Setelah kejadian itulah aku mengalami kecelakaan tragis. Ban mobilku tergelincir oleh licinnya hujan dan membuatku menabrak truk yang sedang melaju berlawanan arah denganku.
Lalu, saat ini aku bertemu dengannya lagi dalam balutan jubah merah kerajaan yang mewah, dan para pengawalnya yang agung.
Ironis sekali.
Satu-satunya kesempatan untuk bertemu dengannya hanyalah saat perjamuan minum teh minggu ini bersama Yang Mulia Raja, Janda Ratu Agung, dan Janda Selir. Karena hal itulah, ada sesuatu yang wajib aku lakukan sekarang. Belajar tetang tata cara minum teh ala kerajaan.
Benar, aku hampir melupakannya. Aku akan semakin di cap gila bila datang tanpa persiapan.
Baru kali ini aku memanggil lagi dayang senior yang kemarin tidak aku hiraukan, untuk aku izinkan lagi masuk ke kamar dan mengajariku tata cara minum teh kerajaan.
Ekspresinya terlihat datar. Seolah tidak peduli. Dia hanya akan datang bila dipanggil dan pergi saat selesai. Seperti pegawai kantor akhir tahun yang merindukan masa liburan.
Namun ada sisi baiknya. Dia setidaknya tidak palsu. Apa adanya. Tidak berlagak bahwa aku berharga baginya. Mungkin sama seperti yang lain, ia menganggapku 'Ratu yang tak bertahan lama'.
Ia mengajariku tata caranya dengan singkat padat dan jelas. Aku suka caranya mengajari. Lebih seperti seorang guru pada murid.
"Anda harus lebih pelan Yang Mulia. Tunjukan ketenangan hati Anda dengan gerakan yang halus dan pelan."
"Begini?"
"Diperhalus lagi." Ia mengatakanya bahkan tanpa ekspresi.
Aku mencobanya beberapa kali, dan akhirnya berhasil.
"Ini masih belum cukup Yang Mulia. Namun setidaknya masih dapat diterima."
"Baiklah. Terima kasih. Aku melupakan banyak hal setelah sakitku. Aku akan merepotkanmu lagi nanti."
"Hamba sangat tersanjung dapat membantu Yang Mulia Ratu," tapi ia mengatakannya dengan muka yang datar dan tak peduli.
Ya, setidaknya aku pun tidak peduli terhadap responnya. Selama apa yang aku rencanakan berjalan dengan semestinya, semuanya bukanlah suatu hal yang perlu dipikir.
Saat pertemuan.
Ini bukan pertama kali Ratu menghadiri perjamuan, namun juga merupakan acara pertama yang Ratu hadiri setelah beberapa bulan terakhir absen karena sakit. Jadi aku masih punya alasan kenapa masih kaku dalam acara ini. Anggap saja penyesuaian baru setelah koma yang panjang.
Yang mulia Janda Ratu berbasa-basi dengan menanyakan kabarku. Tidak ada yang menarik di sana selain Raja enggan berhadapan denganku, sekalipun kami tidak sengaja berpapasan wajah, ia hanya menatapku sinis. Lalu berbisik pada asistennya.
Upacara minum teh dimulai. Kami duduk melingkar. Antara aku, Janda Ratu Agung, Janda Ratu, Janda Selir, dan Raja.
Raja Maju untuk menghadap para Ratu, pelayan menyodorkan poci berisi teh, dan raja menuangkannya pada masing-masing cangkir kecil milik Janda Ratu Agung dan Janda Ratu. Terakhir, aku memberi hormat pada Raja, lalu menyodorkan cawan untuk mengisi gelas miliknya.
Baru kali ini aku benar-benar dekat dengan Raja.
Sungguh mirip. Titik.
Aku bahkan membayangkan bila itu benar-benar An Yi Zie, apa yang akan aku lakukan. Mungkin aku akan memukulnya sekuat tenaga, menjambak rambutnya, atau ... menagis ketakutan, di dadanya.
Andai saja memang seperti itu. Kenyataannya yang aku lihat di mata Raja saat ini adalah ketidakpedulian yang beku, yang membuatku takut untuk lebih mendekat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mati di Episode Satu (TAMAT)
Romance"Yang Mulia Ratu! Saat ini Raja sudah punya selir kesayangan!" SIAL. Aku harus cepat-cepat turun dari posisi Ratu. Tahta ini akan membunuhku. Aku tidak mau mati konyol di episede satu. Saatnya untuk menjadi comblang cinta antara Raja dan Selir kesay...