Mencoba "I don't care!"

9 1 0
                                    

​"Hah! Jadi lo..." mulut Salsa dibekap sama Iza, matanya melotot. "Soriii...."
"Mulut lo tuh kebiasaan ya!" omel Iza.
"Habisnya gue kaget. Bisa-bisanya lo nerima Fian, lo tau sendiri..." kata-kata Salsa terputus karna teriakan Revan, "Apa? Lo jadian sama Fian?"
"Oh, Van..."
"Kita ngomong di luar!" Revan menyeret Iza keluar kelas. "Lo beneran jadian sama Fian?" tegas Revan, kali ini dengan suara rendah.
"Iya, Van," jawab Iza tenang.
"Lo serius, Za?" tanya Revan lagi, dia masih gak percaya.
"Iya, Van,"
"Kenapa?" wajah Revan memelas. "Lo... lo gatau dia..."
"Iya gue paham, tapi dia juga gatau gue kan?"
"Iya sih, tapi..."
"Van, lo kenal gue kan?"

​Revan memandang Iza bingung. Sepertinya Iza tidak serius menghadapi Fian, agak lega juga dia. Tapi dia gak berani menanyakan alasan Iza kenapa kok sampai nerima Fian. Dia tau Iza pasti punya alasan, kalo enggak Iza gak mungkin mau buang-buang waktu dengan cowok modelan Fian.
"Yaudah lo hati-hati, ya..." kata Revan mengelus puncak kepala Iza.
"Siap, Bos!" Iza nyengir.

​Plak! Ada yang menyentakan tangan Revan dari kepala Iza. Fian.
"Jauhin tangan lo dari cewek gue!" bentak Fian. Iza kaget. "Gris..."
"Sans ae, Bro. Gue tau kok Iza cewek lo. Selamat ya, jagain temen gue!" kata Revan menepuk lengan Fian dingin, lalu masuk ke kelas. Grisfian merasakan ada ancaman dibalik ucapan selamat itu. Dia diam saja.
"Udah kan? Gue balik ke kelas," kata Iza.

​"Anjir Revan megang-megang cewek gue!" Fian ngamuk-ngamuk sambil ngebanting tas-nya. Yudha kaget.
"Bro, lo kenapa?" tanya Yudha ati-ati. Dia udah kenal tempramen Fian kalo ngamuk.
"Lo gak liat Revan tadi?" kata Fian masih marah.
"Chill, Bro... Revan udah jutaan kali megang kepala Iza kaya gitu," kata Yudha menenangkan temannya.
"Ya tapi kan sekarang dia cewek gue, Yud!"
"Sori nih, kedengarannya kayak lo lagi cemburu sama Revan,"
"Ya, Iza kan cewek gue!"
"Tapi...lo cuman main-main aja kan?" kata Yudha lirih. Fian tersentak, anjim, iya ya. Ngapain gua ngamuk?
"Yaa...tetep aja kan. Siapa tau Revan ngomong ke Iza," Fian buru-buru ngeles.

​Yudha mulai curiga ke Fian. Jangan-jangan ni anak suka beneran ke Iza. Hahahaha, gak lucu dong kalo suka ke target sendiri. Wah, bisa gawat nih!

***

​Bulan Oktober mendekat. OSIS Sekolah mulai kelihatan repot dengan Bulan Bahasa. Akan ada banyak pertunjukan yang akan ditampilkan. Salah satunya yang dinanti-nanti adalah perform dari Base Line. Iza sibuk dengan OSIS, Fian sibuk dengan latihan. Jadi selama seminggu ini mereka tidak kencan sama sekali. Berbanding terbalik dengan saat PDKT dulu. Klise sekali.

​Iza cuek aja, toh, memang itu cuma main-main. Dia tidak ambil pusing. Fian juga sering mengingatkan dirinya sendiri kalo ini cuma taruhan aja. Bahkan dia sempet menggoda cewek lain di hadapan Iza, pas makan di Kantin.
"Za, tu cewek nempel aja ke cowok lo!" lapor Salsa mangkel.
"Hah?" Iza melihat ke arah yang ditunjuk Salsa dan melihat Fian lagi gombalin cewek cantik kelas X. Iza mencibirnya dan melanjutkan makan baksonya. "Biarin,"
"Segampang itu? Lo gak marah?" Salsa kaget.
"Ngapain? Buang-buang tenaga," jawab Iza santai.
"Hah?" Salsa makin bengong. Dimana-mana cewek normal kan marah kalo liat pacarnya gombalin cewek lain. Lah ini??

​Di Studio, setelah latihan...
"Bro, tadi di Kantin pas lo lagi gombalin si Sinta, gue mergokin Iza ngeliatin elu," cerita Dian. Ini cowok tapi tukang ghibah banget.
"Oh ya? Trus?" Fian kepo juga.
"Dia..." lanjut Dian, "B ajah mukanya,"
"Sumpah?" Dafa kaget.
"Iya. Kek gini nih," Dian mraktekin ekspresi wajah Iza. Yang lain ngakak. "Trus dia melengos nglanjutin makan baksonya. Kayaknya dia lebih sayang baksonya deh Bro daripada ke elo!"
"Hmpf..." tawa Revan tertahan.

​"Kenapa lo, Van?" tanya Yudha.
"Gak papa," jawab Revan cuek, main hp-nya.
"Lo bilang ke Iza, ya?" tanya Fian curiga.
"Ngapain? Gue gak mau ikutan kan?" jawab Revan santai. "Lagian kalo gue bilang, lo udah habis ama dia,"
"Maksutnya?"
"Yah, dia ngebalesnya bakalan lebih pedes,"
"Masak?"
"Iya. Dulu pas SMP..."

​Fian diam saja. Dia gak mau mendengar masa lalu Iza dengan Revan, meskipun mereka cuma teman. Fian berdiri dan pamitan pulang dulu. Di depan gerbang dia melihat Iza sedang nunggu angkot. Samperin gak ya? Fian ragu. Tapi tiba-tiba,
"Fian!" panggil cewek. Lusi.
"Ya?" alis Fian berkerut.
"Gue boleh nebeng gak? Lo lagi sendiri kan?" tanya Lusi ngelirik Iza.
"Oh iya, gue sendiri. Lo mau bareng sampe mana?" Fian paham apa maksut Lusi. Sekalian aja bikin Iza cemburu.
"Gue mau ke Toko Baju sih... Gimana kalo sekalian temenin?" bujuk Lusi.
"Boleh. Naik deh," kata Fian.

Lusi naik ke boncengan dan langsung melingarkan tangannya ke pinggang Fian. Fian agak risih sih tapi biar deh. Dia deg deg-an juga, tar kalo Iza minta putus gimana? Mereka lewat di depan Iza.
"Duluan ya, Za..." Lusi melambai ke Iza. Njir, ngapain sih Lusi?, umpat Fian dalam hati.
"Oiya, Kak..." Iza balas melambai sambil senyum. Fian yang melihat dari spion tersentak kaget. Gak ada jeles-jelesnya sih?Harusnya dia cemburu dong! Gimana sih? Serius gak sih dia pacaran ama gue? Fian jadi sebel sendiri.

​Iza yang cuek dengan Fian dan Lusi tadi, malah jalan-jalan ke Toko Buku dan makan es krim di Mc.D. Dimasukkannya ke stori Ig-nya. Iza emang sering jalan sendiri seperti sekarang. Bahkan dia pernah nonton sendiri gara-gara Salsa tiba-tiba gak bisa jalan.

​Sementara itu Fian udah gerah jalan sama Lusi. Anjir, ni cewek nempel mulu! Beda banget sama Iza. Lusi menyeret Fian kesana kemari, ngajakin foto dan live Ig (yang ini Fian gamau). Lalu dengan alasan dia ada perlu di rumah, Fian ngabur meninggalkan Lusi yang manyun. Sebenernya Fian nyusulin Iza ke Mc.D. Dia tadi melihat stori Iza di Mc.D masih 3 menit yang lalu.

​"Tega banget lo makan es krim gak ngajak gue!" Fian duduk di depan Iza. Iza tersedak es krimnya dan batuk-batuk.
"Anjir lo ngagetin aja!" maki Iza. Fian masih ngeliatin Iza dengan manyun. "Apa?"
"Kok lo gak ngajak gua?" tanya Fian lagi.
"Lah, bukannya lo lagi jalan sama Lusi?" kata Iza.
"Kok lo gak cemburu gue jalan sama Lusi?"
"Ngapain?"
"Kan gue cowok lo. Harusnya lo cemburu dong, pacar lo jalan sama cewek lain!"
"Kalo lo pacar gue harusnya lo gak jalan sama cewek lain dong!"

​Bibir Fian maju 5 senti. Skak mat! Dia merebut es krim Iza dan mengahabiskannya. Sebel banget dia ke Iza, tapi emang bener sih...
"Eh, kok dihabisin?" teriak Iza. "Gris!"
"Biarin, lu nyebelin sih!" Fian merajuk.
"Lah, kok jadi gue?" Iza gak terima. Bocil banget sih ni cowok!, umpat Iza dalam hati. "Beliin lagi es krimnya!"
"Nih, lo aja yang beli. Gue capek," Fian menyerahkan dompetnya. Sambil mecucu Iza menyambar dompet dan masuk ke dalam. "Sama kentang ya, Za!"

***

​"Seriusan lo jalan sama Fian?" tanya Fransiska histeris. Dia ngiri banget sama Lusi.
"Nih, liat nih," kata Lusi pamer foto-fotonya dengan Fian. Lusi juga mengunggah ke Ig dan menandai Fian.
"Iya loh..." Vanessa ikutan cemburu. "Lo beruntung banget sih..."
"Iya, gua iri..."
"Hehehe..."
"Trus kenapa dia pergi?"
"Ada perlu di rumah katanya. Dia nyesel banget ninggalin gue. So sweet banget deh Fian itu," cerita Lusi drama.
"Beneran dia ada perlu di rumahnya?" tanya Vanessa sambil lihat hp.
"Iyalah, emang kenapa?"
"Lo belom liat storinya Fian yang baru?" Vanessa nunjukin hp-nya Lusi dan Fransis melihat Fian melambai ke kamera, dia ada di Mc.d lalu kamera mengarah ke cewek yang asik baca buku. Iza. Dengan captoin "nyusulin ayang ajah 😍" @afrizaa_

​Lusi sakit hati. Jadi dia ngibulin gue? Dia ninggalin gue karena mau nyusulin Iza? Ada apanya sih Iza itu? Awas aja! Vanessa dan Fransis menghibur Lusi dan memaki Iza.

***

Kalo kalian jadi Lusi kalian mau ngapain Iza??
Kalo jadi Iza bakalan cemburu gak liat Fian jalan sama Lusi??
Komen yaaa🤗

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang