Cewek-cewek menjerit.
"Berengsek lo, An! Lo mainin Iza selama ini!!" bentak Zuhri marah.
"Gris!!" teriak Iza.
"Za, dia udah mainin elo! Gue..." kata-kata Zuhri terputus oleh pelototan Iza.
"Kak, aku udah bilang kan, jangan ikut campur urusanku sama Gris!" kata Iza tegas menatap mata Zuhri. Lalu Iza berbalik dan menolong Fian untuk bangun.
"Tapi dia mainin elo, Za!!" teriak Zuhri menggelegar berharap Iza sadar. Iza berbalik menghadap Zuhri dengan marah. "Mainin gue atau enggak itu bukan urusan LO!!"

Zuhri tersentak kaget dengan reaksi Iza, begitu juga yang lain. Lalu Iza membawa Fian ke UKS dengan menabrak minggir Zuhri dan Lusi cs. Akhirnya banyak bisik-bisik di Kantin, Iza ngebelain Fian setelah tau kalo Fian cuma mainin dia?? Wah, beneran suka sama Fian si Iza.

​UKS.
"Diem bentar," kata Iza lembut. Dia menotol luka Fian dengan antiseptik dan betadine.
"Za,"
"Hm?"
"Kenapa lo ngebelain gue?"
"Kenapa, lo nyesel gue belain?"
"Lo percaya gue kan, Za?"
"Hmm..." gumam Iza, masih fokus mengobati luka Fian. Iza meniup luka di sudut bibir Fian. DEG! Iza menatap bibir Fian. Ketika Fian memanggil namanya, Iza tidak mendengar. Entah dapat keberanian darimana tiba-tiba Iza mencium Fian. CUP... Saat sadar Iza membelalak dan menatap Fian, lalu kberlari keluar UKS. Sementara Fian masih terdiam kaget.

***

"Duh gue mikir apa sih? Duh..." Iza kebingungan sendiri. Kenapa tadi gue nyium, Gris??? Kenapa?? Duh, Iza guling-guling di kasurnya. Dadanya berdebar keras. Kenapa nih? Adokh, kayak bocil aja gue! Masak gue, ah gak mungkin. Gak, gak mungkin. Iza menepuk-nepuk kepalanya.

Sementara Iza kebingungan, Fian senyum-senyum sendiri di kamar,mengingat kejadian di UKS tadi siang. Hehe, Iza suka sama gue ya? Asik! Coba gue chat ah!
Fian: Za, ngapain?  (Gak dibales)
Fian: Sayang...
Iza : Sayang pala lo!
Fian: hehe... Oh,klo dpanggil sayang br bls nih...
Iza : Dih gak ya!
Fian : hehe,lg ngpain?
Iza : Bkin pr
Fian : Gue main ya?
Iza : Dah malem odong!
Fian : Bodo! Gue otw
Iza : Lah

Dan Fian beneran berangkat ke rumah Iza. Dia menaruh sepedanya di rumah Revan. Terlihat lampu kamar Iza menyala dan jendelanya masih terbuka satu. Fian membuka pagar pelan dan berjalan tanpa suara ke arah jendela kamar Iza. Kelakuan Fian mirip maling, tengak-tengok sekitar. Dengan sekali lompat Fian udah nangkring di jendela.
"Malam sayang," sapa Fian dari ambang jendela. Iza yang lagi minum sampe keselek dan batuk-batuk. Fian ketawa. Mata Iza melotot. Gak salah lihat dia? Itu Gris di jendela?
"Gris!" Iza separoh teriak separoh kaget. "Lo ngap..."
"Gitu amat kagetnya?" Fian nyengir.
"Lo ngap..." Iza menutup mulutnya. Ups, udah malem. "Lo ngapain? Udah malam gini? Kan udah gue bilang gak usah kesini. Lo tuh bandel banget ya. Lo dengerin gue gak sih? Punya te..."
"Gue kangen sama elo, Za," kata Fian, menghentikan omelan Iza.

Iza terdiam, wajahnya menghangat.
"Udah ketemu kan? Yaudah sana pulang!"  usir Iza, mendorong Fian keluar jendela. Nasi goreng... nasi goreng... suara penjual nasi goreng mendekati rumah Iza. Spontan Iza menarik Fian masuk ke kamarnya dan dan menutup tirai.
"Katanya disuruh pulang kok ditarik masuk?" goda Fian.
"Diem! Kalo tukang nasi gorengnya udah lewat baru lo keluar!" kata Iza.

Tukang nasi gorengnya malah mangkal di depan rumah dan banyak pembeli.
"Yaelah si bapak malah laris!" Iza keki.
"Hush, ga boleh gitu!" tegur Fian. Dia rebahan di kasur Iza dan memainkan boneka.
"Lo malah tiduran!"
"Sini deh, gue pengen ngomong,"
"Apa?" Iza duduk disebelah Fian.
Setelah menarik napas panjang dan menguatkan hati, "Za, sebenernya apa yang diomongin Lusi dan Fransis tadi itu bener,"
"Hah?" Iza kaget. Bukan karena cerita Fian tapi karena Fian mengaku ke dia. "Gue mau ngaku ke elo dari dulu, tapi gue takut lo ninggalin gue," kata Fian sambil meremas tangan Iza. Hati Iza mencelos.
"Jadi kalo sekarang gue tinggalin gak papa?" tanya Iza dingin. Njir, gini banget rasanya, batin Iza.
"Engga. Gak gitu, Za..." Fian panik. "Gue ceritain semuanya, lo denger ya..."
"Iya,"

Fian bercerita dari awal taruhannya, tentang reaksi Revan, tentang dia yang kadang lupa kalo taruham, tentang perasaannya yang lama-lama menjadi beda ke Iza, mulai bingung-kepo-suka-lama-lama jadi sayang. Selama Fian cerita Iza diam mendengarkan.
"Gue emang pengecut Za, lo oantes marah ke gue. Tapi tolong kasih gue kesempatan lagi. Gue pengen mulai dari awal tanpa ada bohong-bohong lagi ke elo Za..." pinta Fian. "Plis kasih gue kesempatan Za..."
"Lo minta kesempata setelah lo mainin gue?" tanya Iza dingin.
"Gue tau gue kurang ajar, tapi..." Fian bingung memilih kata-kata.
"Gue juga mau jujur ke elo, Gris" Iza menarik napas. "Sebenernya gue udah tau kalo lo cuman mainin gue! Dan gue juga pura-pura aja nerima elo!"

Kata-kata Iza bagai petir di siang bolong. Fian speechless, dia gatau mau omong apa. Dia pantes dapet ini tapi kenapa rasanya sakit banget. Mereka terdiam. Iza melihat Fian, wajahnya tampak kosong dan sedih. "Gris, kita bicarain ini besok. Udah malem, sebaiknya lo pulang". Fian mengangguk dan keluar. Tak lama setelah Fian pulang, Iza membereskan buku-bukunya dia tidak bisa berkonsentrasi belajar. Apa ini akhir hubungannya dengan Fian? Harusnya dia lega kan? harusnya dia senang, tapi...

Iza menegak habis air putihnya dan menutup jendela kamar. Ketika Iza akan tidur tiba-tiba ada yang ngetok jendela kamarnya pelan. Siapa tuh? Iza mengintip dari balik tirai, matanya melotot. Grisfian?? Buru-buru Iza membuka jendela dan Fian meloncat masuk.
"Gris lo ngap..." protes Iza terputus. Fian tiba-tiba memeluknya.
"Gue gak bisa gini Za. Gue gak bisa tidur, kepikiran terus," bisik Fian dipelukan. "Gue gak mau kita putus,"
"Gris..."
"Gue gak mau Za!" tolak Fian mempererat pelukannya.
"Gris gue..."

"Trus apa arti ciuman lo tadi?" tuntut Fian. Wajah Iza menghangat, mulutnya megap-megap tapi tak ada suara yang keluar. Iza ngabur dan duduk di tepi kasurnya. Fian mengikuti. "Za, bilang sama gue kalo lo gak ada perasaan apa-apa ke gue," kata Fian. Tapi Iza diam saja memandang kakinya. Fian menangkup pipi Iza dan menghadapkan ke arahnya. "Bilang sama gue Za kalo lo gak punya sedikitpun rasa ke gue!"
Iza bingung mau ngomong apa, "Gris, g...gu...gue..."
Cup... Fian mencium Iza.
"See, lo gak bisa bilang kan? Lo ada rasa ke gue kan?"
"Dikit," jawab Iza melihat ke arah lain.
"Hehe..."
"Gausah ketawa!"
"Hehe..."
"Dibilangin gak usah ketawa!"
"Gue seneng banget Za, Sini peluk!"
"Ih apaan sih!"

Fian memeluk Iza dan menariknya sehingga mereka jatuh ke kasur. Fian pura-pura merem sambil memeluk Iza. Iza melotot ke Fian dan mencubiti badannya.
"Aw sakit Za! Aduh!" mulut Fian ditutup Iza. Sssttt...Fian meringis, "Soriii..."
"Dasar!" omel Iza, membalikkan badan jadi terlentang memandang langit-langit kamar. Fian tersenyum memandang Iza lau dengan pelan dia mencium pipi chubby Iza. Iza terdiam melihat Fian. Fian mencium kening Iza, hidungnya turun perlahan sampai ke hidung Iza. Napas mereka saling menghangatkan.
"Griss..."
"Sshh... I'm loving you..." bisik Fian, sebelum akhirnya dia mencium Iza. Debaran jantung Iza tak teratur seiring ciuman mereka yang semakin panas. Tangan Fian mulai menelusup ke kaos Iza.
"Griiisssshhh...." desah Iza meremas jaket Fian.
Dengan suara bergetar Fian berbisik, "Za, gue pengen..."

***

Hwaaaaaaaaa.........Fian sama Iza mo ngapain ituuu🫣🫣🫣🫣hayooooo jan pada neting yaaa🤭kao pada kepo tungguin part selanjutnyaa🫶🏻🫶🏻

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang