-Tetaplah menjadi baik, walau tidak diperlakukan dengan baik-
AUTHOR
Waktu adalah hal yang tidak akan pernah bisa terulang, waktu menyisakan kenangan, kenangan pahit yang pernah dirasakan seorang gadis bernama Aletta yang kini tengah berlarian di koridor.
Walaupun sebenarnya ada luka yang belum ia maafkan, tapi sekarang ia terlihat kegirangan berlari sambil dikejar guru BK.
"Aletta berhenti kamu, huhh.. huhh.." teriak Bu Fatmah menggelegar sampai ke ujung koridor.
Sementara Aletta yang lari cukup jauh didepan sedikit berbalik sambil tertawa. "Kejar Aletta, Bu. Kalau bisa hahaha."
"Kurang ajar kamu, Aletta!" ucap Bu Fatmah sedikit berteriak karena jarak mereka yang cukup jauh. Namun kini langkahnya mulai memelan sampai ngos-ngosan.
"Hahaha."
Tawa Aletta semakin kencang ketika melihat Bu Fatmah yang tak dapat mengejarnya. Ia mulai memelankan larinya lalu berbelok ke kiri.
Baru saja Aletta berbelok di ujung koridor, tiba-tiba ia merasakan benturan cukup keras di dahinya, dan detik selanjutnya ia terjatuh ke lantai.
"Argh! Asu!"
Aletta mengelus dahinya, lalu mengelus pantatnya yang terasa nyut-nyutan. Ia lalu mendongak dan mendapati seorang laki-laki yang sangat ia kenali.
Laki-laki tinggi berkulit putih dihadapannya tidak membuat Aletta terkesima, ia malah meringis, pasalnya laki-laki tersebut adalah pacar sahabatnya.
"Eh sorry, Ta." ucap laki-laki yang dikenal Aletta dengan nama Reynald. Reynald tampak mengulurkan tangannya berniat untuk membantu Aletta berdiri.
"Gakpapa, gue bisa sendiri." ucap Aletta dengan senyuman paksanya.
Setelah berusaha berdiri, ia merapikan seragamnya lalu berjalan melewati Reynald. Sementara Reynald dengan raut datarnya kembali berjalan berlawanan arah dengan Aletta.
Aletta tidak ingin berlama-lama dengan laki-laki itu, nanti yang ada ketahuan oleh Yuna, sahabatnya, dan pasti Aletta dikira mencari perhatian didepan pacar sahabatnya. Karena Yuna orangnya cemburuan.
Sampainya didepan kelas, ia dapat melihat pintu kelas yang tertutup. Tanpa mengetuknya terlebih dahulu, Aletta membuka pintunya seraya berteriak, "selamat pagi semaunya!" dengan senyuman lebar.
Namun yang ia dapatkan hanya tatapan datar dari teman-teman sekelasnya, dan raut jelek dari tiga sahabatnya yang menahan tawa di bangku belakang.
"Heh upil dugong, sembiringin aja masuknya, jam berapa ini?" bentak pak Tommy sontak membuat senyuman Aletta berganti menjadi ringisan. Bisa-bisanya ia tak melihat Pak Tommy didepan kelas.
"Selamat pagi, Pak Tommy yang gantengnya gak ketolong, hehe." ucap Aletta yang kembali memamerkan senyumannya.
"Pelajaran saya tinggal 30 menit lagi selesai, mendingan kamu tunggu didepan. Atau mau berdiri didepan papan tulis saja, Aletta?" tanya Pak Tommy sinis.
"Pak, kasian Alettanya." ujar Lisa, salah satu sahabat Aletta.
Pak Tommy beralih menatap Lisa. "Kamu mau gantiin teman kamu, Lisa?"
Lisa sontak menggeleng cepat. "Enggak deh, Pak. Makasih." Lisa lalu meringis.
"Yaudah sana keluar, jangan masuk sampai jam pelajaran saya selesai." ucap Pak Tommy membuat Aletta cemberut, namun menuruti perintah Pak Tommy.
Aletta keluar kelas, tapi ia tidak punya tujuan selain kantin. Eh tunggu, dipikir-pikir lagi kalau ia pergi ke kantin, nanti jajannya berkurang sebelum jam istirahat.
Akhirnya Aletta memutuskan duduk di koridor depan kelasnya seperti gembel.
Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, akhirnya Pak Tommy keluar dari kelasnya, seketika kelas menjadi berisik. Aletta berdiri dari duduknya sambil menatap Pak Tommy yang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Aletta.
"Kenapa sih, Pak." ujar Aletta pelan, entah dapat didengar Pak Tommy atau tidak.
Pak Tommy lanjut berjalan, sementara Aletta melangkah masuk kekelasnya.
"Napa lo, Lis?" tanya Aletta sinis saat melihat Lisa yang senyum-senyum sendiri.
"Seneng gue liat lo kembali dengan kebiasaan telat lo." jawab Lisa membuat Aletta ingin sekali melempar Lisa ke sungai han jika guru pelajaran selanjutnya belum masuk kekelas mereka.
"Baiklah anak-anak, apa ada pr?" tanya Bu Helen yang baru saja duduk di meja guru.
"Gak ada, Bu!" jawab semuanya serentak.
"Seinget Ibu ada deh." Bu Helen mulai membuka buku catatan nilainya.
Semuanya terdiam gugup.
"Tuhkan ada, minggu lalu Ibu kasih pr aljabar. Jadi jangan berusaha menipu Ibu, cepat kumpulkan pr matematika sekarang juga!"
"Yaahhhh!"
Semua murid dalam kelas berharap bel istirahat cepat berbunyi, tak terkecuali Jenie, murid terpinter di kelas, walaupun sebenarnya Jenie adalah salah satu sahabat Aletta, dan duduknya juga dibelakang bersama Aletta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband At School
RandomSiapa sangkah, Aletta yang berhenti memikirkan cinta setelah putus dengan cara tidak baik dengan Dava malah dijodohkan dengan Reynald si ketua tim basket yang tak lain adalah pacar sahabatnya.