Pukul setengah 7 pagi Iza udah sampai di sekolah. Dia sengaja berangkat pagi biar gak ketemu Fian, terrnyata Fian juga berpikiran sama. Mereka berpapasan di tangga mau naik ke lantai 2. Iza gak sempat mikir langsung berlari naik menuju kelasnya. Fian yang kaget ikutan lari mengejar Iza.
"Za lo kenapa lari?" tanya Fian disela napasnya yang tersengal.
"Hah? Gak... papa... Gue, latihan buat ujian nanti..." jawab Iza ngos-ngosan juga.
"Lo gak lagi ngehindarin gue kan?" tuntut Fian.
"Enggak. Ngapain?" bantah Iza, duduk di bangkunya. Fian mengikuti.
"Za, tadi malem gue ngipi elo..." cerita Fian.
"Ngipi gue?"
"Iya. Kenapa?"
"Gak, gak papa,"
"Lo habis ngipi gue ya?"
"Hah?" Terlintas lagi mimpi tadi malam, wajah Iza memanas. "Eng, enggak... Ngap, ngapain gue ngipi elo!"
"Lo ngipi gue kan?"
"Enggak!"
"Ngipi apa Za?"
"Udah sono balik ke kelas lo sendiri!" usir Iza.Fian pergi dengan tawa lebar sepanjang jalan ke kelasnya. Yudha sampek heran. Tadi malem dia dateng ke rumah Yudha dengan wajah kusut eh sekarang udah mesam mesem bae. Kesambet apa tu anak? Jangan-jangan udah sedeng temen gue?
Iza jadi sering ngelamun. Pas pelajaran, pas ngobrol sama Salsa juga.
"Za, lo kenapa sih?" Salsa menggoyang bahu Iza. Mereka lagi makan di kantin. Iza mengaduk-aduk baksonya sambil ngelamun.
"Hm? Gak papa," jawab Iza tersentak.
"Lo ada masalah apa?" tanya Salsa. Dia gak pernah lihat Iza kayak gini.
"Sal, kalo lo lagi...""Za!" panggilan namanya memutus perkataan Iza. Dia melihat ke sumber suara. Yudha. "Bisa ngobrol sebentar?" tanyanya. Alis Iza terangkat.
"Bisa aja," jawab Iza.
"Kita ngobrol disitu!" ajak Yudha, Iza mengikuti Yudha. Mereka ngobrol dibawah tangga deket jalan mau ke gudang.
"Ada apa Yud?" tanya Iza.
"Yang pertama, gue mau minta maaf ke elo Za," ucap Yudha mengagetkan Iza. "Tentang taruhan itu gue yang mulai. Apapun alasannya gue pinya salah ke elo. Maafin gue ya Za?" Yudha udah siap diamuk Iza. Tapi Iza malah tersenyum.
"Udah gue maafin kok Yud,"
"Beneran Za?"
"Iya. Trus yang lain apa?"
"Emm... Fian,"
"Gris? Kenapa?"
"Gue tau awalnya dia cuma taruhan, tapi gue sadar dia udah suka sama elo sebelum dia nembak elo. Ketika kalian jalan buat beli es krim yang pertama kali," cerita Yudha. Iza kaget. "Lo kaget ya? Gue juga awalnya, tapi Fian jadi bego banget kalo itu tentang elo. Gue gak tau gimana hubungan kalian sekarang, tapi dia suka banget ke elo Za!"***
Sepulang sekolah Iza main ke rumah Salsa. Mereka nonton drakor di kamar Salsa sambil ngemil. Setelah 2 episode Iza buka mulut. "Sal!"
"Hm?"
"Lo pernah suka sama cowok gak?" tanya Iza tiba-tiba.
"Ya pernah lah Za! Lo kira gue lesbian!" teriak Salsa spontan.
"Sans ae om!"
"Habisnya lo... Za, elo gak lagi..." Salsa terbelalak.
"Apa?"
"Za! Lo lagi suka sama cowok?" Salsa heboh.
"Ya masak gue suka sama elo!" Iza keki.
"Za?"
"Sal?"
"Siapa? Fian?"
"Iyaaa... Kayaknya..."
"Sumpah?!"Salsa heboh. Dia langsung menginterogasi Iza sampe Iza kuwalahan. Akhirnya Iza pulang karena sebel dan tak lupa mengancam Salsa kalo dia ember, bakalan dipecat jadi temen Iza dan gak bakal dicontekin lagi kalo ujian. Beeehhh ngeri betul.
Malamnya Iza main ke rumah Revan. Mamanya Revan sampai heboh, Lama gak kesini kamu Za... Iya Tante, Revan ada? Ada di kamar tuh. Iza masuk ke kamar Revan.
"Van!"
"Woi!" jawab Revan. "Ada apa!"
"Gak papa main aja," Iza duduk di kasur Revan. Revan yang lagi main game mengendikan bahu dan melanjutkan nge-game. Hening.
"Van!"
"Hm?"
"Lo pernah suka sama cewek gak?"
"Mm... pernah,"
"Itu... gimana rasanya?"
"Gimana ya?" Revan mikir bentar. "Kalo dijelasin sih susah Za. Intinya gue pemgen selalu sama dia, ngelakuin apa aja buat dia, kalo berduaan bisa seneng banget tapi kadang salting. Yah... pokoknya hari-hari isinya dia semua,"
"Bucin gitu ya?"
"Iyalah. Kenapa?"
"Gak papa, tanya aja,"
"Emang lo gak pernah ngerasain?"
"Enggak,"
"Trus sekarang?"
"Maybe..."Revan beranjak ke sebelah Iza, "Sama siapa?"
"Apanya?" tanya Iza ngeles.
"Lo lagi suka sama siapa?" tanya Revan.
"Siapa lagi," jawab Iza keki campur malu.
"Zuhri?" goda Revan.
"Dih!"
"WAHAHAHAHAHAH...." tawa Revan menggelegar di seluruh kamar. "Duh temen gue udah gede!" katanya mengacak rambut Iza.
"Apasih Van!"
"Berhasil juga Fian nakhlukin elo,"
"Maksutnya?"
"Dia itu mati-matian ngejar elo Za!"