Empat Belas

0 1 0
                                    

-Sabar menyakitkan, diam menyiksa, bicarapun percuma-

AUTHOR

        Reynald berjalan beriringan dengan empat temannya menyusuri koridor seperti hari biasanya sebelum ia dijodohkan.

Tak dapat disangkah Reynald kalau ia masih menjadi pusat perhatian di sekolah.

"Reynald makin ganteng aja, bersyukur banget jadi Aletta."

"Cih emang apa bagusnya sih Aletta itu?"

"Kalau gue mah udah gak suka sama Reynald, masa dia iya-iya aja dijodohin sama sahabat pacarnya, ck."

"Iya ah, mending gue pindah ke Dava daripada Reynald."

"Iya, Dava juga gak kalah ganteng ngap."

Reynald dan kawan-kawan hanya berjalan tanpa ekspresi, tanpa memperdulikan kalimat-kalimat tidak mengenakan itu. Toh Reynald juga tidak meminta mereka menyukainya kok.

"Gimana keadaan mertua lo, Rey?" tanya Junior sembari merangkul pundak Reynald.

"Udah sadar dari koma, tapi tetap harus kemo." jawab Reynald seadanya.

"Gue turut sedih." ucap Andre.

Mereka membuang nafas bersamaan.

Orang-orang yang melihat mereka pasti tahu kalau mereka sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Sampainya dikelas, Reynald melempar ransel hitamnya keatas meja dan dijadikan bantal, berhubung belum bel masuk.

"Rey." panggil Yuna dari pintu kelas tanpa memperdulikan teman-teman kelas Reynald yang cengo melihatnya.

Yuna mendekati meja Reynald. Sementara laki-laki itu tidak bergerak.

"Eh kaki lo dong, nyita jalan aja!" protes Yuna pada Andre yang bersandar di meja Cavin dan gak sengaja meluruskan kakinya ke seberang meja.

Andre sedikit tersentak, namun langsung memberi Yuna jalan.

"Rey, gue perlu bicara." ucap Yuna.

"Kita diam aja, pura-pura gatau." bisik Andre pada Junior dan Cavin yang duduk di kursi.

Reynald mengangkat kepalanya, mendongak pada Yuna dengan mata sembab.

"Bicara aja, Yun." ucap Reynald yang terlihat bodoamat.

"Ck, kamu berubah, Rey. Apa karna kamu udah betul-betul suka sama Aletta?" tuduh Yuna membuat Reynald berdiri dan segera membawa Yuna pergi dari sana.

Reynald berhenti di lapangan indoor yang disana tak ada siapapun. Lalu menatap Yuna.

Sebelumnya Reynald menarik nafas dalam-dalam, kemudian angkat suara. "Aku dijodohin sama Aletta bukan dasar cinta. Aku juga gak ada niatan putus sama kamu, Yun." ucap Reynald akhirnya, membuat hati Yuna sedikit lega.

"Tapi apa hubungan kalian udah sampai.."

"Iya, aku sama Aletta udah nikah." jawab Reynald merasa bersalah.

Yuna menatapnya sedih, frustasi, lalu meremas rambutnya ke belakang.

"Tungguin aku, aku bakal ceraikan Aletta." ucap Reynald mantap.

Yuna tercengang. "Kamu serius?"

"Emang aku kelihatan bercanda, Yun?"

Yuna yang tak sangkah, langsung memeluk Reynald erat.

"Aku cinta banget sama kamu, Rey. Gak akan aku lepasin apapun alasannya." ucap Yuna sembari terisak pelan.

Reynald yang mendengarnya mengusap bagian belakang kepala Yuna.

•Husband At School•

        Kelas Aletta terasa hampa di jam kosong ini. Semuanya jadi tidak bersemangat karena Aletta si tukang ribut gak hadir.

Sementara di meja bagian belakang, Jenie hanya mencoret-coret bukunya karena bosan, ditambah gak ada pr sama sekali.

Yuna sedang dengar lagu di airpodsnya, sedangkan Lisa hanya tiduran.

"Ck, bosan juga gak ada Aletta yak gaes?" sahut Lisa sembari memutar badannya kearah samping agar berhadapan dengan Yuna dan Jenie yang dibelakang.

Jenie meliriknya, sementara Yuna tidak memperdulikan.

"Yun, napa lo? Tumben denger lagu gak ngajak-ngajak." sahut Lisa.

Sebenarnya Lisa dan Jenie belum mendengar berita itu.

"Lo berdua gak tau?" tiba-tiba Ceria yang tadinya sedang menagih iuran kelas mendekati meja Aletta.

Lisa dan Jenie sontak menatap kearahnya dengan tatapan bertanya.

"Gue denger sih Aletta dijodohin sama Reynald." ucap Ceria langsung membuat Lisa dan Jenie tersentak.

"Hah? Reynald pacar Yuna maksud lo?" pekik Lisa.

Pletak!!

"Bisa gak sih lo ngomong gak pake toa? Liat tuh semuanya noleh kesini." ujar Jenie garang. Sementar Lisa mengelus kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya

Yuna dapat mendengarnya namun tidak memusingkannya. Toh lagian Reynald lebih memilih dia dibanding Aletta.

"Iya, Jen. Tapi sakit jitakan lo, huhuhu." Lisa mengelus kepalanya.

"Sorry. Lo sih ngomong kencang banget." ucap Jenie.

"Jadi gimana, Cer?" tanya Lisa yang masih penasaran.

"Gue gak tau kelanjutannya sih, gue cuma denger dari kelas sebelah yang katanya Reynald dijodohin sama Aletta. Terus Yuna nya juga udah tau." jelas Ceria membuat Lisa dan Jenie melirik Yuna.

Yuna membuang nafas jengah, lalu memilih berjalan keluar kelas mengundang semua tatapan mengarah padanya.

"Yuna marah gak sih?" tanya Lisa.

"Jelas lah pea, gak mungkin gak marah." balas Ceria.

"Tapi dia gak ngomong ke kita." ucap Lisa.

"Mending kita netral." tambah Jenie.

"Lo pikir pemilihan presiden netral?!" ucap Lisa dan Ceria bersamaan membuat Jenie cengo.

Beberapa saat terdiam, Lisa kembali bersuara. "Gue khawatir keadaan Aletta sekarang gimana."

"Iya, chat grup kita juga gak dibales." kata Jenie sembari menatap layar hapenya. "Shit!!, Yuna left group!!" pekik Jenie membuat seisi kelas menatap kearah mereka.

"Hah beneran lo?!" tanya Lisa yang ikut panik melihat hapenya.

Ceria membuang nafas. "Goodbye tim ambruk."

Husband At SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang