Soobin melangkahkan kakinya begitu cepat menuju rumahnya dengan Taehyun di punggungnya. Awalnya Soobin yang sedang kesal mengira jika Taehyun berteriak, berpura-pura jatuh untuk mengerjainya lagi. Namun nyatanya, saat Soobin sudah hampir sampai dirumah, Taehyun tidak tampak sama sekali di belakangnya.
Soobin berlari kembali dan mendapati Taehyun yang menangis dengan kaki terluka. Luka yang dalam di sepanjang betisnya. Soobin tidak menyangka jika lukanya separah itu sehingga ia menyesal sudah mengabaikan Taehyun. Taehyun mengeratkan kedua tangannya di leher Soobin, tangisannya sudah reda bersamaan dengan datangnya Soobin tadi.
Setelah membawa Taehyun ke dalam rumah, Soobin dudukkan Taehyun di kursi sedangkan ia mengambil peralatan P3K. Soobin bersihkan kaki Taehyun dengan handuk basah lalu bersihkan lukanya dengan cairan antiseptik. Ia tekan-tekan lembut kulit di sekitar luka untuk menghentikan pendarahan, sebelum ia lilitkan perban di betis Taehyun.
Soobin membawa baju ganti dan membantu Taehyun berganti pakaian yang kering dan hangat. Walau agak kesulitan dan canggung akhirnya Taehyun selesai berganti pakaian. Soobin mengambil dompet dan kunci mobil lalu berjongkok bersiap menggendong Taehyun.
"Tunggu, Om" tangan Taehyun menyentuh bahu Soobin menghentikan pergerakan Soobin.
"Kita harus ke klinik, lukamu harus dijahit, ini terlalu dalam" Soobin tidak mengerti mengapa Taehyun menghentikannya untuk membawanya ke klinik.
Taehyun menggeleng. "Bagaimana jika ada orang yang tahu Om menculikku?"
Soobin terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan yang dipikirkan Taehyun. "Bukankah itu bagus? Kamu bisa bebas setelahnya"
"Tapi bagaimana jika Om ditangkap polisi?" Taehyun bertanya khawatir.
Soobin mengerutkan keningnya, tidak mengerti pertanyaan yang dirasa Soobin cukup aneh. "Aku tidak peduli, aku sudah pernah di penjara dan itu tidak buruk juga. Sekarang kamu harus ikut ke klinik, apa kamu mau lukamu infeksi dan membusuk? Bisa-bisa kamu akan kehilangan kakimu".
Taehyun menghela nafasnya. "Baiklah, tapi setidaknya Om ganti pakaian dulu, ini basah".
"Oh iya" Soobin beranjak dari jongkoknya dan berjalan menuju kamarnya. "Awas, jangan kabur".
Taehyun memutar bola matanya. "Bagaimana aku kabur, jika berjalan saja sulit".
***
Di UGD sebuah klinik di desa terdekat, kini Taehyun dibaringkan di ranjang pasien dengan seorang perawat yang merawat lukanya. Sedangkan Soobin berada di meja pendaftaran mengurus administrasi.
"Kamu tampan sekali, siapa namamu?" tanya perawat yang sedang menjahit luka Taehyun.
Taehyun yang sedari tadi diam saja langsung tersenyum, ia sangat suka diajak bicara.
"Taehyun"
"Apakah kamu orang baru disini, aku tidak pernah melihatmu sebelumnya?"
"Aku baru saja beberapa hari pindah kesini dengan ayahku"
Perawat itu menghentikan kegiatannya sejenak, "Ayah? Dia ayahmu?"
"Iya, dia ayahku, bukankah kami sama tampannya?" Taehyun balik bertanya dengan senyumnya yang merekah.
"Ah iya benar, kalian sama-sama tampan. Bagaimana kamu bisa terluka?" tanya perawat itu lagi, sepertinya terlalu ingin tahu.
"Aku terpeleset saat sedang bermain di air terjun dengan ayah, sepertinya aku terlalu senang menghabiskan waktu dengan ayah sampai tidak menyadari jika batu yang ku pijak licin ditumbuhi lumut".
"Oke Taehyun, lukanya sudah selesai diobati, kamu istirahat dulu saja disini sampai diperbolehkan pulang" ujar perawat itu sambil membereskan peralatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Dad ✔️ | Soobin, Taehyun
FanfictionSoobin menculik Taehyun yang merupakan anak dari musuhnya, yaitu Yeonjun. Namun bukannya takut, Taehyun justru menemukan figure seorang ayah yang sangat ia rindukan ada pada diri Soobin. *Stockholm Syndrome *Father-Son Relationship *Brothership