Suara mesin EKG memenuhi seisi ruangan ICU itu membuat Aletta semakin memejamkan matanya sembari memegang erat tangan Papanya yang masih tak sadarkan diri.
Seandainya saja kemarin-kemarin Aletta berperilaku baik pada Papanya, pasti ia tidak akan semenyesal ini.
Seandainya Aletta tidak egois dan memilih tetap tinggal bersama Papanya, pasti ia tidak akan terpuruk seperti ini.
"Hiks.." akhirnya pertahanan Aletta tak bisa dibendung lagi.
"Aletta bakal kehilangan Papa lagi setelah Mama?" tanyanya yang kini sudah menatap wajah Papanya yang masih tak sadarkan diri dengan air mata yang terus mengalir.
"Aletta kangen Papa yang pakai setelan kantor. Aletta suka liatnya.
"Papa sembuh ya hiks.. Aletta masih belum siap kehilangan orang tua lagi, Pa."
"Papa gak bisa pergi ninggalin Aletta gitu aja."
"Jangan jadi orang jahat, Pa hiks.."
Reynald dan Aleno hanya bisa menatap Aletta dari jendela kaca tanpa harus berbuat apa-apa.
"Ini kedua kalinya gue liat adek gue nangis." ucap Aleno membuat Reynald melirik kearahnya.
"Pertama kali ketika nyokap gue meninggal." lanjut Aleno seraya duduk di kursi yang ada disana.
Reynald pun ikut duduk disampingnya.
"Setelah nyokap meninggal, gue sempat ajak Aletta ikut gue ke Aussie, tapi dia nolak, katanya biar bisa dekat sama bokap, padahal gue tau dia gak suka bokap gue nikah lagi." Aleno lanjut bercerita.
"Aletta gak pernah ngeluh ke gue kalo dia lagi ada masalah, dia juga gak pernah minta ke gue kalo lagi butuh sesuatu. Semuanya dia atur sendiri tanpa bikin orang lain beban."
"Iya, bang. Aletta cewek hebat, gue tau itu." jawab Reynald, ia bersungguh-sungguh.
Aleno melirik kearahnya. "Jadi tolong jaga Aletta baik-baik, Rey. Jangan sampai bikin dia sedih lagi."
Reynald mengangguk mantap. "Gak akan, bang."
Aleno mengangguk.
"Gue laper, ayo cari makan." Aleno berdiri, membuat Reynald mengikutinya.
•Huband At School•
Suara berisik membuat Aletta terbangun dari tidurnya, ia tersadar masih ada di tangan Papanya membuatnya tersentak.
Tadi sore sejak Papanya dipindahkan ke ruang inap lagi, Aletta tak henti-hentinya memegang tangan Papanya sampai tak sadar ia tertidur dengan mata bengkak.
"Letta udah bangun?" tanya Digo dengan suara serak.
Aletta menatap Papanya sambil mengelus tangannya. "Papa udah sadar? Gimana perasaannya, Pa? Tangan Papa pasti keram ya?" pertanyaan bertubi-tubi membuat Digo terkekeh.
"Ta, elo kalo nanya satu-satu lah minimal." ujar Aleno.
Aletta melirik Aleno. "Maaf anda siapa ya?"
"Yee pura-pura gak kenal, padahal kemarin chat ke gue bilang kangen, sekarang gue udah disini malah dicuekin." kata Aleno mengingat tadi sore saat Papanya dipindahkan ke ruang VIP Aletta hanya sibuk menatap Papanya tanpa melirik Aleno sama sekali padahal Aletta tau kalau ada Aleno disana.
Aletta tersenyum manja lalu berdiri memeluk Aleno yang memang sedang berdiri dibawa kaki Papanya.
"Uhh cayang." ucap Aleno membuat Aletta mengeratkan pelukannya.
"Anjir gak bisa napas!" pekik Aleno membuat Sarah dan Digo terkekeh melihat mereka.
Aletta melepaskan pelukannya lalu tersenyum jahil. "Rasain!" ucapnya seraya memeletkan lidah.
Ia kemudian melirik ke sekeliling dan disana ternyata ada Reynald yang sedaritadi duduk disamping Sarah dan Sinta.
Aletta terdiam kaku. Bisa-bisanya ia tidak memperhatikan mereka, mana ada mertuanya lagi.
"Napa lo, cil?" tanya Aleno.
"Gakpapa." jawab Aletta lalu berlari kecil ke kamar mandi.
"Istri kamu lucu juga ya, Rey. Hehehe." ucap Sinta membuat Sarah dan Digo tertawa.
"Ih, Bun. Apa-apaan sih." Reynald jadi ikut malu mendengarnya.
Setelah sekitar 15 menit akhirnya Aletta keluar dati kamar mandi dan sudah berganti pakaian yang dibawa Aleno. Aletta melirik seisi ruangan dan hanya mendapati Reynald dan Papanya disana sedang mengobrol.
"Letta? Udah seger, nak?" tanya Digo, membuat Reynald ikut menengok.
Aletta mengangguk.
"Gue nginap sini jagain Papa, lo pulang aja." kata Aletta pada Reynald yang menatapnya datar.
"Gue ikut jagain bokap lo." balas Reynald yang tidak disangkah Aletta.
"Lo tidur dirumah aja, besok sekolah." ucap Aletta lagi.
"Tapi.."
"Aletta sama Reynald, dua-duanya pulang aja. Papa nanti dijagain Tante Sarah." ucap Digo membuat keduanya menatap Digo.
"Enggak, Pa. Aletta mau kok jagain Papa."
"Besok kan kalian sekolah." ucapan Digo membuat Aletta berpikir sejenak.
"Aletta tetap mau disini."
Digo membuang nafas pasrah. "Yaudah terserah kamu, emang dasar kepala batu."
Aletta tersenyum menang.
"Rey, kamu aja yang pulang ya. Kan besok sekolah. Papa minta izin Aletta tetap disini." ucap Digo pada Reynald lalu menatap Aletta tajam.
"Yaudah Om-eh Pa. Reynald pulang sekarang." Reynald akhirnya bangkit dari duduknya, menyalim Digo lalu melirik Aletta. "Kabarin kalo mau dijemput."
Reynald pun keluar dari ruangan itu setelah melihat Aletta mengangguk.
Aletta kemudian duduk ditempat Reynald duduk tadi.
"Jadi Papa jodohin Aletta karna tau Papa sakit parah?" tanya Aletta langsung membuat Digo terbatuk yang dengan segera Aletta memberinya minum.
"Ekhem." Digo membetulkan duduknya. "Papa cuma mau sebelum Papa pergi, Papa udah pastiin kamu bersama dengan keluarga yang bisa Papa percayai."
"Kok Papa ngomongnya gitu? Papa gak akan kemana-mana." Aletta mendelik tajam.
"Ta, mau gak mau kamu harus terima. Karna waktu itu akan tiba."
Aletta terdiam.
Ingin sekali ia menolak. Ingin sekali ia mengeluh. Ingin sekali ia meminta agar Papanya tetap hidup.
Tapi memang terlihat sisa hidup Papanya tidak lama lagi, ditambah berat badan Papanya turun drastis, makannya gak teratur dan wajahnya berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband At School
RandomSiapa sangkah, Aletta yang berhenti memikirkan cinta setelah putus dengan cara tidak baik dengan Dava malah dijodohkan dengan Reynald si ketua tim basket yang tak lain adalah pacar sahabatnya.