Fian masih kebayang kejadian "Iza ngamuk" 3 hari yang lalu. Dari situ dia tau kalo Iza ngamuk serem banget. Itu si Adi dan Mega kayak mau dimakan sama Iza. Revan juga kaget, biasanya Iza cuek-cuek aja atau gak bakal ngeladeni sindiran macam itu. Kok ini sampe ngamuk-ngamuk? Lagi PMS kali ya? Setelah Salsa diinterogasi ternyata Iza hari pertama PMS, perut sakit, hapalan sejarah gak masuk-masuk, ditambah lagi Adi dan Mega cuap-cuap. Meledaklah dia.
Fian berjanji kalo dia gak akan buat Iza marah-marah. Halooo....sekarang lo lagi taruhan, kalo Iza tau lo bakalan habis, Gris! Tapi Fian terkadang lupa kalo dia cuman main-main aja. Apalagi kalo liat Iza lagi jalan sama Revan, seperti sekarang ini, Fian langsung saja manyun.
"Sebenernya Iza nih suka sama gue gak sih, Yud?" tanya Fian. Dia lagi duduk di depan kelas sama Yudha, ngeliatin Iza dan Revan jalan bareng ke Perpus.
"Kenapa?" Yudha kaget. Gak biasanya Fian nanya kayak gini.
"Ya gue bingung aja. Dia mau jadi pacar gue itu karena suka atau apa?"
"Yah, logikanya kan kalo mau berarti suka,"
"Iya sih. Tapi dia itu lempeng banget, susah banget dibaca,"
"Iya sih. Dia tipikal yang kayak gitu mungkin? Cuek diluar perhatian di dalam,"
"Perhatian? Sebelah mananya?" Fian bertanya dengan muka skeptis, Yudha meringis. Hehehe...mereka gatau aja.Sepulang sekolah, Iza nunggu angkot di Halte depan Sekolah seperti biasa. Tiba-tiba datang segerombolan cewek. Mereka melabrak Iza yang sendirian, 1 vs 5. Kalah dong Iza. Dia pulang dengan muka kusut dan pipi agak lebam. Buru-buru Iza mengompres pipinya dengan handuk hangat sebelum Ibunya tahu.
Keesokan harinya, pipi Iza masih sakit tapi tidak bengkak. Dia lagi makan bakso favoritnya di Kantin dengan Salsa. Tiba-tiba Fian datang,
"Hei Tukang Makan!" panggilnya mencubit pipi Iza.
"Aaaaawwww....." Iza spontan menjerit kesakitan, sampai Fian kaget.
"Sori sori... Sakit banget ya?" Fian meminta maaf dengan wajah khawatir. Iza menggeleng sambil memegangi pipinya, "Gak. Gua lagi...sakit gigi,"
"Oh, sori Za..."
"Gak papa,"Beberapa cewek di meja agak jauh meledak tertawa. Iza cuek aja, malah dia dapat ide,
"Lo gak makan?" tanyanya ke Fian. "Duduk sini sama gue,"
"Hah? Boleh?" Fian kaget.
"Boleh dong. Kenapa emangnya?" Iza pura-pura bingung.
"Beneran nih? Yaudah, gue pesen dulu," kata Fian hepi. Salsa memandang Iza dengan alis terangkat satu.
"Apa?"
"Lo sakit ya?" Salsa memegang dahi Iza.
"Apaan sih, Sal?" Iza menepis tangan Salsa.
"Za, lo beneran suka Fian?"
"Iyalah. Kan dia pacar gue," jawab Iza keras. Salsa makin heran.Selama di Kantin Fian nempel mulu ke Iza dan Iza terlihat fine-fine aja. Selesai makan Iza dan Salsa jalan ke kelas, mereka masih nyedot jus mangga yang dibelikan Fian. Tiba-tiba mereka dicegat oleh Fransiska, Lusi dan Vanessa.
"Lo ngapain nempel-nempel ke Fian!" bentak Fransis.
"Apa urusannya sama elo?" tanya Iza.
"Urusan sama gue selama lo deket dia!" tambah Vanessa.
"Oh ya? Lo apanya?" tanya Iza santai sambil nyedot jus.
"Gue ceweknya!" jawab Lusi tanpa malu.
"Wahahahahahahahah..." Salsa auto ngakak. "Eh, satu Sekolah juga tau kalo ceweknya Fian tuh Iza!"
"Gue ceweknya! Lo itu cuman selingkuhan!" Lusi ngeyel.
"Lo udah ngrebut Fian dari kita!" tambah Vanessa.
"Oh ya?"
"Ada juga lo yang ngaku-ngaku!" Salsa ikutan gemes ke mereka.
"Oiya, waktu itu dia jalan sama lo kan, tapi kok malah nyamperin gue ke Mc.D ya?" ucap Iza mengingat-ingat.Plak! Jus Iza melayang jatuh.
"Wow..." Iza kagum.
"Sialan lo!" umpat Lusi.
"Gue kasih tau ya, Grisfian itu gak suka sama cewek barbar," kata Iza kalem. "Yuk, Sal!" Iza menggandeng Salsa. "Oiya, jangan lupa jusnya dibuang ke tempat sampah ya, tar kena patroli PDS lo..."
"Daa..." Salsa melambai. Dia dan Iza tertawa terbahak.***
Hari terakhir UTS cuma 1 mapel dan itu hari sabtu. Setlah UTS Fian cs mau latihan, buat persiapan Dies Natalies Sekolah. Fian mengajak Iza untuk menemaninya. Iza mau aja daripada diem di rumah. Jadi ketika Iza masuk ke ruangan yang lain pada heboh. Revan menghampiri Iza,
"Tumben?" tanyanya.
"Daripada gabut," jawab Iza pendek.
"Gue denger lo habis dilabrak Fransis cs ya?" tanya Revan lagi.
"Iya. Biasalah, kurang kerjaan," Iza mengibaskan tangan. "Udah sono latihan!"