Ketemu Camer🤭

4 1 0
                                    

​Seminggu ini Iza dibikin bingung dengan tingkah Fian. Dia antar-jemput Iza, makan sama Iza di Kantin, nempel mulu. Salsa bingung juga, Loh...gimana sih, katanya Iza mau mutusin Fian? Kok malah nempel terus? Pas di kelas Salsa nanya ke Iza,
"Za, katanya lo mau mutusin Fian?"
"Iya, gue udah ngomong tapi..." kata Iza bingung.
"Lo suka ke Fian?" tuduh Salsa.
"Enggak, tapi..."
"Trus nasibnya Kak Zuhri gimana, Za? Kan kasian dia..."
"Kak Zuhri? Apa hubungannya ama dia?" selidik Iza. Salsa gelagapan. "Oh... Gue tau. Lo ya yang bilang ke Zuhri tentang hubungan gue sama Gris? Lo juga yang ngebantu dia buat nembak gue?!"
"I, iya..."
"Wah...lo baik banget, Sal. Sumpah! Makasih lo!" ucap Iza tapi dengan nada yang kasar.

​Salsa menggigit bibirnya. Iza langsung meninggalkan bangkunya dan pindah ke sebelah Revan. Kenapa? Males gue sama Salsa. Oh. Sisa pelajaran itu Iza duduk dengan Revan. Salsa ngerasa bersalah banget, dia pengen minta maaf tapi nunggu Iza adem dulu daripada kena sembur.

Bel pulang Sekolah berbunyi. Salsa kaget ketika dia keluar kelas tiba-tiba Zuhri udah di depan kelas da nyamperin dia.
"Sal!" sapa Zuhri dengan senyum merekah.
"Kak Zuhri?" Salsa kaget.
"Iza mana?" tanya Zuhri.
"Ng...ada Kak," jawab Salsa enggan.
"Kamu..." kata-kata Zuhri terputus. Iza keluar kelas, melirik mereka berdua. "Hei, Za!" Sapa Zuhri tersenyum.
"Hei, Kak!" balas Iza.
"Za, ada waktu bentar gak, gue mau ngomong," tanya Zuhri. Iza melirik Salsa yang terdiam menunduk, lalu mengangguk.
"Boleh, mau ngomong apa, Kak?" yanya Iza.
"Sini, Za," Zuhri menuntun Iza ke dalam kelas. "Za, gimana jawaban lo?"
"Jawaban apa ya, Kak?" tanya Iza bingung.
"Yang dulu aku pernah tanya ke kamu. Kalo udah gak sama Fian, mau kan jadi pacarku?"
"Oh, maaf Kak, aku gak bisa," tolak Iza seketika.
"Loh, kenapa? Bukannya kamu udah putus sama dia kemaren?"

​Iza mengangkat alisnya, "Wah, Kak Zuhri dapat kabar darimana?"
"Ng...banyak kok yang ngomongin," elak Zuhri.
"Oh ya, kok aneh? Padahal aku kemarin ngerayain aniv sama Gris. Kok kabar yang beredar beda ya?" Iza pura-pura bingung.
"Aniv?" Zuhri kaget.
"Iya. Aku gatau Kakak dapat kabar dari siapa tapi yang jelas kabar itu salah! Aku sama Gris baik-baik aja!"
"Tapi bukannya..."
"Apa?" tantang Iza, Zuhri terdiam. "Terimakasih udah suka sama aku, Kak, tapi maaf aku gak mau jadi pacar Kakak. Maaf ya..."
"Za..."
"Oiya satu lagi, Kak, jangan pernah ikut campur urusanku sama Gris!"

Setelah mengatakan itu Iza keluar. Pas sekali Fian sampe disana.
"Hei!" sapa Fian. Iza tersenyum.
"Yuk pulang!" Iza melingkarkan lengannya ke lengan Fian.
"Loh, itu kan Zuhri? Habis ngapain dia?" tanya Fian sebel dan takut.
"Habis nembak gue lagi," jawab Iza santai.
"Apa?!" Fian kaget. "Kok dia nembak lo lagi?"
"Auk!"
"Musti gue bilangin tu anak!" Fian mau balik badan tapi ditahan sama Iza, "Eh, gak usah. Udah gue tolak kok!"
"Lo tolak?"
"Iya,"
"Beneran?"
"Tapi boong..."
"Za!"
"Ya benerlah,"
"Kenapa?"
"Hng?"

​"Gak, gak papa. Mau langsung pulang apa makan dulu?" Fian mengalihkan pembicaraan. Dia make helm-nya.
"Makan siomay yuk!" usul Iza, dia naik di boncengan.
"Boleh. Pegangan!"
"Iya,"

​Dari jauh Zuhri melihat Iza pegangan ke perut Fian. Dia heran dan marah, kok bisa gajadi putus? Gue mesti cari tahu. Ini si Iza pasti diguna-guna sama Fian. Fian tuh gak pantes buat Iza!

​Ketika asik makan siomay tiba-tiba Fian nanya,
"Minggu besok ada acara gak?"
"Hmm...gak ada kayaknya. Kenapa?" jawab Iza setelah mengingat-ingat.
"Ada yang mau ketemu," kata Fian.
"Siapa?" Iza kepo.
"Ada deh..." Fian senyum-senyum.
"Dih, mesti iki!"
"Hehe, surprise dong!"

***

Minggu pagi pukul 9, Fian udah nongol di rumah Iza. Sementara Iza ganti baju, Fian sedang berpamitan ke orang tua Iza.
"Pantesan diajak keluar gak mau, ternyata udah janjian sama kamu..." goda Anang. Fian tersenyum.
"Bolehkan, Om?" tanya Fian.
"Boleh saja, tapi mau main kemana? Sampe jam berapa?" tanya Anang.
"Kayaknya seharian Om, soalnya mau ke rumah dulu," jelas Fian.
"Oh gitu. Yaudah hati-hati ya!"
"Siap, Om!"

​TOK TOK..."Nduk!" panggil Lia, lalu membuka pintu kamar Iza.
"Iya, Buk?" Iza baru pake baju.
"Ibu sama Ayah berangkat dulu. Jangan lupa kunci pintunya dan hati-hati ya!" Lia mewanti-wanti.
"Iya Buk," kata Iza. Orang tua Iza keluar dan Iza melanjutkan kesibukannya di kamar.

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang