Taehyun terbangun dari tidurnya, ia sedikit kesulitan membuka mata karena kotoran yang menumpuk di matanya. Semua itu tak lain disebabkan karena ia tidur tanpa mencuci muka, bahkan tanpa mandi. Seragam sekolahnya masih melekat, badannya terasa lengket, gerah dan tak nyaman.
Taehyun sedikit terkejut ketika menoleh ke samping kirinya, didapatinya Soobin tidur terduduk bersandar di headboard ranjang. Ia pandangi wajah Soobin yang tersirat kelelahan, namun bukan lelah fisik. Ia penasaran hal apa saja yang sudah dilalui oleh pria di sampingnya tersebut. Apakah hidupnya bahagia? Atau justru sangat sulit, entahlah.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Taehyun menyentuh tangan Soobin dengan jari telunjuknya. Hanya disentuh pelan, Taehyun terlalu takut membuat Soobin marah jika tidurnya terganggu. Tampaknya Soobin sangat sensitif, ia langsung membuka matanya ketika merasakan sesuatu menyentuh kulitnya.
"Kamu sudah bangun?" Soobin melihat jam yang terpasang di dinding. "Ini baru jam 5 pagi"
"Aku terbiasa bangun jam segini, kan aku harus pergi ke sekolah"
"Oh benar juga, tapi kan kamu tidak harus ke sekolah, jadi kembali tidur saja" Soobin bangkit dari tempat tidur namun Taehyun dengan cepat meraih lengannya.
"Om, bolehkah aku mandi? aku bahkan masih mengenakan seragamku. Tolong berikan aku pakaian ganti, ini sangat tidak nyaman".
"Bukankah kamu terlalu banyak kemauan? Aku tidak menyiapkan apapun untukmu".
"Om bisa memberiku pakaian apa saja, walau itu hanya kaos lusuh aku tidak masalah. Kulitku bisa iritasi jika aku tidak membersihkannya".
"Aku tidak peduli" Soobin melangkahkan kakinya keluar dari kamar, mengabaikan permintaan sederhana dari Taehyun.
"Om, aku mohon" gumam Taehyun lirih, entah itu didengar Soobin atau tidak. Ia tidak berbohong dengan iritasi kulitnya, kulitnya sudah sangat gatal sejak tadi. Ingin sekedar menggaruknya pun ia tak kuasa, tali yang mengikat tangannya di dua sisi ranjang itu terlalu pendek. Bahkan tangan kanannya tidak bisa menyentuh tangan kirinya. Taehyun menghela nafasnya frustasi, airmatanya sudah menumpuk di pelupuk matanya.
Taehyun benar-benar ingin menangis, meluapkan segala ketidaknyamanan yang ia rasakan. Namun sebelum airmatanya terjatuh, derit pintu kamarnya berbunyi. Soobin datang membawa handuk dan sepasang kaos dengan celana pendek di tangannya.
"Tidak masalah kan jika kebesaran?" tanya Soobin sambil meletakkan handuk dan pakaian itu di atas tempat tidur.
"Iya, tidak masalah, aku akan pakai apa saja yang Anda berikan" sahut Taehyun dengan mata berbinar.
"Awas jika kamu berani kabur" ancam Soobin sambil melepaskan ikatan Taehyun dari sisi ranjang satu persatu.
"Tenang saja, percayalah padaku, Om Soobin yang baik" seru Taehyun riang, ia melompat turun dari ranjang namun terjatuh. Kakinya kaku karena tidak bergerak semalaman. Soobin menunduk hendak membantu Taehyun berdiri, namun Taehyun sudah lebih dulu bangkit dan berlari cepat masuk ke kamar mandi yang terletak di seberang kamar yang ditempatinya.
Tanpa disadari Soobin menyunggingkan senyumannya, melihat sikap Taehyun yang tidak seperti kebanyakan orang yang sedang diculik. Ia tak punya rasa takut dan sangat santai menghadapi orang yang menculiknya. Bahkan memujinya seperti tadi, Om Soobin yang baik katanya, ada-ada saja.
Setelah menyelesaikan mandinya, Taehyun segera menghampiri Soobin yang duduk di kursi di depan pintu kamar mandi. Soobin mengamati Taehyun dari ujung kepala sampai kakinya, betapa mungilnya tubuh Taehyun dibalut oleh kaos miliknya. Kaos itu besar dan panjangnya sampai sebatas lututnya, sehingga menyisakan sedikit saja celana pendeknya yang terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Dad ✔️ | Soobin, Taehyun
FanficSoobin menculik Taehyun yang merupakan anak dari musuhnya, yaitu Yeonjun. Namun bukannya takut, Taehyun justru menemukan figure seorang ayah yang sangat ia rindukan ada pada diri Soobin. *Stockholm Syndrome *Father-Son Relationship *Brothership