3 hari Iza tidak masuk Sekolah. 3 hari juga Fian selalu ada di Rumah Iza. Lia berterimakasih ke Fian karena perhatian ke Iza. Fian sendiri meminta maaf ke orang tua Iza karena tidak bisa menjaga Iza, hingga Iza jadi korban bullying. Anang tertawa dan berkata, Kamu kan bukan satpamnya Iza, Gris. Fian nyengir, Gris lagi. Brati Iza itu unik karena turunan, hehe...
Fian cerita selama 3 hari Iza tidak masuk, anak-anak yang nge-buli Iza sudah dipanggil dan dihukum. Ternyata di Gudang ada CCTV-nya. Iza tau itu. Lalu yang menyebarkan kabar hoax itu juga sudah dihukum.
"Siapa?" tanya Iza penasaran.
"Adi, temen sekelas lo," kata Fian.
"Beneran bencong tu anak!" umpat Iza gemes.
"Gak pates jadi cowok tu anak!" Fian ikutan marah.
"Trus trus?"
"Orang tuan mereka semua dipanggil, mereka disidang, diminta nulis surat pernyataan dan sedang menjalani hukuman. Poin mereka dikurangi 50!"
"Wah keren!"
"Seneng banget?"
"Iya dong. Sekarang kalau mereka mau balas gue lagi pasti bakaln mikir-mikir. Apalagi yang kelas 3, pasti gak bakal bisa berkutik!"
"Iya sih,"Hening beberapa saat. Fian mengamati kamar Iza. Iya, mereka ada di dalam kamar Iza dengan pintu terbuka. Kamar Iza didominasi warna biru muda dan putih. Ada lemari penuh buku dan komik di pojokan sana. Fian kembali melihat Iza.
"Jadi, besok lo masuk?" tanya Fian.
"Iya. Gue gak bisa gak masuk lama-lama, tar ketinggalan pelajaran," kata Iza.
"Tunggu sehat beneran aja," kata Fian.
"Gue sehat, Gris," eyel Iza.
"Lo tuh tukang ngeyel ya!"
"Hehe..."
Fian memandang Iza. Lebamnya lumayan hilang tapi jidanya masih dperban. Perlahan Fian mengelus pipi Iza. Iza diam. Fian memajukan wajahnya dan mencium kening Iza.
"Gue pulang dulu ya. Besok pagi gue jemput!" janji Fian.
"Iya. Makasih Gris," ucap Iza.
"Selamat malam, sayang..." goda Fian.
"Dih!"
"Haha... Mau ciuman pengantar tidur gak?"
"Gris! Pulang sono!"
"Hahaha, iya Nyonya..."
Fian melambai dan keluar kamar. Terdengar suaranya yang berpamitan ke Ayah dan Ibu Iza di ruang tengah. Iza tersenyum, Gris Gris, kok bisa Bokap Nyokap luluh sama elo? Lo peletin apa sih? Lalu Iza menyadarkan diri. Lo gak boleh lemah, Za! Tinggal 3 minggu lagi.***
"Izaaaaa....." Salsa berteriak dan berlari begitu melihat Iza. Fian menyetopnya dengan tangan. Salsa serta merta mandek.
"Stop! Badannya masih sakit semua, jangan lo tabrak!" ancam Fian.
"Ish, lo ngapain kesini?" tanya Salsa.
"Gue bodyguard-nya sekarang. Lo jadi bodyguard gak guna!" maki Fian.
"Soriii..." Salsa manyun.
"Lo jadi pacar gak guna!" cibir Revan, yang baru dateng.
"Hahahaha...." Salsa auto ngakak. "Sukurin!"
"Ck!" Fia melotot ke Revan.
"Haduh...terimakasih sambutan selamat datangnya," Iza sarkas juga.
"Oh, Iza udah masuk? Udah sembuh beneran kah, Za?" tiba-tiba Yudha nongol.
"Oh iya, Yud. Udah baikan kok," jawab Iza tersenyum.
"Sori ya gak bisa jengukin," ucap Yudha.
"Gak papa kok," kata Iza kalem.
"Yuk, ke kelas. Bentar lagi bel!" Yudha mengajak Fian.
"Yaudah, gue ke kelas dulu ya!"
"Iya..."Sambil jalan ke kelas Yudha ngomong, "Pantesan aja lo terkiwir-kiwir, Izanya kayak gitu..."
"Kayak gitu gimana?" Fian gak ngerti.
"Iza tuh... gimana ya, dia tuh punya aura yang bikin orang-orang di dekatnya tuh bisa sayang sama dia. Ngerti kan maksut gue?" tutur Yudha. Fian terdiam mikir. "Lo lihat Revan, gimana ngamuknya dia kemaren. Lo liat Salsa. Lo liat diri lo sendiri! Gue aja yang notabene baru kenal Iza pengen banget gebukin anak-anak yang ngeoyok dia, apalagi elo!"
Sepulang Sekolah anak-anak inti OSIS mau maen ke Rumah Iza. Ibu Iza udah nyiapin kue kecil dan es buah. Fian yang tau kalo Zuhri mau ke rumah Iza langsung aja gamau pulang. Akhirnya Salsa dan Revan ikutan juga. Iza cuman geleng-geleng kepala, Serah lo, gaes!
Mereka datang sekitar pukul 3 sore, setelah rapat OSIS. Mereka berlima (Eka, Indah, Zuhri, Wati dan Imelda), membawa buah-buahan dan beberapa snack. Zuhri yang awalnya hepi langsung mecucu begitu melihat Fian yang bukain pintu. Ni anak ngapain disini juga sih?, batinnya sebel. Fian tersenyum lebar melihat muka bete Zuhri. Seakan bilang, Sori Bro, gak akan gue biarin lo cari kesempatan!